Malaysia Ingin Perluas Proyek Kereta Api dengan China

Jalur kereta api itu akan menghubungkan pantai timur dan barat semenanjung Malaysia dan direncanakan selesai akhir tahun 2026
Ilustrasi - Proyek Belt and Road Initiative China di Laos (Foto: dw.com/id - Oliver Raw/DW)

TAGAR.id - Pemerintah Malaysia mempertimbangkan perluasan proyek kereta api senilai 10 miliar dolar AS ke perbatasan dengan Thailand. Proyek itu bagian dari program Belt and Road Initiative (BRI) yang dipimpin China.

Jalur kereta api sepanjang 665 kilometer dan bernilai 50,27 miliar ringgit (10,63 miliar dolar AS) adalah bagian dari proyek prestisius Presiden China, Xi Jinping, yang dinamakan Belt and Road Initiative (BRI). Jalur kereta api itu akan menghubungkan pantai timur dan barat semenanjung Malaysia dan direncanakan selesai akhir tahun 2026.

Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, mengatakan hari Rabu (27/3/2024), pemerintahnya terbuka terhadap proposal untuk memperluas jalur hingga ke perbatasan dengan Thailand, untuk integrasi lebih lanjut ke dalam jaringan kereta api yang ada.

"Ketika konektivitas jalur kereta api antara Malaysia dan Thailand dapat dimodernisasi dan ditingkatkan, pergerakan kargo dan penumpang antara kedua negara akan menjadi lebih cepat, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Anthony Loke di hadapan Senat Malaysia.

proyek china di johorSalah satu proyek Belt and Road Initiative China di Johor, Malaysia (Foto: dw.com/id - MOHD RASFAN/AFP/Getty Images)

Bersaing dengan megaproyek Thailand

Juru bicara Kementerian Transportasi Thailand tidak segera menanggapi permintaan komentar. Jalur kereta api itu pertama kali diusulkan pada tahun 2017 dan sedang dibangun oleh unit China Communications Construction Co Ltd di Malaysia. Proyek ini telah selesai 60% pada bulan Maret, menurut kantor berita Malaysia, Bernama.

Thailand juga mempunyai rencana untuk berinvestasi dalam proyek jembatan darat besar-besaran di selatan negara itu untuk meningkatkan pertumbuhan dan perdagangan global. Jembatan ini akan melewati Selat Malaka yang padat.

"Daripada persaingan yang tidak menguntungkan, Kementerian Perhubungan (Malaysia) yakin bahwa Malaysia dan Thailand dapat menjajaki kerja sama yang lebih erat di bidang transportasi dan pembangunan nasional untuk saling menguntungkan dalam jangka panjang,” kata Anthony Loke.

Proyek infrastruktur China di Asia Tenggara

China pernah menjanjikan proyek-proyek infrastruktur miliaran dolar di seluruh Asia Tenggara, namun banyak di antaranya tidak pernah dibangun, menurut sebuah studi yang dilakukan Lowy Institute yang bermarkasi di Sydney, Australia.

Menurut hasil studi Lowy Institute yang dirilis hari Rabu, sejak tahun 2015 lebih dari USD50 miliar yang dijanjikan Beijing untuk proyek-proyek di Asia Tenggara belum dialokasikan. Lebih dari separuh proyek dibatalkan, dikurangi skalanya, atau tidak dilanjutkan.

Alexandre Dayant dan Grace Stanhope dari Lowy Institute mengatakan, ketidakstabilan politik, buruknya keterlibatan pemangku kepentingan lokal, dan menurunnya minat terhadap bahan bakar fosil telah menghambat rencana China di Asia Tenggara. Proyek yang dibatalkan antara lain Pembangunan pipa minyak sepanjang 598 kilometer di Malaysia, yang didanai dengan pinjaman dari China yang telah disetujui tahun 2017.

Meski begitu, China tetap menjadi mitra infrastruktur terbesar di Asia Tenggara dan terlibat dalam 24 dari 34 megaproyek di kawasan ini. Dari 24 proyek raksasa yang melibatkan China, tingkat penyelesaiannya sudah mencapai 33 persen, kata Lowy Institute. [hp/as (rtr, afp)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Studi Tunjukkan China Diproyeksikan Gagal Capai Semua Target Iklim 2025
China menargetkan untuk meningkatkan emisi karbon dioksida pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060