Natal di Eropa Layanan Spiritual Sebagai Hak Bukan Privilege

Perayaan Natal di Eropa di tengah-tengah pandemi virus corona sebagai hak umat bukan keistimewaan bagi sekelompok warga
Siaran langsung layanan misa di sebuah gereja di Winterbach, Jerman (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Perayaan Natal di tengah pandemi virus corona membebankan tanggung jawab kesehatan kepada gereja. Kelonggaran ini dinilai sebagai pengakuan terhadap layanan spiritual sebagai hak dasar, bukan privilege atau keistimewaan bagi sekelompok warga.

Lantunan kidung Natal dari dalam gereja yang penuh oleh jemaat, biasanya menyemarakkan kota-kota di Eropa pada malam di penghujung bulan Desember. Tahun ini, pandemi virus corona memaksa umat Kristen dan Katolik merayakan masa Adven secara berjarak.

Pemerintah Italia dikabarkan menerbitkan larangan bepergian untuk mencegah tradisi mudik tahunan, di mana hingga 60 juta orang pulang kampung menjenguk keluarga yang tinggal jauh. Spanyol juga mengambil kebijakan serupa.

Di banyak negara Eropa barat, pembatasan sosial diperpanjang hingga awal Januari untuk mencegah penyebaran virus di seputar Natal.

Namun pada saat yang sama, Austria, Jerman dan sejumlah negara lain juga melonggarkan aturan berkumpul untuk perayaan Natal. Misa di gereja kembali diizinkan, dengan syarat mematuhi prinsip higiene, antara lain larangan bernyanyi di dalam gereja.

"Bahwa perayaan keagamaan masih diizinkan, menjadi sebuah pengakuan bahwa layanan spiritual adalah hak dasar, bukan privilese atau keistimewaan", kata Hans Michael Heinig, Direktur Institut Hukum Gereja di Gereja Kristen Jerman (EKD).

Perdebatan seputar kelonggaran di masa Adven sempat meruak, lantaran pada saat yang sama pemerintah melarang acara kebudayaan, seperti teater atau konser musik.

warga madridWarga Madrid memenuhi pasar Natal di Plaza Mayor, 29/11. Kelonggaran dalam protokol pandemi juga diputuskan di berbagai negara lain di Eropa menjelang hari raya Natal (Foto: dw.com/id)

Menurut Heinig, kelonggaran tersebut diputuskan “tentunya dibayangi pengalaman bahwa pembatasan sosial di masa Paskah sedikit berlebihan,” kata dia kepada stasiun radio Bayerischer Rundfunk. Meski dilonggarkan, Heinig menganjurkan agar gereja menyikapi kebebasan baru ini secara bertanggung jawab.

Hal senada diungkapkan Kardinal Köln, Rainer Maria Woelki, yang mengimbau umat untuk memanfaatkan Natal sebagai momen berkontemplasi. Menurutnya, dialog keimanan bisa menjadi bagian dari kontak sosial yang dibutuhkan selama pandemi.

“Seberapa sering kita berbicara tentang hal-hal yang tidak penting,” kata Woelki. “Mari kita manfaatkan masa Adven di tengah pandemi ini untuk memperbesar ruang bagi tuhan dan cinta di setiap pikiran, pembicaraan dan pertemuan kita.”

1. Tradisi Baru di Masa Adven di Utara Jerman

Kesadaran terhadap aturan higiene dalam perayaan Natal bisa dilihat di negara bagian Hamburg dan Schleswig-Holstein, di utara Jerman. Di sana gereja antara lain menawarkan misa keliling dengan traktor, yang dihias dengan ragam dekorasi Natal. Inisiatif unik itu digagas dua gereja Katolik dan Protestan di kedua negara bagian.

Sementara di kota Mölln yang terletak timur Hamburg, gereja memindahkan misa ke ladang domba di sebuah lapangan rumput. Sebanyak 150 domba yang berkeliaran diharapkan bisa mengingatkan jemaat tentang “para penggembala yang pertama kali mendengar pesan tentang kelahiran Yesus,” kata salah seorang pengelola gereja, Monika Tenambergen.

Ide menyelenggarakan misa di ladang domba sebenarnya sudah sejak lama diutarakan, klaimnya, tapi baru dilaksanakan karena pandemi corona.

Tidak kalah meriahnya rencana sebuah gereja lain di Meiendorf-Oldenfelde. Di sana sang pastur berniat berkeliling dengan sepeda bersama pegawai gereja lain, sembari mengenakan kostum Santa Claus dan rusa pengiringnya.

dengan menaatiDengan menaati protokol pandemi, gereja bisa menawarkan layanan misa selama masa Adven dan hari Natal (Foto: dw.com/id)

Di kebanyakan gereja lain, jumlah misa Natal ditambah, sementara jumlah peserta untuk masing-masing misa dibatasi. Di gereja-gereja Protestan, misa hanya berlangsung selama setengah jam, dan digelar secara bersamaan di dalam dan di halaman luar gereja.

2. Peringatan dari Uni Eropa

Pelonggaran protokol pandemi selama masa Adven mengundang kritik dari Uni Eropa. Komisi Eropa mengimbau pemerintah negara anggota untuk mengkaji ulang kelonggaran yang sudah diberikan. Kritik tersebut terutama diarahkan kepada Jerman, di mana pembatasan sosial diserahkan kepada masing-masing negara bagian.

“Ini bukan waktunya melonggarkan pembatasan sosial,” kata Direktur Badan Pengawas Wabah Eropa (ECDC), Andea Ammon. Dalam sebuah rapat virtual dengan menteri kesehatan Uni Eropa, dia mewanti-wanti bahwa laju infeksi “akan memburuk,” ketika Eropa sedang mencatat penurunan angka penularan secara umum.

Lembaganya menganjurkan agar pemerintah menggunakan prinsip “gelembung keluarga,” di mana hari-hari raya keagamaan hanya dimeriahkan oleh anggota keluarga yang sama. Namun usulan ini ditolak Menteri Kesehatan Jerman, Jens Spahn, yang mengkritik paradigma wabah, “bahwa semua harus dipaksakan pemerintah pusat.”

Pendekatan Jerman yang menyerahkan tanggung jawab kembali kepada pemerintah negara bagian, juga disikap gereja sebagai tanggungjawab sendiri. Berbekal pengalaman Paskah, gereja-gereja kini banyak menawarkan misa online dan menerbitkan “liturgi rumah” yang berisi doa dan nyanyian Natal untuk digunakan bersama keluarga.

“Natal tahun ini akan menjadi Natal di masa pandemi corona,” kata Kanselir Angela Merkel. “Tapi Natal ini tidak harus menjadi Natal yang sepi,” imbuhnya [rzn/as (epd, kna, afp, dpa)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Virus Corona di Eropa Renggut 1 Nyawa Setiap 17 Detik
Komisioner Urusan Kesehatan Uni Eropa, Stella Kyriakides, mengatakan setiap 17 detik satu orang meninggal dunia akibat virus corona di Eropa
Uni Eropa Beli 160 Juta Dosis Vaksin Virus Corona Moderna
Presiden Komisi Eropa, Ursula Von der Leyen, umumkan Uni Eropa sepakat dengan Moderna untuk beli 160 juta dosis kandidat vaksin virus corona
Warga Jerman Tidak Dukung Pembatasan Pandemi di Masa Natal
Sebagian besar penduduk Jerman mendukung kebijakan pembatasan karena pandemic virus corona tapi tidak untuk masa Natal
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.