Negara Pertama di Dunia yang Menggunakan MRT

Negara mana pemakai MRT pertama di dunia?
Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) di London, Inggris. MRT di kota itu disebut London Underground (London Tube). (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 26/3/2019) - Transportasi Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) akhirnya beroperasi di Indonesia, seiring peresmian MRT Jakarta fase perdana 1 rute Lebak Bulus-Bundaran HI pada Minggu (24/3).

Sesuai dengan namanya, MRT secara harfiah diartikan sebagai moda angkutan yang dapat memboyong penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Namun dalam pengertiannya, MRT adalah sebuah sistem angkutan massal transit cepat yang berbasis pada rel listrik.

Kriteria yang ada pada MRT antara lain, "Mass" yang berarti memiliki daya angkut besar atau massal, "Rapid" yang berarti waktu tempuh cepat dan frekuensi tinggi, dan transit, yakni banyak berhenti pada stasiun yang merupakan titik-titik utama perkotaan.

Moda transportasi MRT telah terbukti memiliki tingkat efisiensi dan kemnyamanan tinggi. Itu pula sebabnya moda ini diterapkan di begitu banyak kota-kota besar yang terdapat di berbagai negara.

Mulanya, moda transportasi MRT dibangun dengan konsep berupa konstruksi jalur bawah tanah atau subway dan menggunakan jenis kereta berkinerja tinggi (Heavy Rapid Transit), namun dalam perkembangannya MRT juga dibangun dengan konsep jalur darat menggunakan bus (Bus Rapid Transit) dan jalur layang menggunakan jenis kereta dengan sedikit gerbong (Light Rapiud Transit).

Dari hasil penelusuran Tagar News ke berbagai sumber, MRT pertama di dunia ternyata terdapat di London, Inggris, yang mulai beroperasi pada 10 Januari 1863 dan dibangun dengan konsep konstruksi kereta bawah tanah (subway).

Kereta juga masih menggunakan jenis kereta uap yang berat. Kala itu, moda angkutan massal tersebut  dikenal dengan sebutan The Tube atau London Underground.

The Tube kemudian dikenal sebagai kereta api cepat pertama di dunia saat London membuka jalur kereta listriknya pada tahun 1890. Jalur memiliki panjang 402 km. Menghubungkan sebanyak 270 stasiun dan merupakan salah satu jalur kereta listrik terpanjang di dunia hingga kini.

Moda transportasi MRT pertama di Indonesia, akhirnya diresmikan pengoperasiannya oleh presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Minggu (24/3) lalu.

Diresmikannya MRT disebut Jokowi sebagai tonggak baru peradaban, tidak hanya bagi warga Jakarta tapi juga masyarakat Indonesia secara umum. Sebelumnya, presiden juga menyebut proyek MRT merupakan keputusan politik dirinya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama wakilnya, Basuki Tjahaya Purnama BTP alias Ahok.

"Negara besar seperti Indonesia ini masa baru punya MRT sekarang. Itu pun putusan politiknya, kami putuskan saat saya jadi gubernur dengan Pak Ahok," aku Jokowi saat bertemu dengan sejumlah pengusaha, pada Kamis (21/3) malam.

Beberapa bulan sebelum diresmikan Jokowi, MRT Jakarta telah lebih dulu memiliki nama yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, yaitu Ratangga.

Nama Ratangga diberikan Anies pada Desember 2018 silam, sebagai bentuk apresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan megaproyek transportasi massal MRT. Dalam bahasa Jawa Kuno, Ratangga berarti kereta perang, yang identik dengan kekuatan dan pejuang.

"Yang terlibat di dalam proses pembangunannya adalah putra-putri Indonesia yang tangguh, yang penuh dengan semangat juang. Insya Allah nama Ratangga ini bukan sekadar nama tanpa makna. Nama membawa pesan penuh makna," kata Anies Baswedan, Senin, 10 Desember 2018 silam.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi