Jakarta - Produsen farmasi asal Amerika Serikat Merck & Co mendapat persetujuan dari Uni Eropa untuk memasarkan vaksin ebola. Restu itu keluar sebulan setelah panel ahli Obat-Obatan Eropa (EMA) mendukung produksi vaksin yang pertama kali untuk melawan virus yang mematikan itu.
Vaksin Ebola ini direkomendasikan untuk orang berusia 18 tahun ke atas. Vaksin ini di bawah pedoman darurat untuk melindungi penyebaran wabah ebola yang mematikan di Republik Demokrat Kongo.
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Selasa, 12 November 2019, Kementerian Kesehatan AS juga tengah meninjau vaksin ebola yang diproduksi Merck. Kementerian Kesehatan diharapkan sudah bisa mengeluarkan keputusannya pada triwulan pertama tahun depan.
Ebola adalah penyakit mematikan yang menular. Penularan virus penyebab ebola terjadi melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi virus. Cara penyebarannya antara lain; kontak langsung antar manusia, penularan dari hewan ke manusia, makanan tertentu, dan benda yang sudah terkontaminasi.
Sejak pertengahan tahun lalu, wabah ebola di Kongo telah menewaskan lebih dari 2.100 orang. Ini menjadikan wabah ebla terbesar kedua dalam sejarah, setelah epidemi 2013 - 2016 di Afrika Barat yang menewaskan lebih dari 11.300 orang. "Uni Eropa mendukung upaya internasional untuk memerangi ebola di semua lini, dan pengembangan vaksin hingga memberikan bantuan kemanusiaan," kata Christos Stylianides, Koordinator Ebola Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
Merck menyatakan prioritasnya adalah untuk mendapatkan persetujuan regulatori dari pabrik Ervebo di Jerman. Dengan demikian, vaksin ebola yang berlisensi dapat dipakai untuk mendukung kesiapan kesehatan masyarakat global.[]
- Baca Juga: Uni Eropa dan PBB Kecam Trump dan Netanyahu, Terkait Statusquo Jerusalem
- Mark Zuckerberg Diminta Menghadap Uni Eropa Mempertanggungjawabkan Skandal Data