Malaysia Ajukan Keluhan ke Vietnam Terkait dengan Perluasan Terumbu Karang di Laut China Selatan

Malaysia mengirimkan surat keluhan kepada Vietnam atas dugaan perluasan terumbu karangnya di Laut China Selatan
FILE - Nelayan Vietnam memperbaiki jaring di perahu mereka saat berlabuh di pelabuhan Tho Quang, Danang, Vietnam, setelah melakukan perjalanan memancing di Laut China Selatan, 27/3/2016. (Hau Dinh, Arsip/AP)

TAGAR.id – Malaysia mengirimkan surat keluhan kepada Vietnam atas dugaan perluasan terumbu karangnya di Laut China Selatan, yang diklaim oleh kedua negara itu sebagai milik mereka, kata dua orang pejabat kepada Reuters. Ini adalah eskalasi bilateral yang jarang terjadi dan tidak melibatkan China.

Langkah tersebut kembali menyingkap satu dari sekian sengketa di jalur perairan strategis, yang sebagian besarnya diklaim China sebagai wilayah kedaulatannya itu, di mana Beijing sering terlibat dalam perselisihan dengan Filipina dan pertikaian sporadis dengan Vietnam.

Wilayah yang paling diperebutkan adalah sekitar kepulauan Spratly. Baik China, Taiwan, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, maupun Filipina memiliki klaim dan tingkat penguasaan yang berbeda-beda atas wilayah tersebut.

Surat dari Malaysia ditujukan ke Kementerian Luar Negeri Vietnam pada awal Oktober 2024, tapi sejauh ini belum mendapat balasan, kata kedua pejabat itu, yang menolak disebutkan namanya karena masalah isu tergolong sensitif.

Isi keluhan dalam surat itu menyangkut dugaan perluasan artifisial Vietnam atas Barque Canada Reef, sebuah pulau kecil di Kepulauan Spratly. Vietnam telah membangun berbagai infrastruktur di sana, menurut citra satelit yang dianalisis oleh pusat penelitian Center for Strategic and International Studies di Washington, yang dirilis bulan lalu.

Pada akhir Oktober 2024, Radio Free Asia melaporkan bahwa Vietnam juga membangun sebuah lapangan terbang di pulau tersebut.

Kementerian Luar Negeri Vietnam belum menanggapi permintaan komentar, sementara Kementerian Luar Negeri Malaysia tidak bersedia memberikan komentarnya.

Surat itu dikirim sebelum kedua laporan tersebut terbit dan hanya berisi kritikan terhadap perluasan terumbu karang, bukan pembangunan infrastruktur, ungkap salah satu pejabatnya.

Pulau-pulau kecil Spratly telah mengalami pembangunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, karena berbagai negara berusaha untuk memperkuat klaim teritorial mereka dan membuktikan bahwa mereka bisa mendukung kehidupan manusia di belasan pulau kecil Spratly dan fitur-fiturnya.

Aktivitas China paling menarik perhatian. Mereka membangun tujuh pulau di atas terumbu karang yang terendam—beberapa di antaranya dilengkapi dengan landasan pacu, dermaga, menara pengawas, dan baterai rudal.

Meskipun perselisihan antara Malaysia dan Vietnam atas wilayah jarang terjadi, Malaysia rutin mempermasalahkan apa yang disebutnya sebagai “perambahan” oleh nelayan Vietnam ke dalam Zona Ekonomi Eksklusifnya, yang menyebabkan penangkapan sejumlah awak kapal. (br/ab)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
China Caplok Perairan ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara
Dengan nine-dash line yang dibuat China secara sepihak, perairan Laut Natuna Utara masuk dalam perairan China sehingga bisa saja dicaplok