Menlu Amerika Bertemu Menlu Rusia Bahas Ukraina

Ini keempat kalinya dalam sepekan terakhir di mana para pejabat AS dan Rusia terlibat dalam pembicaraan langsung
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken (kiri), dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, bertemu di sela-sela pertemuan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) di Stockholm, Swedia, 2 Desember 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, berada di Jenewa, pada hari Jumat, 21 Januari 2022, bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov. Ini keempat kalinya dalam sepekan terakhir di mana para pejabat AS dan Rusia terlibat dalam pembicaraan langsung.

Negara-negara Barat menuntut agar Rusia menarik pasukan dan senjatanya dari perbatasan Ukraina sementara Moskow mendesak NATO agar membatasi operasinya di bagian timur dan tengah Eropa, dan mendesak agar aliansi militer Barat itu menolak upaya Ukraina menjadi anggotanya.

Blinken pada hari Kamis menyatakan bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan mendorong konsekuensi “cepat dan besar” terhadap Rusia jika negara itu menginvasi Ukraina, tetapi ia juga mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, masih dapat memilih solusi diplomatik bagi ketegangan yang meningkat di Eropa Timur.

Blinken mengatakan AS telah bersikap “sangat jelas” bahwa jika pasukan militer Rusia bergerak melintasi perbatasan Ukraina “maka mereka akan dihadapkan pada tanggapan bersama yang cepat dan kuat dari AS, sekutu-sekutu dan mitra-mitra kami.”

Menlu Jerman Annalena BaerbockMenlu Jerman, Annalena Baerbock, di Washington, AS (Foto: dw.com/id)

Setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, di Berlin, Blinken mengatakan Putin memiliki pilihan antara “dialog dan diplomasi di satu sisi dan konflik serta konsekuensi di sisi lain. Ia harus memutuskan arah mana yang akan diambil.”

Blinken mengatakan, “Kita berada di titik menentukan,” mengacu pada kebuntuan antara negara-negara Barat dan Moskow terkait keputusan Putin untuk menempatkan 100 ribu tentara di sisi timur Ukraina.

Sementara AS telah bersikap tegas dengan menyatakan bahwa invasi militer Rusia terhadap Ukraina akan mendorong sanksi-sanksi ekonomi yang cepat dan signifikan, tanpa tanggapan militer AS atau NATO, AS bersikap kurang jelas mengenai apa yang akan dilakukan Barat jika terjadi serangan siber oleh Rusia atau aksi-aksi lainnya terhadap pemerintah Kyiv.

Pada konferensi pers hari Rabu, Presiden AS Joe Biden mengeluarkan pernyataan membingungkan mengenai tanggapan Barat terhadap apa yang ia sebut “serangan kecil.”

jen psakiSekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, di Gedung Putih di Washington, AS, 12 November 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Kevin Lamarque)

Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, kemudian menyatakan Biden “tahu dari pengalaman panjang bahwa Rusia memiliki strategi agresi yang luas di luar aksi militer, termasuk serangan siber dan taktik paramiliter. Dan ia mengukuhkan bahwa tindakan agresi Rusia akan dihadapkan pada respons tegas, timbal balik dan bersatu.”

Pernyataan Biden mengenai “serangan kecil” memicu tanggapan tajam dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, yang mencuit di Twitter, “Kami ingin mengingatkan kekuatan-kekuatan besar bahwa tidak ada serangan kecil dan negara kecil. Seperti halnya tidak ada sedikit korban dan sedikit kesedihan karena kehilangan orang tercinta. Saya katakan ini sebagai presiden dari kekuatan besar.” (uh/ab)/voaindonesia.com. []

Konsekuensi Berat Bagi Rusia Jika Invasi Ukraina

Menlu Jerman Kunjungi Rusia Usai Melawat ke Ukraina

Tindakan Terhadap Rusia Jika Moskow Serang Ukraina

Situasi Terkait Rusia-Ukraina Sangat Berbahaya

Berita terkait
Tindakan Terhadap Rusia Jika Moskow Serang Ukraina
Rusia telah meningkatkan ancamannya dan menghimpun hampir 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina