Milisi Houthi Bebaskan ABK Indonesia Asal Makassar

Milisi Houthi di Yaman, Minggu, 24 April 2022, akhirnya membebaskan awak kapal Rwabee asal Indonesia, Surya Hidayat Pratama
Kapal "Rwabee" berbendera Emirat di Laut Merah yang disita oleh pemberontak Houthi Yaman dan dilaporkan membawa peralatan militer Saudi, di lokasi yang dirahasiakan, 3 Januari 2022 (Foto: voaindonesia.com - Al-Huthi Group Media Office/AFP)

TAGAR.id, Jakarta – ABK (anak buah kapal) Indonesia, Surya Hidayat Pratama, telah dibebaskan oleh milisi Houthi di Yaman setelah ditahan oleh kelompok itu 111 hari. Fathiyah Wardah melaporkannya untuk VOA.

Milisi Houthi di Yaman, Minggu, 24 April 2022, akhirnya membebaskan ABK Rwabee asal Indonesia, Surya Hidayat Pratama. Kelompok bersenjata itu menawan kapal Rwabee dan sebelas awaknya sejak 2 Januari lalu setelah ditangkap di perairan Hudaidah, Yaman. Surya Hidayat Pratama merupakan chief officer (mualim) yang bekerja di kapal Rwabee yang berbendera Persatuan Emirat Arab (PEA).

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, kepada VOA, Senin, 25 April 2022, menjelaskan sejak mendengar kabar penahanan tersebut, Kementerian Luar Negeri bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ibu Kota Muskat, KBRI di Ibu Kota Abu Dhabi dan KBRI di Ibu Kota Riyadh berkoordinasi dan berkomunikasi dengan beragam pihak untuk membebaskan Surya.

“Alhamdulillah berhasil. Kemudian SHP kemarin diterbangkan dari Sanaa menuju ke Muskat melalui fasilitasi yang disediakan oleh pemerintah Oman. Jadi ada bantuan juga yang diberikan oleh pemerintah Oman dalam hal ini," kata Judha.

twit kemluTwit Kemlu RI MoFA Indonesia @Kemlu_RI

Judha menambahkan Houthi juga membebaskan sepuluh awak kapal Rwabee lainnya yakni tujuh warga India serta masing-masing satu dari Filipina, Myanmar, dan Ethiopia. Dia menegaskan tidak ada permintaan uang tebusan oleh Houthi sebagai syarat pembebasan sebab yang disasar adalah kapalnya bukan awaknya.

Menurut Judha, KBRI Abu Dhabi juga telah mengontak perusahaan pemilik kapal Rwabee. Pemerintah Indonesia juga berkomunikasi dengan negara asal awak kapal Rwabee lainnya.

Setibanya di Jakarta, lanjut Judha, malam itu Surya langsung melanjutkan penerbangan ke kampung halamannya Makassar, Sulawesi Selatan.

Pemerintah Indonesia, menurut Judha, menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Oman dan seluruh pihak yang turut membantu proses pembebasan dan pemulangan Surya.

Dihubungi terpisah saat sedang menunggu jadwal penerbangan ke Makssar di Bandar Udara Sekarno Hatta, Surya Hidayat Pratama bersyukur akhirnya dibebaskan oleh Houthi dalam keadaan selamat. Selama 111 hari dalam masa penahanan oleh Houthi, dirinya dan sepuluh awak kapal Rwabee lainnya diperlakukan baik seperti tamu.

"Semua kebutuhan dasar kami, seperti makan, istrirahat, beribadah, diberikan sama mereka. Tidak ada sama sekali (perlakuan tidak mengenakkan). Itu pun mereka memberikan akses untuk berkomunikasi dengan keluarga," ujar Surya.

Ayah satu putri berumur 2,5 tahun ini mengaku perasaannya setelah bebas bercampur aduk antara sedih dan bahagia. Dia merasa yakin karena pihak Kementerian Luar Negeri memberikan harapan positif sehingga dirinya tidak merasa khawatir.

Houthi menangkap kapal Rwabee karena dituduh membawa perlengkapan militer milik Arab Saudi untuk keperluan berperang di Yaman. Pasukan koalisi Saudi sudah menggempur Houthi sejak Maret 2015, namun belum mampu melumpuhkan kelompok bersenjata tersebut (fw/ka)/voaindonesia.com. []

Konflik Militer Saudi dan Kelompok Houthi Yaman, 10 Ribu Orang Tewas

Di Yaman Utara Houthi Hadapi Covid-19 dengan Penyangkalan

Amerika Kutuk Serangan Houthi ke Bandara Arab Saudi

Serangan Rudal Houthi ke Masjd dan Madrasah Membunuh 29 Orang

Berita terkait
Oman Bebaskan 14 WN Asing Termasuk 1 WNI yang Ditahan di Yaman
Oman memfasilitasi pembebasan 14 warga negara asing, termasuk seorang WNI, yang ditahan di Yaman
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.