Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mampu membukukan surplus neraca perdagangan sebesar 2,34 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada Februari 2020 di tengah meluasnya virus corona (COVID-19).
Capaian tersebut dibentuk oleh penurunan impor komoditas nonmigas yang tercatat tumbuh minus 7,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019.
"Pertumbuhan minus tersebut dikarenakan terjadi penurunan impor besi dan baja, serta bahan baku pertenunan," ujar Sri Mulyani dalam teleconference di Jakarta, Rabu 18 Maret 2020.
Baca juga: Jumlah Terbaru Pasien Corona, 227 Positif, 19 Meninggal
Ia menuturkan pemerintah akan terus memantau perkembangan industri turunan yang memanfaatkan bahan baku tersebut. Pasalnya, sejumlah komoditas yang mengalami penyusutan itu tergolong sebagai barang modal kebutuhan industri.
Disisi lain, positifnya neraca perdagangan turut ditopang pula oleh ekspor nonmigas yang tumbuh 14,57 persen year-on-year. Menurut dia kinerja positif ekspor nonmigas ini terjadi pada hampir seluruh komoditas. Adapun, akumulasi neraca pembayaran untuk periode Januari hingga Februari 2020 tercatat surplus 1,46 miliar dolar AS.
Sementara itu, indeks keyakinan konsumen (IKK) tidak luput pula dari hantaman COVID-19 yang belakangan merebak di Tanah Air. Berdasarkan data yang dirilis, IKK pada sepanjang 2019 tercatat pada level 123,0.
Angka ini lebih besar dibandingkan dengan indeks keyakinan konsumen pada dua bulan pertama 2020 dengan rata-rata 121,7.
"Penurunan optimisme konsumen terjadi merata pada hampir seluruh komponen pengeluaran, yakni persepsi terhadap kondisi ekonomi dan dan ekspektasi konsumen terhadap proyeksi kedepannya," tuturnya. []