Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md menyatakan, pemerintah tidak pernah membahas dalam rapat khusus terkait isu kepulangan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Menurut dia, tidak ada yang perlu dirisaukan dari kepulangan pentolan FPI itu, karena ia memandang Rizieq bukanlah sosok yang kuat seperti tokoh revolusi Iran Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Kalau Khomaeni mau pulang dari Paris seluruh rakyatnya mau menyambut, karena Khomaeni ini orang suci.
"Enggak, terus terang pemerintah tidak pernah membahas itu secara khusus ya. Artinya, bahwa kita ndak anggap itu serius, karena Rizieq Shihab itu bukan Khomaeni," kata Mahfud dilihat Tagar dari kanal YouTube Front TV, Kamis, 5 November 2020.
Baca juga: Jangan Samakan Rizieq Shihab dengan Imam Ayatollah Khomeini
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menegaskan, Rizieq Shihab sangat berbeda dengan Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini yang dicintai banyak pengikut di dalam negeri.
"Kalau Khomaeni mau pulang dari Paris seluruh rakyatnya mau menyambut, karena Khomaeni ini orang suci. Kalau Rizieq Shihab kan pengikutnya enggak banyak juga kalau dibandingkan dengan umat Islam Indonesia pada umumnya. Jadi kita tidak khawatir juga," kata Mahfud Md.
Sementara, Pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti memandang sosok Habib Rizieq Shihab di Indonesia sudah selayaknya seorang politisi yang tidak bergelut harian dengan kehidupan rakyatnya, serta tidak memiliki intensitas perkaitan yang kuat dengan tokoh revolusi Iran Sayyid Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Menurut dia, semakin lama pentolan FPI itu tak mau beranjak dari Arab Saudi, maka semakin merenggang pula hubungan Rizieq Shihab dengan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Mahfud Md Membantah, Jokowi Tidak Represif Seperti era Soeharto
Keberadaan Rizieq Shihab di Arab Saudi, Ray pastikan tidak akan menimbulkan revolusi di Indonesia, sebagaimana yang terjadi di Iran pada tahun 1979. Dia mencatat, pecahnya peristiwa revolusi di berbagai negara harus melalui proses panjang, tidak bisa terjadi dalam sehari dua hari saja.
"Jadi jangan dibayangkan ini seperti misalnya di Iran ini Ayatullah ke Prancis dan dalam pelariannya justru menimbulkan revolusi Iran tahun 1979 dahulu. Enggak, di Indonesia itu pemimpin harus ada di tengah-tengah masyarakatnya dalam kondisi apapun. Jadi, kalau keluar dari situasi itu, maka semakin terlupakan oleh masyarakat kita," kata Ray Rangkuti saat menjadi pembicara di kanal YouTube Tagar TV dilihat Minggu, 18 Oktober 2020. []