Memakai Ratna untuk Merusak Citra Jokowi-Ma'ruf, Kubu Prabowo Kena Bumerang

Memakai Ratna Sarumpaet untuk merusak citra Jokowi-Ma'ruf, kubu Prabowo kena bumerang, para penyebar hoaks Ratna bisa dijerat hukum.
Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (tengah) dan Sandiaga Uno (kanan) didampingi Dewan Penasihat BPN Amien Rais (kiri) memberikan keterangan pers mengenai berita bohong penganiayaan Ratna Sarumpaet, di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (3/10/2018). (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Bandung, (Tagar 5/10/2018) - Memakai Ratna Sarumpaet untuk merusak citra Jokowi-Ma'ruf, kubu Prabowo kena bumerang, para penyebar hoaks Ratna bisa dijerat hukum.

Hal itu disampaikan pengamat politik sekaligus peneliti senior Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran, Idil Akbar.

Idil menilai, walaupun Ratna Sarumpet, Prabowo Subianto dan pihak lain yang menyebarkan hoaks Ratna telah meminta maaf, tetapi permintaan maaf tersebut tidak akan membebaskan mereka dari jeratan hukum.

"Secara etika, meminta maaf memang sesuatu yang sudah sewajarnya dilakukan. Namun, di dalam UU ITE persoalan maaf ini bukan menjadi bagian yang bisa menggugurkan perbuatan Ratna Sarumpet, Prabowo Subianto, Fadli Zon dan semua pihak yang turut menyebarkan hoaks tersebut," tuturnya kepada Tagar News saat ditemui di kantornya, Bandung, Kamis (4/10).

Sebab, dalam UU ITE jelas Idil, siapa pun yang ikut menyebarkan kebohongan dan atau kebencian dapat dikenakan sanksi. Maka dari itu, lanjutnya, Ratna Sarumpaet dan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang turut menyebarkan hoaks tersebut harus siap menghadapi rentetan tuntutan hukum. Pembenaran yang sudah dilakukan Ratna Sarumpaet, Prabowo Subianto dan pihak lain dinilai justru semakin membuat runyam permasalahan.

Baca juga: Ridwan Kamil Sarankan Ratna Sarumpaet Minta Maaf Pada Masyarakat Bandung

"Karena bagaimanapun perbuatan ini sudah masuk ranah hukum, dan secara politik ini jelas tidak menguntungkan dan membawa preseden negatif bagi rakyat," jelasnya.

Niat Merusak Citra Jokowi-Ma'ruf

Idil mengkritisi tujuan dari penyebaran hoaks Ratna Sarumpaet oleh kubu Prabowo-Sandiaga yang ingin mendegradasi citra Jokowi-Ma'ruf. Menurutnya hal itu akhirnya justru menjadi bumerang, tidak hanya bagi Ratna, tetapi justru berdampak sistemik terhadap Tim Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga.

"Itulah mengapa saya katakan bahwa Ratna Sarumpaet ini tidak berpikir logis dan strategis, hanya semata berpikir perbuatannya bisa mendegradasi citra Jokowi-Ma'ruf justru jadi merugiakan sendiri," terangnya.

Menurutnya, perbuatan Ratna Sarumpaet (RS) dalam perdebatan apa pun tetap tidak bisa dibenarkan. Kebohongan yang dilakukan bisa bersifat sistemik dan merugikan banyak orang. Maksud sistemik tersebut yaitu, perbuatannya dapat menyeret mereka yang turut ikut dalam
kebohongan tersebut.

"Disinilah masalahnya, sebab banyak dari pihak pemenangan Prabowo-Sandi yang ikut terlibat dalam penyebaran kebohongan tersebut, termasuk bahkan Prabowo sendiri dan para petinggi parpol pendukung maupun tim kampanye lainnya. Jadi, mereka juga bisa terkena dampak hukum atas perbuatan RS ini," katanya.

Di tempat berbeda, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuntut Ratna Sarumpaet meminta maaf kepada warga Kota Bandung juga. Sebab, kebohongan yang telah dilakukan Ratna Sarumpaet telah merusak nama baik Kota Bandung terkait dalam kebohongan RS ini disetting Ratna di Kota Bandung.

"Satu kalimat dari ibu akan meredakan hal ini tanpa berpanjang lebar. Insya Allah mereka pemaaf," katanya. []

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.