Masa Depan Ekonomi Digital dengan Palapa Ring

Palapa Ring diresmikan meluncur Senin, 14 Oktober 2019. Seperti apa masa depan ekonomi digital Indoensia setelah ini? Berikut ulasannya.
Ilustrasi Gambar Palapa Ring. (Foto: Intagram/mgunawanputra)

Jakarta - Palapa Ring adalah proyek pembangunan back bone atau tulang punggung serat optik nasional, yang menjangkau hingga pelosok dari ujung ke ujung di Tanah Air.

Tiga ruas back bone seperti dilaporkan Antara, yakni Palapa Ring Barat, Palapa Ring Tengah, dan Palapa Ring Timur, menghubungkan 90 kabupaten/kota, terdiri dari 57 kabupaten/kota layanan dan 33 kabupaten/kota interkoneksi. 

Hadirnya akses internet membawa berbagai manfaat, mulai dari manfaat sosial, membawa dunia lebih dekat dengan masyarakat, hingga manfaat ekonomi yang sangat besar.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Google, Temasek, ekonomi internet di Indonesia diprediksi mencapai 130 miliar dolar AS atau Rp 1,88 kuadriliun pada 2025.

Pasar ekonomi berbasis internet di Indonesia bahkan diprediksi berkembang sangat pesat, empat kali lipat menjadi 40 miliar dolar AS dalam empat tahun terakhir, dan menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Soal angka, pemerintah tampaknya tak setuju dengan proyeksi Google dan Temasek itu. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara punya hitung-hitungan sendiri yang bahkan melampaui angka tersebut.

"To our projection, 135 miliar dolar AS itu tahun 2020, tapi memang 130 miliar dolar AS punya Google dan Temasek itu hanya untuk ride-hailing, e-commerce, kemudian payment, sedangkan saya menghitung untuk sektor-sektor lain," ujar Rudiantara saat menghadiri kerja sama startup kesehatan dengan Badan hukum publik di Jakarta, baru-baru ini.

Kalau 130 miliar dolar AS, artinya tahun depan, ekonomi digital kita itu slightly over 11 persen dari ekonomi kita.

Uji Coba Palapa Ring, Menkominfo Video Call 4 Wilayah Terluar IndonesiaPembangunan jaringan serat optik nasional Palapa Ring akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. (Foto: Tagar Gemilang Isromi Nuari)

Proyeksi angka dari pemerintah itu disesuaikan dengan praktik di lapangan saat ini. Hampir semua sektor telah melakukan transformasi digital, mulai dari perbankan hingga telekomunikasi semuanya kini serba digital.

Itu yang menurut Rudiantara, belum masuk hitungan Google dan Temasek.

"Kalau 130 miliar dolar AS, artinya tahun depan, ekonomi digital kita itu slightly over 11 persen dari ekonomi kita," ujar Rudiantara.

Angka tersebut, menurutnya, jauh lebih besar dari ekonomi, baik digital maupun non digital, beberapa negara ASEAN.

"Tahun ini mungkin kalau kita pertumbuhan digitalnya mengikuti Google, itu sekitar 8-9 persen tahun 2019," ujar Rudiantara.

Kontribusi Startup

Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menyebutkan, perusahaan teknologi Tokopedia diperkirakan berkontribusi sebesar Rp 170 triliun bagi ekonomi Indonesia tahun 2019 atau naik dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp 58 triliun.

Laporan menyebutkan lonjakan angka tersebut didorong meningkatnya jumlah penjual dari sekitar lima juta pada tahun 2018 menjadi 6,4 juta pada tahun 2019.

Para penjual tersebut, kata riset, sekitar 86,5 persen merupakan pedagang baru yang tersebar di 96 persen kota/kabupaten di Indonesia dengan pemasaran lebih dari 200 juta jenis barang ke pelosok negeri.

William Tanuwijaya Co-Founder dan CEO Tokopedia mengatakan Tokopedia akan menjadi super ekosistem yang menjembatani semua pihak untuk akselerasi pemerataan ekonomi digital Tanah Air.

"Kami menargetkan 10 tahun ke depan bisa berkontribusi sebesar lima persen ekonomi Indonesia," ujar William dalam diskusi publik 'Dampak Tokopedia terhadap Perekonomian Indonesia' di Jakarta.

Tokopedia telah menjadi startup yang memiliki valuasi sedikitnya 1 milar dolar AS atau disebut unicorn. Selain Tokopedia, Indonesia kini memiliki empat unicorn lain, yaitu Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan yang terbaru OVO.

Sedangkan Gojek saat ini telah telah memiliki valuasi sedikitnya 10 miliar dolar AS, atau telah menjadi decacorn.

Berdasarkan itu semua, bisa dibayangkan kontribusi dari perusahan-perusahaan teknologi tersebut terhadap ekonomi Indonesia.

Apalagi Rudiantara memprediksi tahun depan Indonesia akan memiliki empat sampai lima unicorn baru.

"Tahun ini lima sudah pasti, kita berharap satu lagi hingga akhir tahun, ada enam, kalau empat ya berarti ada 10 sampai akhir tahun 2020," tutur Rudiantara.

Membangun Infrastruktur

Pemerintah diharapkan tidak terbuai angka-angka tersebut. Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Nonot Harsono, mendorong pemerintah untuk terus membangun infrastruktur.

"Palapa Ring sangat penting untuk pemberdayaan masyarakat yang belum kebagian back bone. Peresmian Palapa Ring adalah kick off dari presiden untuk teruskan pekerjaan mulia ini, ini bukan seremoni, ini baru intro," ujar Nonot Harsono.

Saat ini, kata Nonot, pemerintah baru membangun back bone yang mencapai kota dan kabupaten. Pemerintah diharap melanjutkan proyek tersebut hingga ke kecamatan dan kelurahan, kemudian ke rumah-rumah penduduk dan fasilitas-fasilitas umum, seperti sekolah dan rumah sakit.

'Pekerjaan Rumah' pemerintah tidak berhenti sampai di situ. Nonot mengatakan pembangunan infrastruktur harus dibarengi literasi digital agar akses internet dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, termasuk dalam mendorong ekonomi Indonesia.

Pemerintah sejak tiga tahun lalu telah melakukan kampanye literasi digital melalui Siberkreasi, yang kini telah menjadi Yayasan, untuk mendorong masyarakat memanfaatkan internet dengan baik.

Mengenai pembangunan infrastruktur, Rudiantara mengatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) menjadi fokus ke depan.

"Kita itu negara yang belanja pemerintahnya di ICT sangat rendah. kita ini terlambat membangun ICT. belanja pemerintah kita terhadap GDP rasionya cuman 0,1 persen. Thailand 0,3 persen, Malaysia 0,6 persen," ujar Rudiantara.

Kalau dihitung, menurut Rudiantara, pemerintah Malaysia membelanjakan untuk ICT bagi setiap warga 18 hingga 19 kali lebih besar daripada Indonesia.

Tak mau ketinggalan dari negara tetangga, pemerintah mengkombinasikan pembangunan infrastruktur internet cepat proyek Palapa Ring dengan satelit multifungi, yang belakangan dikenal dengan istilah 'Tol Langit'.

Langkah tersebut dinilai tepat karena satelit paling cepat menjangkau daerah kepulauan.

"Agar tidak ketinggalan makanya kita harus bangun terus. Artinya satelit baru satu. Kita siapkan tahun depan satelit kedua, tahun depan siapkan satelit ketiga, karena negara kita negara kepulauan," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. []

Berita terkait
Tarif Jaringan Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur
Berikut tarif penggunaan layanan jaringan serat optik Palapa Ring, mulai dari Paket Barat, Tengah hingga Timur.
Besok, Peresmian Peluncuran Palapa Ring
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan peresmian Palapa Ring akan dilakukan, Senin, 14 Oktober 2019.
Foto: Menkominfo Rudiantara Uji Coba Palapa Ring
Pembangunan Palapa Ring Paket Barat dan Palapa Ring Paket Tengah telah rampung.