Minyak Zaitun Menyatukan Perempuan Arab dan Yahudi

Di kawasan Galilea, sekelompok perempuan keturunan Arab dan Yahudi bekerja sama memproduksi dan memasarkan minyak zaitun
Ilustrasi: Buah zaitun di sebuah perkebunan. Di kawasan Galilea, sekelompok perempuan keturunan Arab dan Yahudi bekerja sama memproduksi dan memasarkan minyak zaitun (Foto: voaindonesia.com - AP/Eric Risberg)

Jakarta – Di kawasan Galilea, sekelompok perempuan keturunan Arab dan Yahudi bekerja sama memproduksi dan memasarkan minyak zaitun. Mereka melakukannya demi menciptakan perubahan dari hulu ke hilir, di mana keuntungan penjualan digunakan untuk membantu pendidikan dan kondisi ekonomi perempuan Arab.

Alih-alih berlabel “Extra Virgin”, minyak zaitun buatan Sindyanna diberi label “Extra Peaceful (damai)”, “Extra Unified (kompak)” dan “Extra Hopeful (memberi harapan)"

Label-label itu mencerminkan misi Sindyanna, lembaga nirlaba di kawasan Galilea, Israel, untuk memupuk kolaborasi antara para perempuan Yahudi dan Arab melalui proyek kerja sama produksi minyak zaitun dan produk terkait.

“Sindyanna itu seperti bisnis rintisan. Kami berpikir, bagaimana caranya agar perempuan Yahudi dan perempuan Arab bisa berkolaborasi untuk membangun sesuatu yang berkelanjutan, menguntungkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan akan membantu orang-orang yang terlibat dalam proyek ini," ujar Hadas Lahav, pendiri sekaligus manajer Sindyanna.

minyak zaitunMinyak zaitun di sebuah pabrik (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Sindyanna adalah satu dari sedikit produsen minyak zaitun di Israel yang bersertifikat “fair-trade”. Artinya, Sindyanna berkomitmen memberikan upah yang adil bagi sekitar 200 petani zaitun keturunan Arab dan para perempuan Arab di lini produksi, sehingga mendukung komunitas Arab Israel yang kurang beruntung secara ekonomi.

“Terkadang sulit bagi perempuan Arab untuk menemukan pekerjaan yang sesuai untuk mereka, itu sebabnya saya senang bekerja di sini. Selain itu, kadang sulit bagi perempuan untuk bekerja jika mereka juga harus mengurus rumah dan anak-anak. Tapi penting bagi perempuan untuk bekerja. Saya tidak kuliah, tapi saya ingin anak-anak saya bisa kuliah," tutur salah seorang karyawan produksi Sindyanna, Nisreen Amara.

Meskipun perempuan Yahudi dan Arab sama-sama warga negara Israel, mereka memiliki kehidupan yang terpisah. Sindyanna memberi mereka kesempatan untuk bertemu ketika bekerja, sekaligus mengikuti kelas bahasa Ibrani dan lokakarya kerajinan tradisional. Mereka juga berkumpul bersama untuk memanen zaitun di kebun organik Sindyanna di Galilea.

“Yang utama adalah membangun jembatan, menghubungkan orang-orang dari komunitas yang berbeda, yang biasanya dalam kehidupan sehari-hari tidak bertemu – setidaknya tidak bertemu seperti orang yang sederajat," kata Hadas Lahav.

Di samping itu, warga Yahudi juga jadi mengenal budaya kuliner Arab melalui lokakarya Sindyanna untuk membuat “zaatar”, kombinasi minyak zaitun dan rempah oregano liar.

letak galileaLetak geografis Galilea (Sumber: onthegotours.com)

Wisatawan asing biasanya juga mengikuti lokakarya-lokakarya itu dan membeli produk-produk Sindyanna. Akan tetapi, pandemi Covid-19 membuat sebagian besar di antaranya tak bisa mengunjungi Israel.

Nama Sindyanna diambil dari bahasa Arab untuk sebuah pohon yang dikenal oleh budaya setempat akan sifat mengakarnya di tanah. Para perempuan dalam proyek itu berharap dapat menggunakan “minyak zaitun extra damai” mereka untuk mendorong hidup secara berdampingan di tanah bersama itu (rd/ka)/voaindonesia.com. []

Perempuan Arab Terima Cangkok Ginjal Dari Lelaki Yahudi

Perempuan Israel di Yerusalem Unjuk Rasa Serukan Perdamaian

Perempuan Palestina Belajar Bahasa Ibrani

Benarkah Orang Yahudi Sangat Menjengkelkan?

Berita terkait
Perempuan Arab Terima Cangkok Ginjal Dari Lelaki Yahudi
Seorang lelaki Yahudi tewas sewaktu terjadi bentrokan yang justru membawa berkah bagi seorang perempuan Arab yang butuh donor ginjal
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.