Perempuan Palestina Belajar Bahasa Ibrani

Banyak perempuan Palestina di Yerusalem Timur menyatakan minat mereka untuk belajar bahasa Ibrani
Sundus Tawil (kiri), sukarelawan pengajar di LSM Lissan, tengah mengajar bahasa Ibrani untuk perempuan Palestina di Yerusalem (Foto: voaindonesia.com/VOA Video)

Jakarta – Yerusalem memiliki penduduk beragam latar belakang etnis. Lebih dari sepertiga penduduknya adalah orang Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk tetap, bukannya warga negara, dan bahasa ibu mereka adalah bahasa Arab, bukan Ibrani. Tetapi banyak perempuan di Yerusalem Timur menyatakan minat mereka belajar bahasa Ibrani. Sebuah LSM Israel membantu memenuhi permintaan ini. Linda Gradstein melaporkannya untuk VOA.

Di sebuah pusat kegiatan masyarakat di Yerusalem Timur, Sundus Tawil mengajar kosa kata Ibrani yang digunakan sewaktu seseorang mengunjungi dokter dan rumah sakit Israel. Tawil, seorang mahasiswi, adalah sukarelawan pengajar dari LSM Lissan, yang menawarkan program belajar bahasa Ibrani untuk perempuan Palestina di Yerusalem. Ia termasuk di antara 50 guru sukarela, baik orang Arab maupun Yahudi, di Lissan.

Tawil mengatakan, “Karena Lissan membantu mereka belajar bahasa Ibrani, saya ingin menjadi bagian dari itu, untuk membuat kaum perempuan aktif di negara ini dan menjadi semandiri mungkin dalam berbahasa Ibrani.”

CEO Lissan mengatakan kebutuhan untuk belajar bahasa Ibrani sangat akut di kalangan perempuan Yerusalem Timur, yang 75 persennya menganggur.

Talia VekshteinTalia Vekshtein (Foto: voaindonesia.com/VOA Video)

Talia Vekhstein, CEO Lissan, mengatakan, “Situasinya di Yerusalem Timur adalah kaum lelaki cenderung belajar bahasa Ibrani di tempat kerja mereka. Kami menyebutnya ‘Ibrani di tempat kerja.” Sering kali, mereka bahkan tidak tahu cara menulis dan membaca. Tetapi kaum perempuan biasanya tinggal di rumah, mengurusi rumah, keluarga dan anak-anak mereka. Dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar bahasa Ibrani. Jadi, mereka tetap sangat bergantung pada anggota keluarga dan suami-suami mereka.”

Lissan mengadakan kursus bahasa Ibrani bagi 400-500 perempuan tersebut setiap tahun.

Suheir Espitan dari Kota Tua Yerusalem bangga atas kemampuannya berbahasa Ibrani, setelah menuntaskan seluruh empat tingkat kursusnya di Lissan. Sekarang ini ia akan mengikuti kelas lanjutan di Lissan untuk mengasah keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

Suheir EspitanSuheir Espitan (Foto: voaindonesia.com/VOA video)

Espitan mengatakan, “Penting sekali bagi seorang perempuan Arab untuk belajar bahasa Ibrani untuk mengelola kehidupan sehari-harinya. Di rumah sakit, di sekolah anak-anaknya di mana ada guru-guru yang berbahasa Ibrani, di perguruan tinggi, di kantor-kantor kesehatan, jaminan keamanan sosial, kantor pos.”

Israel merebut Yerusalem Timur pada Perang Enam Hari tahun 1967 dan kemudian menganeksasinya, dalam langkah yang tidak diakui oleh banyak negara. Sebagian orang Palestina mengatakan bahwa belajar bahasa Ibrani berarti bekerja sama dengan penguasa Israel yang menduduki Yerusalem Timur.

Direktur Lissan mengakui sulitnya situasi politik di sana, tetapi ia menyambut baik kehidupan berdampingan yang harmonis dalam program tersebut.

Talia Vekhstein menjelaskan, “Bagi banyak sukarelawan kami, inilah pertama kalinya mereka bertemu dengan perempuan dari Yerusalem Timur, dan bagi banyak siswa kami, ini pertama kalinya mereka mengalami pertemuan yang baik dan positif dengan orang Israel. Jadi, tentu saja, ini sesuatu yang menggembirakan bagi kami. Tetapi tujuan kami dalam situasi sangat rumit di mana kami hidup sekarang ini adalah memberi warga Yerusalem Timur lebih banyak pilihan dan akses yang lebih baik ke hal-hal yang patut mereka dapatkan di kota ini dan di dalam situasi di mana mereka hidup.”

Menurut perkiraan, bahkan sebelum terjadi krisis ekonomi karena Covid-19, sekitar 75% orang Palestina di Yerusalem Timur hidup di bawah garis kemiskinan. Para pemimpin Lissan mengatakan mereka berharap karena belajar bahasa Ibrani, perempuan Palestina dapat bergabung dalam angkatan kerja dan membantu mencari nafkah bagi keluarga mereka (uh/lt)/voaindonesia.com. []

Warga Israel dan Warga Palestina Saling Donorkan Ginjal

Perempuan Arab Terima Cangkok Ginjal Dari Lelaki Yahudi

Sistem Kesehatan Gaza Ambruk Akibat Perang Israel dan Hamas

Konflik Palestina dan Israel Sejak 100 Tahun yang Lalu

Berita terkait
Israel Perluas Wilayah Perburuan Tahanan Palestina
Orang-orang palestina menganggap sebagai kemenangan besar, sedangkan Israel menganggapnya sebagai kegagalan keamanan dan intelijen.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.