Mengenal Sukanto Tanoto, Tuan Tanah di Ibu Kota Baru

Sukanto Tanoto disebut tuan tanah di wilayah yang akan dijadikan sebagai ibu kota baru di Kalimantan Timur.
Sukanto Tanoto. (Foto: tanotofoundation.org)

Jakarta - Nama Sukanto Tanoto menjadi perbincangan khalayak setelah dirinya disebut menguasai konsesi lahan di daerah yang akan dijadikan sebagai ibu kota baru di Kalimantan Timur. Melalui perusahaan yang ia miliki, PT ITCI, Tanoto menguasai lahan seluas 6.000 hektare di kawasan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Berikut ini Tagar rangkum profil Sukanto Tanoto:

Latar Belakang

Sukanto Tanoto lahir di Medan pada 25 Desember 1949. Dikutip dari Business Time Singapore, Tanoto merupakan anak pertama dari 7 bersaudara. Tanoto memiliki masa kecil yang sulit. Di masa awal Orde Baru, tahun 1966, usaha yang dijalankan ayah Tanoto ditutup paksa lantaran ayahnya saat itu belum menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). 

Hal tersebut membuat Tanoto harus berhenti sekolah dan tidak bisa melanjutkan studi ke sekolah negeri. Tanoto juga mendapat kesulitan setelah sang ayah meninggal secara mendadak. Dari situ Tanoto menjadi tulang punggung untuk menghidupi keluarganya.

Awal Bisnis

Tanoto menjalankan kembali usaha yang sudah dirintis ayahnya. Bisnisnya mulai berkembang ketika mampu memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional. Usaha Tanoto kian melambung ketika ia membuka perusahaan kayu plywood.

Usaha Tanoto di bidang kayu berkembang ketika ia mendirikan pabrik kertas PT Indorayon Utama di desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea. Sejak awal berdiri, perusahaan tersebut mendapat penolakan dari warga sekitar lantaran melakukan deforestisasi dan pencemaran sungai. Namun izin usaha perusahaan tersebut tidak dicabut karena disebut-sebut Tanoto dekat dengan Soeharto.

Operasi PT Indorayon kemudian dihentikan pasca Orde Baru runtuh pada 1998. oleh Presiden BJ Habibie. Tidak sampai disitu, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kemudian mencabut izin usaha Indorayon pada tahun 1999. Namun, di era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, perusahaan milik Tanoto tersebut kembali diizinkan beroperasi dengan nama baru, PT Toba Pulp Lestari (TPL). Sampai saqat ini, konflik antara perusahaan dengan masyarakat dan aktivis lingkungan hidup masih kerap terjadi.

Selain TPL, Tanoto mendirikan beberapa perusahaan, di antaranya pabrik kelapa sawit PT Asian Agri. Berdiri sejak 1979, perusahaan ini memiliki konsesi lahan seluas 60.000 hektare dan memperkerjakan sekitar 30.000 orang pegawai. Perusahaan ini sempat terlibat masalah hukum. Pada 2013, Mahkamah Agung memvonis 14 perusahaan Grup Asian Agri (GAA) dan harus membayar denda sebesar Rp 2,5 triliun. Perusahaan milik Tanoto disebut-sebut menjadi biang kerok kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2013.

Perusahaan-perusahaan yang dimiliki Tanoto tergabung dalam grup bisnis Royal Golden Eagle (RGE). RGE terdiri dari 8 induk usaha yang bergerak di bidang industri kertas, benang, kelapa sawit, minyak goreng, dan gas alam.

Filantropis

Selain dikenal sebagai pebisnis, Sukanto Tanoto juga dikenal terlibat dalam kegiatan amal. Melalui coorporation social responsibility (CSR) perusahaannya, Tanoto membangun beberapa sekolah di Riau. Perusahaannya juga memberikan pendampingan kepada kelompok tani di Riau. 

Tanoto juga aktif dalam kegiatan filantropis melalui yayasan sosial yang ia dirikan, Tanoto Foundation. Yayasan tersebut aktif memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Baca juga: Harta Sukanto Tanoto Pemilik Tanah di Ibu Kota Baru

Berita terkait
Harta Sukanto Tanoto Pemilik Tanah di Ibu Kota Baru
Pemilik Royal Golden Eagle (RGE) Group, Sukanto Tanoto disebut-sebut sebagian besar mengusai lahan yang akan ditempati sebagai ibu kota baru.
BJ Habibie Presiden yang Berani Tutup TPL
BJ Habibie, bagi kalangan aktivis pro lingkungan Danau Toba dan Tanah Batak, merupakan tokoh yang tak dapat dilupakan.
NSHE dan TPL Bicara Lingkungan di Medan, Walhi Protes
Walhi gelar aksi protes terhadap acara "Indonesia Climate Change Forum & Expo in Conjuction with Pekan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara".