Masjid di Atas Kuburan

Masjid itu konon dibangun di atas kuburan, sangat ramai dikunjungi hingga saat ini, dan tidak banyak yang tahu ternyata ada banyak misteri di sana.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay/xegxef)

Bantaeng - Katanya setiap tempat memiliki 'penunggu', dalam artian makhluk lain yang tidak kasatmata. Kebanyakan mereka sering menampakkan diri di tempat-tempat tertentu yang sepi, kotor atau sudah lama tidak terurus. Namun bukan tidak mungkin mereka juga menghuni tempat-tempat suci di antaranya masjid.

Karena pada dasarnya mereka adalah wujud dari jin. Dalam agama Islam memang ada jin kafir dan jin muslim, yang jahil ataupun yang ramah.

Di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, saya mendapat informasi dari beberapa narasumber yang bercerita tentang para korban yang jatuh di balik megahnya sebuah masjid yang sebaiknya tidak kusebutkan namanya. 

Masjid itu masih sangat ramai dikunjungi hingga saat ini, dan tidak banyak yang tahu ternyata ada banyak misteri di sana. Konon masjid itu dibangun di atas sebuah kuburan. Kemungkinan kuburan China, menurut kesaksian salah satu narasumber saya yang saat itu turut dalam penggalian pondasi masjid.

Narasumber pertama, sebut saja namanya Pak Burhan. Pria berusia kurang lebih 40 tahun itu berkisah banyak kepadaku tentang apa-apa saja yang pernah terjadi di sana. Mulai dari waktu pembangunan masjid megah itu sampai saat ini. Aktivitas makhluk astral kerap terjadi dan sifatnya pun berbeda-beda. Ada yang menjahili yakni dengan sengaja membuat kaget pengunjung masjid, terutama bagi pendatang yang tidak memberi salam. Ada juga yang hanya menampakkan diri, berlalu seolah baru saja keluar dari masjid.

"Waktu penggalian pondasi di sana, yang saya dan teman-teman temukan itu macam-macam. Mulai dari guci tua, piring gelas terbuat dari keramik, bahkan ada beberapa peti kayu," kata Pak Burhan kepadaku sewaktu kutemui di rumahnya, Sabtu, 19 Oktober 2019. 

Dengan sedikit bergidik seolah mengingat kejadian yang mengerikan, Pak Burhan terus bercerita tentang hal-hal aneh semasa ia melakukan penggalian bersama teman-temannya.

"Ini lihat, saya masih merinding tiap ingat kejadian itu," katanya sambil menunjukkan lengannya kepadaku. Hal yang paling mengejutkanku adalah ternyata salah satu rekannya sewaktu mengerjakan proyek pembangunan masjid yang sangat besar itu ada yang meninggal.

"Waktu itu, temanku yang sopir molen, sama-sama mengerjakan masjid itu. Dia kencing di salah satu galian, karena sudah tidak tahan lagi. Setelah kencing, dia lihat sosok kakek-kakek berjanggut dan pakai sorban. Dia cuma sempat cerita itu, besoknya meninggal dunia," kata Pak Burhan sedikit terbata. 

Sopir molen, molen maksudnya mobil angkutan mesin berbentuk seperti molen, untuk mengangkut bahan cor bangunan masjid.

Dari raut wajahnya tampak begitu berat kejadian tadi dikenangnya kembali. Saya yakin masih banyak hal yang tidak diceritakan Pak Burhan padaku. Saya tidak melanjutkan pertanyaan. Beliau belum juga menjelaskan banyak hal termasuk dikemanakan benda-benda temuan hasil galian itu. Apakah diangkat atau dibiarkan tetap di tempatnya.

Suasana berubah drastis setelah Pak Burhan menceritakan pengalaman pahit yang pernah dilaluinya. Sebelum saya pamit, ia sempat menyebutkan rekannya itu adalah seseorang yang berasal dari Suku Kajang.

Setelah kencing, dia lihat sosok kakek-kakek berjanggut dan pakai sorban.

***

Setelah menemui Pak Burhan, saya meneruskan perjalanan mengunjungi rumah rekan saya yang juga banyak tahu tentang sisi lain masjid dengan bangunan yang megah itu. Sebut saja namanya Ardi. Umurnya 28 tahun. Dia masih lajang, tapi dunianya penuh tualang. Dia senang berkumpul dan berdiskusi dengan orang-orang tua. Oleh sebab itu Ardi punya banyak pengetahuan, tentang cerita-cerita yang tidak beredar luas di masyarakat.

Kata Ardi, ia memang pernah mendengar dari salah satu tetua di sekitar rumahnya. Dia masih mengingat jelas hal-hal yang dibahas di pos ronda malam itu. Ternyata tempat dibangunnya masjid besar itu dahulu kala dikenal sebagai lokasi pabrik gabah. 

Letaknya memang tak jauh dari area persawahan masyarakat setempat. Sementara yang diketahui sebagai 'penjaga' wilayah tersebut adalah seseorang dalam wujud kakek tua, berjanggut dan menggunakan sorban putih di kepalanya. Namun yang masih menjadi misteri hingga kini karena tidak ada satupun yang tahu, siapakah sosok tersebut.

"Selain itu yang banyak dilihat orang katanya yang paling sering menampakkan diri itu sosok yang kadang ditemui usai menunaikan salat. Dia berpakaian muslim seperti manusia, hanya saja yang beda adalah posturnya yang sangat jauh dari manusia normal, tinggi dan besar. Sangat besar sampai orang tidak sempat lihat bagaimana mukanya," kata Ardi.

Sementara di sekitar halaman masjid juga sosok lain yang kerap muncul adalah sosok yang posturnya juga tinggi dengan keseluruhan berwarna hitam. Sosok itu lebih dikenal dengan sebutan 'Longga'. Atau dalam bahasa Indonesia Longga berarti tinggi atau jangkung.

Ardi juga menyebutkan tentang adanya seseorang yang pernah jatuh dan langsung meninggal di sana.

"Waktu itu setelah menunaikan salat ied, sepertinya waktu itu Idul Adha. Imam belum menyelesaikan ceramahnya tapi di barisan paling belakang beberapa orang sudah ramai-ramai berjalan pulang. Saling tubruk karena saking padatnya jamaah salat ied. Saya tidak tahu bagaimana kronologis lengkapnya, yang pasti korban pada hari itu adalah seorang nenek-nenek yang terjatuh dan langsung meninggal," tutur Ardi.

Seketika bulu kuduk saya merinding dan tidak bisa membayangkan kengerian yang terjadi pada hari itu. Pastilah orang-orang yang berada di lokasi sangat kaget dan syok. Saya yang hanya mendengar cerita saja seketika gemetar. Rambut kulit di lengan seperti tersengat sesuatu, dan leher serta punggung saya serasa ditiup-tiup perlahan, sangat dingin. Semua hal yang saya dengar sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Saya memang tidak berhadapan langsung dengan kejadian-kejadian itu. Tapi tak dapat kusembunyikan ketakutanku setelah mengetahuinya. Ardi sangat mengenalku. Dia tahu betapa saya terkejut mendengar penuturannya waktu itu. Saya sempat tertegun beberapa saat setelah ia bercerita tentang korban yang jatuh dan meninggal di tempat. Ekspresi ketakutan benar-benar tak bisa kubendung lagi. Ardi memahami hal itu.

"Sebenarnya kalau cerita soal seperti itu bukan cuma ada di sana. Hampir setiap tempat ada. Hanya saja menurut saya penting untuk mengetahui juga jika memang kamu ingin tahu. Biar kedepannya kita bisa menghargai setiap tempat dan hal baru yang kita temui," ujar Ardi. Saya tahu kalimat itu adalah upaya untuk menenangkanku.

Saya pamit setelah cukup mendengar cerita-cerita itu dari Ardi. Di sepanjang perjalanan menuju rumah, semua kisah yang saya dengar pada hari itu terus melintas di pikiran. Ingatan terus membayangkan kejadian-kejadian ngeri yang pernah terjadi di sana. Saya kembali terbayang raut wajah Pak Burhan yang tampak takut dan trauma sewaktu bercerita tentang rekannya. Tentang apa yang ia saksikan di depan matanya.

Saya terus beristigfar, lalu berwudu untuk menenangkan diri sesuai anjuran Ardi. Tak lama kemudian saya dengar azan magrib berkumandang. Setelah cukup tenang, saya memantapkan hati melaksanakan salat berjamaah di masjid dekat rumah. []

Baca cerita seram lain:

Berita terkait
Masjid dan Gereja, Kakak Adik di Tanah Jepara
Bangunan masjid hijau lumut dan gereja kuning oranye itu berdiri berhadapan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Boneka Hapus Air Mata Amelia dari Trauma Wamena
Diberikan boneka, Amelia merasa bahagia, bisa menghapus air mata. Dia merupakan pengungsi dari Wamena, Papua yang pindah ke Sulawesi.
Mengungkap Legenda Ilmu Hitam Parakang di Bantaeng
Parakang adalah sejenis ilmu hitam yang dimiliki manusia. Hal mistis ini sudah melegenda di Bantaeng, Sulawesi Selatan, hanya segelintir yang tahu.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.