Meski Pandemi, TPG Bone Berjuang Beri Layanan Gizi Remaja di Rumah

Pandemi bukan penghalang, TPG di Kabupaten Bone tetap berjuang untuk memberikan layanan gizi remaja di rumah.
Tenaga gizi Puskesmas (Nutrisionis) Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone Sulsel, Rahma Akil saat memberikan pedoman pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja di Kecamatan Cina Kabupaten Bone (Foto: Dok Tagar)

Bone - Penutupan sekolah-sekolah sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, termasuk Kabupaten Bone Sulawesi Selatan (Sulsel), merupakan tantangan besar bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Bone untuk menghadirkan pelayanan gizi.

Terutama, pelayanan bagi remaja putri yang mengalami gangguan gizi buruk di kota yang dijuluki Bumi Arung Palakka itu. Pandemi membuat tenaga kesehatan harus menghindari kerumunan di rumah sakit maupun Puskesmas.

Dinkes Bone pun harus berupaya menerapkan pola baru untuk memberikan pelayanan bagi remaja putri.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinas Kesehatan Bone, dr. Eko Nugroho yang ditemui di ruangannya, Selasa 8 Desember 2020 mengakui, pandemi memberikan perubahan terhadap pelayanan gizi bagi remaja putri.

Kami telah memiliki anggota TPG sebanyak 38 orang, mereka disebarkan ke seluruh Puskesmas yang ada di Bone.

Sebelum  pandemi pihaknya memberikan pelayanan gizi di puskesmas dan melakukan konseling ke setiap sekolah-sekolah.

"Ada yang disebut penjaringan kesehatan anak sekolah yang dilakukan oleh puskesmas ke sekolah SD, SMP dan SMA. Jadi untuk mengetahui permasalah gizi pada remaja khususnya perempuan yakni melalui program penjaringan kesehatan anak sekolah," kata dr Eko Nugroho.

BoneTenaga gizi (Nutrisionis) Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone Sulsel, Rahma Akil saat memberikan pedoman pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja di Kecamatan Cina Kabupaten Bone (Foto: Dok Tagar)

Namun selama pandemi Covid-19  Dinkes Bone memiliki pola sendiri untuk menghadirkan pelayanan. Salah satunya adalah terjun langsung ke setiap rumah-rumah remaja putri.

"Sekarang pelayanan remaja kita melalui rumah atau kunjungan ke rumah mereka untuk memberikan pemahaman, konseling dan memberikan pedoman pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja kita," tambah dr. Eko.

Untuk memudahkan pelayanan tersebut, Dinkes Bone menetapkan 38 Tenaga Pelaksana Gizi (TPG). Mereka disebarkan ke seluruh Puskesmas yang ada di Bone.

Selain itu, TPG tersebut dibantu oleh seluruh bidan desa yang ada di Bone. Kehadiran mereka sangat membantu dalam memberikan pemahaman dan pelayanan kepada remaja.

"Kami telah memiliki anggota TPG sebanyak 38 orang, mereka disebarkan ke seluruh Puskesmas yang ada di Bone," kata dr Eko Nugroho.

Tantangan Bagi TPG dalam Memberikan Pelayanan Gizi untuk Remaja.

Tenaga Gizi Puskesmas (Nutrisionis) Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone Sulsel, Rahma Akil menuturkan, sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan Bone khususnya, pihaknya memberikan pelayanan ke sekolah-sekolah.

Selama masa pandemi ini, pemberian TTD langsung door to door ke rumah, terkadang juga kami survey ke desa.

Di sekolah, pihaknya memberikan berbagai konseling melalui pemutaran video terkait TTD untuk remaja putri. Setelah itu dilakukan pendistribusian TTD untuk para remaja tersebut.

"Hanya masih banyak terkendala karena siswi takut melakukan konsumsi, tapi kami tetap memberikan pemahaman atau lewat gurunya," ujarnya.

BoneTenaga gizi (Nutrisionis) Puskesmas Kecamatan Cina, Kabupaten Bone Sulsel, saat memberikan pedoman pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja di Kecamatan Cina Kabupaten Bone (Foto: Dok Tagar)

Di era pandemi Covid-19, pihaknya tetap memberikan pelayanan terpadu bagi remaja putri di wilayahnya.  Salah satu pelayanan yang dilakukan adalah terjun langsung ke setiap rumah-rumah remaja.

Langkah tersebut untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Pelayanan tersebut sangat efektif saat ini.

"Selama masa pandemi ini, pemberian TTD langsung door to door ke rumah, terkadang juga kami survey ke desa, kadang juga saya titip ke bidan desa atau kader kalau ketemu di Posyandu," ungkap Rahma Akil saat di temui di Puskesmas Cina, Selasa 8 Desember 2020.

                                ****

Rahma melanjutkan, pelayanan ini sangat memberikan kemudahan bagi TPG, karena langsung bertatap muka dengan orang tua remaja yang mengalami gangguan gizi. Meskipun terkadang tantangan besar, karena di Puskesmas Cina hanya dirinya sendiri petugas TPG.

"Tapi melalui pelayanan ini sangat memudahkan kami untuk memberikan konseling langsung kepada orang tuanya. Karena rata-rata banyak dari mereka tidak mau minum," tutur Rahma

"Alasannya setelah dikasih ada yang dilarang sama ibunya karena menurut ibunya itu katanya untuk ibu hamil, kemudian ada yang tidak suka rasanya, kemudian ada juga yang habis minum mual-mual, karena memang kan itu ada efek TTD, kalau habis diminum kadang ada efek mual atau pusing," tambahnya.

Rahma membeberkan, salah satu cara yang kerap disampaikan pihaknya adalah remaja putri untuk rajin mengkonsumsi makanan yang bergizi. Cara itu agar mereka terhindar dari persoalan gizi buruk.

"Di samping itu kami juga selalu kasih konseling agar remaja putri itu rajin konsumsi sayuran atau makanan yang tinggi zat besi, contohnya daun kelor. Apalagi sekarang banyak remaja putri itu mengikuti diet yang salah misalnya malas makan karena takut gemuk," urainya.

Ia berpesan kepada remaja putri, bahwa TTD ini bukan obat tapi merupakan salah satu zat gizi yaitu zat besi yang tujuannya untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja putri.

"Karena kita tau rematri itu sangat beresiko terkena anemia karena mengalami menstruasi setiap bulan jadi ada pelepasan darah setiap bulannya. Jadi manfaatnya itu untuk membantu pemenuhan zat besi dalam darah sehingga remaja putri tidak gampang terkena anemia," bebernya.

Webinar Kesehatan Menambah Ilmu Baru

Rahma mengakui, pemberian TTD untuk remaja putri yang ada di wilayahnya vakum sejak April sampai Mei 2020.

Namun setelah mengikuti Webinar yang diselenggarakan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan sejumlah lembaga seperti Jenewa Madani Indonesia yang didukung penuh oleh United Nations Children's Fund (UNICEF)  pengetahuannya sebagai staf TPG meningkat.

Mendapatkan ilmu pada webinar tersebut menambah semangatnya mengimplementasikannya kepada masyarakat.

Namun masalah ini bisa kita atasi sejak dini dengan memberikan TTD yang rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.

Bahkan manfaat dari ilmu yang diperoleh dari webinar tersebut sangat memudahkan dirinya untuk menerapkan pola konseling kepada masyarakat, terutama orang tua remaja putri yang mengalami gizi buruk.

"Alhamdulillah ilmu tersebut sangat bermanfaat, soalnya pada April sampai Mei pemberian TTD pada rematri sempat vakum karena adanya pandemi dan setelah kami ikut webinar itu ternyata pemberian TTD rematri pada saat pandemi itu sangat penting," terang dia.

Cara yang ia dapat saat webinar adalah turun langsung di rumah-rumah remaja yang mengalami gizi buruk.

"Pemberian TTD pada remaja putri selama pandemi  melibatkan kader dan bidan desa. Di mana biasanya  diberikan di sekolah-sekolah dan setelah adanya pandemi harus diberikan di rumah masing-masing," kata dia.

UNICEF Hadir Memberikan Kemudahan untuk Tuntaskan Persoalan Gizi

Kepala kantor perwakilan UNICEF wilayah Sulawesi dan Maluku, Henky Widjaja mengatakan, UNICEF terus hadir untuk memberikan kemudahan untuk menuntaskan persoalan gizi di Indonesia.

Beberapa langkah yang telah dilakukan adalah menjalankan berbagai program, seperti program aksi gizi yang berisikan tiga komponen utama, yaitu distribusi TTD, melakukan pendidikan gizi, dan komunikasi perubahan perilaku yang bertujuan untuk penguatan kesehatan yang berkelanjutan.

PuskesmasUPTD Puskesmas Cina Kabupaten Bone Sulsel. (Foto: Dok Tagar)

"Program aksi bergizi dilaksanakan oleh UNICEF bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia. Tidak hanya melalui fasilitas-fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan Posyandu, tetapi juga dilaksanakan di sekolah-sekolah untuk menjangkau para remaja melalui pemberian tablet tambah darah," kata Henky Widjaja.

Henky menambahkan, pelaksanaan di sekolah bertujuan untuk memastikan remaja putri dapat menerima dan mendapatkan TTD dan memastikan mereka mengkonsumsinya. Sementara itu, pendistribusian TTD di masa pandemi Covid-19 ini dilaksanakan secara inovatif dan kreatif.

"Antara lain dengan menggunakan skema peer support antara siswa dan guru dan pemanfaatan teknologi serta media sosial untuk mengkampanyekan serta menjadi media komunikasi dan konsultasi antara siswa dan guru tentang kesehatan gizi," terang dia.

Kementerian Kesehatan baru-baru ini merilis data bahwa sekitar 23 persen remaja putri umur 14 hingga 18 tahun terindikasi mengalami kekurangan zat besi atau mengalami anemia.

Remaja putri yang mengalami anemia di kemudian hari setelah mereka menjadi ibu dikhawatirkan mengalami masalah yang sama yaitu masalah anemia.

"Namun masalah ini bisa kita atasi sejak dini dengan memberikan TTD yang rutin dan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi yang tinggi kepada remaja-remaja putri," ujarnya. []

Berita terkait
UNICEF Ingatkan Dunia Akan Risiko Lost Generation
Dana anak-anak PBB (UNICEF) peringatkan kondisi anak-anak dan masa depan mereka yang terancam karena pandemi corona
Aceh Gandeng UNICEF Atasi Gizi Buruk dan Stunting
Pemerintah Provinsi Aceh bekerja sama dengan UNICEF untuk mengatasi gizi buruk dan stunting pada anak di Aceh.
Akibat Terlilit Utang, UNICEF dan NGO Lindungi Hak Anak-anak Yunani
Yunani menghadapi dua krisis selama beberapa tahun belakangan ini yaitu pengungsi dan utang, akhirnya UNICEF dan NGO Lindungi Hak Anak-anak Yunani.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.