Mitos Buaya Putih dan Hantu Selong di Bendungan Menganti

Bendungan Menganti di perbatasan Cilacap dan Ciamis menjadi lokasi penemuan mayat. Ada mitos tentang buaya putih dan hantu Selong di sana.
Aliran air Sungai Citanduy di Bendungan Menganti. Di bendungan ini sering ditemukan mayat yang hanyut dan terbawa arus Sungai Citanduy. (Foto: Tagar/Mia Setya Ningsih)

Cilacap – Riak air berwarna kecokelatan menimbulkan suara menderu di kawasan bendungan berusia sekitar 30 tahun itu. Buih-buih putih mengambang mengikuti arus yang seperti terputar di sekitar pintu air. Sementara, tiang-tiang bendungan berwarna biru berdiri kokoh di atasnya, seperti menara pengintai.

Gumpalan-gumpalan mendung yang berarak di atas bendungan seolah siap mencurahkan butiran hujan untuk bergabung dengan aliran sungai Citanduy, lalu bersama-sama menuju Samudera Hindia di ujung muara.

Saat musim hujan tiba, debit air Sungai Citanduy cukup tinggi. Alirannya pun cukup deras. Namun, ketika musim kemaru tiba, aliran air menurun drastis, bahkan dasar sungai di Bendungan Menganti yang terdiri dari tumpukan pemecah ombak dapat terlihat jelas.

Sungai dan bendungan ini menjadi jantung pengairan atau irigasi di lahan pertanian warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dan Ciamis, Jawa Barat.

“Bendungan ini juga difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan air baku di wilayah Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap dan Kecamatan Lakbok dan Purwodadi di Kabupaten Ciamis,” ujar Darius, seorang petugas di pintu masuk Bendungan Menganti, Selasa, 22 Desember 2020.

Lokasi Penemuan Mayat

Bendungan yang terletak di wilayah Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ini diresmikan tahun 1990 oleh Soeharto, presiden saat itu. Meski usianya sudah 30 tahun, bendungan ini masih terlihat kokoh karena pemeliharaan yang rutin dilakukan.

“Saat itu, beliau (Soeharto) datang langsung ke sini meresmikan.”

Cerita Bendungan Menganti (2)Jalan masuk menuju kawasan Bendungan Manganti, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 17 Desember 2020. (Foto: Tagar/Mia Setya NIngsih)

Bendungan Menganti yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat ini kerap dijadikan sebagai tempat rekreasi, khususnya oleh para pemuda. Suasana di sekitar bendungan yang asri dan sejuk oleh rindangnya pepohonan membuat pengunjung betah berlama-lama.

Namun, di balik keindahan suasana di sekitar bendungan, ada cerita yang cukup mampu membuat bulu kuduk berdiri. Di bendungan ini, khususnya di sekitar pintu air, seperti menjadi tempat transit mayat-mayat yang hanyut terbawa arus sungai Citanduy.

Sering banget teh di sini nemuin mayat, biasanya kejebak di bendungan.

Di lokasi itu cukup sering ditemukan mayat, baik yang masih utuh maupun yang sudah membusuk. Mayat tersebut berasal dari tempat-tempat yang dilalui oleh Sungai Citanduy ini. Hal tersebut dibenarkan oleh Darius.

“Benar, kalau ada beberapa kasus seperti itu, langsung dilaporkan dan dievakuasi supaya jenazah bisa dipertemukan dengan keluarganya,” kata Darius menambahkan.

Bahkan, kata seorang pedagang yang berjualan di sekitar bendungan, Neni, tidak jarang mayat itu tergulung oleh arus air bendungan.

di sini nemuin mayat, biasanya di bendungan jadi kan bisa lewat, “Sering banget teh di sini nemuin mayat, biasanya kejebak di bendungan jadi kan nggak bisa lewat, kegulung aja di situ,” kata Neni menjelaskan.

Selain Darius dan Neni, warga lain yang tinggal di sekitar bendungan mengaku sudah tidak asing dengan penemuan mayat di bendungan. Bahkan orang-orang yang berasal dari daerah yang cukup jauh pun akan segera menghubungi penjaga bendungan jika ada orang yang hilang atau hanyut di Sungai Citanduy.

“Sering banget ada laporan orang hilang, nanti suruh pada ngamatin sungai takut ada yang hanyut,” ujar Tohirin seorang warga yang tinggal di sekitar bendungan.

Tohirin menyebut, dalam setahun ini sudah ada beberapa kasus penemuan mayat di sekitar bendungan. Kasus terbaru adalah penemuan mayat laki-laki yang kondisinya sudah membusuk. Mayat tersebut diduga sudah lama hanyut terbawa arus hingga tertahan di pintu air bendungan.

Kata Tohirin, penemuan mayat bermula saat seorang warga yang curiga dengan tumpukan sampah dedaunan di pintu masuk. Setelah sadar bahwa itu manusia, warga pun langsung melaporkannya ke Polisi.

“Umurnya udah lima puluhan kayaknya, sampai sekarang tidak ada keluarga yang mengakui. Jadi dimakamkan sama pihak berwenang,” ujarnya menjelaskan.

Cerita tentang penemuan mayat tanpa identitas tersebut sampai sekarang masih hangat dibicarakan. Bahkan Nani, seorang pedagang yang melihat langsung proses evakuasi jenazah tersebut mengaku masih terbayang-bayang dan merinding jika mengingat kejadian itu.

Aku sampe siki ya esih mrinding nek kemutan rupane mayate. (Saya sampai sekarang masih merinding kalau ingat wajah si mayat),” kata Nani.

Cerita Bendungan Menganti (3)Sejumlah anak bermain di kawasan Bendungan Menganti, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 17 Desember 2020. (Foto: Tagar/Mia Setya Ningsih)

Dengan bahasa Jawa “ngapak” berlogat Sunda, Nani melanjutkan ceritanya. Kata dia, kasus penemuan mayat terbanyak terjadi beberapa tahun lalu. Jumlahnya 10 mayat. Setelah ditelusuri, mayat tersebut merupakan para santri yang berasal dari pondok pesantren di Ciamis. Nani mengatakan pada saat itu semua mayat tersangkut di pintu air bendungan.

Buaya Putih dan Selong

Banyaknya kasus penemuan mayat di bendungan Menganti ini mengundang berbagai spekulasi dan memunculkan mitos tentang adanya penunggu sungai Citanduy. Sungai yang bagian hilirnya merupakan lokasi ekosistem mangrove di Pulau Nusakambangan ini dikabarkan mempunyai penunggu gaib berupa buaya putih dan hantu Selong.

Sebagian warga percaya bahwa buaya putih adalah makhluk yang kerap membuat orang tenggelam hingga kehilangan nyawa. “Nggak mungkin sungai seluas dan sepanjang ini nggak ada penunggunya.”

Kesaksian tentang munculnya buaya putih di Bendungan Menganti memang belum pernah ada. Namun, berita tentang penunggu sungai Citanduy ini terlanjur melekat dan dipercaya oleh masyarakat sekitar. Warga pun sering memberikan sesaji di sekitar sungai di hari – hari tertentu. “Biasanya pas musim tanam atau bulan Sura, sekitar sungai dikasih sajen (sesaji),” tuturnya.

Semua itu dilakukan oleh warga sekedar untuk berjaga – jaga supaya warga sekitar tidak ada yang tertimpa musibah tenggelam di sungai.

Nani yang setiap hari selalu berada di bendungan juga senantiasa mengingatkan pengunjung agar tidak menyusuri pingiran sungai ketika arus sedang deras.

Saat sore hari, biasanya pengunjung Bendunga Menganti juga diperingatkan untuk meninggalkan lokasi bendungan sebelum pukul 18.00. Hal itu untuk menghindari adanya makhluk yang dipercaya bisa mengganggu pikiran pengunjung. Warga menyebut makhluk itu dengan nama Selong.

Cerita Bendungan Menganti (4)Arus air Sungai Citanduy di kawasan Bendungan Menganti, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis, 17 Desember 2020. (Foto: Tagar/Mia Setya Ningsih)

Selong digambarkan sebagai makhluk halus yang dapat menjelma menyerupai manusia. Dia tinggal di sekitar perairan, baik sungai ataupun danau. Untuk menarik korbannya, Selong akan berubah menjadi sosok orang terdekat korban seperti ibu atau sahabat korban.

Korban yang bertemu dengan Selong secara otomatis akan mengikuti keinginan Selong, sebab penampakannya sangat mirip dengan orang terdekatnya. Sehingga tanpa sadar si korban sudah berada di dalam air. Hantu Selong dipercaya akan memakan otak korbannya saat korban tenggelam.

Sosok Selong ini cukup populer di kalangan warga Cilacap. Dia diyakini muncul menjelang Magrib hingga waktu Isya. Selain berubah menjadi seorang manusia, hantu Selong juga kerap membuat pengendara di jalan tersesat.

“Pernah teman saya kena Selong, tujuannya mau ke Sidareja malah sampenya di kuburan.”

Menyikapi banyaknya mitos yang beredar. Darius sebagai petugas bendungan mengaku tidak mau ambil pusing. Menurutnya, semua bisa disikapi dengan wajar tanpa sepenuhnya percaya hal mistis. “Yang penting perbaikan fasilitas di sekitar bendungan untuk menjaga keamanan,” kata dia menegaskan.

Ia juga berpendapat bahwa kejadian tenggelam di sungai bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelelahan dan kurang konsentrasi. “Orang ngga bisa berenang, gaya-gayaan berenang kan bisa saja jadi tenggelam. Seperti kasus yang anak pesantren Ciamis waktu itu, semuanya mau nolongin tapi ternyata gak pintar berenang. Ya hanyut semua,” ucapnya tegas. []

(Mia Setya Ningsih)

Berita terkait
Buruh Wanita Tangerang Jadi Pondasi Keluarga di Masa Pandemi
Seorang buruh wanita di Tangerang menjadi tulang punggung keluarga di masa pandemi. Selain beerja di pabrik, dia juga membuka warung bersama suami.
Piringan Hitam, Kepingan dari Masa Lalu yang Kembali Diputar
Piringan hitam sempat mengalami masa kejayaan berpuluh tahun lalu, namun digantikan oleh kaset pita. Kini piringan hitam kembali digemari.
Toko Tembakau Legendaris di Yogyakarta, Lebih dari Seabad
Toko Wiwoho yang menjual beragam tembakau di kawasan Tugu Yogyakarta telah berdiri selama seabad. Kini pelanggannya bukan hanya dari Yogyakarta.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.