Mahfud MD dan JK Masuk Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf

Jokowi-Ma'ruf Amin bergandengan tangan menuju Pilpres 2019. Mahfud MD dan Jusuf Kalla mengiringi mereka dalam barisan tim sukses.
Mahfud MD dan JK Masuk Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf | Calon presiden petahana Joko Widodo (kedua kiri) bergandengan tangan dengan calon wakil presiden Ma'ruf Amin (ketiga kanan) usai menyampaikan pidato politik di Gedung Joang 45, Jakarta, Jumat (10/8/2018). Joko Widodo menyampaikan pidato politik sebelum mendaftarkan diri ke KPU untuk Pilpres 2019. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Jakarta, (Tagar 12/8/2018) - Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate mengatakan ketua tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin merupakan tokoh nasional yang menonjol.

"Ketua tim nasional pemenangan Pilpres 2019 merupakan tokoh nasional yang menonjol yang secara efektif bekerja dan arah politiknya nasional," kata Johnny saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/8) mengutip Antara.

Kendati demikian, Johnny tidak mau membeberkan nama tokoh yang akan menjadi ketua tim pemenangan tersebut.

"Itu nanti pengumumannya oleh calon presiden, namun nama ketuanya sudah masuk," kata Johnny.

Beberapa nama tokoh nasional santer terdengar akan menjadi ketua tim pemenangan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam kontestasi politik di Pilpres 2019, seperti Wakil Presiden Jusuf Kalla dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.

Ketika ditanyakan mengenai kedua nama tersebut, Johnny menilai keduanya merupakan tokoh nasional yang menonjol dan layak untuk posisi tersebut.

Jusuf Kalla, menurut Johnny akan menjadi kekuatan tersendiri jika mau menerima tawaran menjadi ketua tim pemenangan.

"Namun, akan menjadi pertimbangan sendiri juga karena beliau adalah wakil presiden dan harus cuti, sementara pemerintahan harus tetap berjalan," katanya.

"Mungkin bisa saja Pak Mahfud karena beliau termasuk tokoh nasional menonjol. Siapa pun yang dipilih kami tetap mendukung keputusannya, yang terpenting bagi koalisi adalah bisa mempersiapkan dan mengoordinasikan segalanya dari unsur operasi di lapangan hingga pendekatan bagi program kerja calon," tambah Johnny.

Yang jelas, kata Johnny, tim pemenangan itu sangat besar, terdiri atas berbagai bidang dengan skala nasional mulai dari sekretaris, bendahara dan bagian lainnya yang dibagi dalam 10 direktorat.

"Jadi, kita tunggu saja pengumumannya. Yang pasti, saat ini tim inti di mana dewan pengarah dari semua ketua umum partai dan bagian command and control yang diisi para sekjen sudah terbentuk, sementara tim lengkapnya akan dibentuk Senin depan," ujar dia.

Johnny mengatakan tim tersebut bukan hanya bertugas untuk pemenangan pilpres 2019, melainkan juga menyusun dan mematangkan rencana program yang disebut oleh mereka sebagai Nawacita 2 serta cara pengimplementasiannya jika pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin terpilih sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024. 

Kualitas JK

Sejak Jumat (10/8) sudah santer terdengar Wakil Presiden RI sekaligus politisi senior Partai Golkar Jusuf Kalla masuk dalam tim sukses pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Informasi awal demikian, tapi untuk pastinya kita tunggu formasi dan struktur dari Tim Kampanye Nasional," ujar Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus di Jakarta.

Lodewijk mengaku sudah mendengar bahwa pihak Istana telah menunjuk JK untuk masuk jajaran tim sukses.

Menurut dia, jika Presiden Jokowi meminta JK masuk tim sukses, maka itu disebabkan Jokowi mengetahui betul kualitas JK.

"Kalau Pak Jokowi minta Pak JK, pasti karena beliau tahu kualitas Pak JK," jelas dia.

Selain itu, kata Lodewijk, Jokowi sudah melihat jelas loyalitas JK selama mendampinginya sejak Pilpres 2014 lalu.

"Pak JK sudah tunjukkan loyalitasnya. Lima tahun bukan waktu yang pendek. Kalau Pak Jokowi minta Pak JK, berarti Pak Jokowi menilai Pak JK positif," ujarnya.

Penjaga Gawang

Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi ketua tim pemenangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin dalam kampanye Pilpres 2019.

"Namun, sikap Pak JK lebih memilih fokus melaksanakan tugas pemerintahan. Bukannya menolak, melainkan Pak JK memilih menjadi penjaga gawang saja," kata Juru Bicara Wapres Husain Abdullah ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.

Jokowi menyampaikan hal tersebut saat dia menemui Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (9/8) siang.

Husain mengatakan Wapres Jusuf Kalla mempunyai pertimbangan matang terkait dengan pilihannya untuk tidak terlibat dalam tim pemenangan Jokowi.

JK lebih mempertimbangkan kepentingan umum bangsa dan negara dibanding kepentingan kelompok politik tertentu.

"JK memilih tetap konsisten saja melaksanakan pemerintahan hingga akhir masa pemerintahan Jokowi dan JK tanpa harus terlibat dalam kegiatan pilpres," tambah Husain.

Dengan tidak terlibat dalam tim pemenangan kampanye Jokowi/Ma'ruf Amin tersebut, JK dapat mengendalikan pemerintahan saat Jokowi cuti kampanye nanti sehingga tidak ada kekosongan pemerintahan di pusat selama kampanye Pilpres.

"Dengan demikian, pemerintahan akan tetap berjalan baik, terutama saat Pak Jokowi cuti kampanye dan keperluan Pilpres lainnya yang padat dan menyita waktu kerja beliau," ujar Husain.

Inisial M

JK sempat juga dikabarkan akan menjadi cawapres Jokowi dalam Pilpres 2018 kalau Mahkamah Konstitusi membolehkan seseorang yang sudah jadi wapres dua periode tapi tenggang waktunya tidak berturut-turut bisa mencalonkan diri lagi. Namun sampai terakhir belum ada kabar dari Mahkamah Konstitusi, dan Jokowi akhirnya menetapkan pilihan pada Ma'ruf Amin.

Di Jakarta Kamis (9/8) Presiden Joko Widodo menyebut cawapres yang akan mendampinginya dalam Pilpres 2019 dengan inisial nama berhuruf depan "M" bisa jadi adalah Muhammad Jusuf Kalla.

"Muhammad Jusuf Kalla, itu juga M. Ya sudah ya," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah menemui Wapres JK di Kantor Wapres Jakarta.

Hal itu disampaikannya setelah wartawan mengkonfirmasikan kembali perihal cawapresnya yang disebutkan sebelumnya berinisial nama depan huruf M.

Presiden Jokowi tidak menyebutkan nama lain selain Muhammad Jusuf Kalla saat menjawab pertanyaan itu.

Namun, ia menegaskan pengumuman cawapresnya akan dilakukan sebelum pendaftarannya ke KPU pada Jumat pagi (10/8) sekitar pukul 09.00 Wib.

"Bisa nanti sore hari ini, bisa nanti besok. Bisa sore bisa besok pagi," ucapnya.

Jokowi mengaku menemui JK secara khusus untuk membahas berbagai hal terkait rencana pendaftaran ke KPU.

Ia bahkan mengatakan mendapatkan banyak masukan dari JK terkait rencana pendaftaran ke KPU esok.

Sebelumnya, Jokowi menyebutkan bahwa cawapresnya adalah seorang tokoh yang diharapkan bisa diterima seluruh elemen masyarakat dengan inisial nama "M".

Sejumlah pihak berasumsi inisial itu mengarah kepada Mahfud MD, Moeldoko, hingga Ma'ruf Amin.

Saling Melengkapi

Setelah akhirnya Jokowi memilh Ma'ruf Amin, Jusuf Kalla mengatakan pasangan bakal capres-cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin bisa saling melengkapi dalam memimpin Indonesia.

"Saya yakin bahwa dalam beberapa hal tentu beliau saling melengkapi, artinya baik dari segi nasional, seperti dibicarakan juga beliau religius juga tentu pengetahuan masing-masing berbeda sehingga bisa saling mengisi," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Jumat.

Sebelumnya, JK pernah menyampaikan dua kriteria bakal calon wapres yang tepat untuk Joko Widodo.

Kriteria pertama, pendamping Jokowi haruslah tokoh yang memiliki kekuatan dukungan politis untuk mendorong elektabilitas, dengan menaikkan minimal 15 persen perolehan suara. Kriteria kedua, bakal cawapres Jokowi harus memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan ekonomi, sosial dan politik di Tanah Air.

"Kalau untuk menambah pemilih, pasti yakin bahwa sebagai ulama pasti kan banyak pemilihnya; apalagi dia (Ma'ruf) Ketua MUI, (Rais Aam) NU, dan sebagainya. Pasti mempunyai, bisa menambah konstituen daripada pasangan tersebut," kata Wapres Kalla.

Terkait kemampuan dalam hal ekonomi, JK mengatakan hal tersebut dapat dipelajari seiring dengan berjalannya waktu. Wapres Kalla menilai Ma'ruf akan dapat belajar hal tersebut. 

"Beliau ini kan, Pak Ma'ruf Amin seorang akademisi juga, artinya bisa belajar dengan baik. Jadi soal memimpin orang, (Ma'ruf) pasti bisa; dan soal untuk mempelajari masalah ya itu nanti bisa sambil berjalan," ujarnya.

Panggungnya Partai

Jusuf Kalla mengatakan dirinya diundang Presiden Joko Widodo untuk mendampingi dalam deklarasi pencalonan capres-cawapres di Resto Plataran Menteng, Kamis malam (9/8), dan pendaftaran ke KPU Jumat pagi.

"Memang sejak kemarin saya diminta hadir, dan tadi pagi juga. Saya sendiri walaupun diundang tapi tidak hadir, karena menimbang bahwa ini biar jadi panggungnya partai," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Jumat.

Wapres menjelaskan ketidakhadirannya dalam deklarasi dan pendaftaran Jokowi-Ma'ruf tersebut karena dirinya tidak lagi terlibat sebagai pengurus partai politik pengusung pasangan petahana tersebut.

"Saya pikir ini medannya para pimpinan partai, belum masuk tim penasehat atau tim sukses," tambahnya.

Pemilu Soft

JK mengatakan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) tahun 2019 akan berjalan dengan lunak, tanpa kekerasan karena melibatkan sosok ulama dan pengusaha dari kedua kubu.

"Saya yakin pemilu ini akan 'soft', (karena) ada ulama di situ, ada pengusaha. Biasanya pengusaha dan ulama itu tidak akan main keras. Jadi saya yakin baik untuk bangsa kita, pemilu ini lebih 'soft', lebih kepada (pemaparan) ide-ide," kata Wapres Jusuf Kalla kepada wartawan di Kantor Wapres Jakarta, Jumat.

Presiden Joko Widodo mendeklarasikan dirinya kembali maju dalam Pilpres 2019 bersama dengan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin di Restoran Plataran Menteng, Jakarta, Kamis malam (9/8).

"Prof Kiai Haji Ma'ruf Amin adalah sosok tokoh agama yang bijaksana, beliau duduk di legislatif sebagai anggota DPRD, DPR RI, MPR RI, Wantimpres, Rais Aam PBNU, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia, dalam kaitannya dengan kebinekaan, Prof Dr Kiai Haji Ma'ruf Amin juga menjabat Dewan Pengarah Badan Pengembangan Ideologi Pancasila," kata Jokowi saat mengumumkan cawapresnya di Jakarta, Kamis petang (9/8).

Munculnya sosok KH Ma'ruf Amin sebagai pendamping Joko Widodo dan nama Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo Subianto, Jusuf Kalla mengaku tidak mengetahui secara persis pertimbangan masing-masing koalisi.

"Tentu ada alasan dan pertimbangan masing-masing, saya sendiri tidak mengetahui soal pasangan masing-masing, seperti pertimbangan kenapa Pak Sandi, kenapa Pak Ma'ruf; saya tentu berada di luar (lingkaran) itu," kata JK.

Di hari terakhir masa pendaftaran peserta Pilpres 2019, Jumat, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerima berkas pendaftaran dari dua pasangan calon yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Pasangan Jokowi-Ma'ruf mendaftar ke KPU RI pukul 09.00 Wib dengan diusung oleh enam partai politik yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Sementara pasangan Prabowo-Sandiaga hadir ke KPU RI pukul 13.00 Wib dengan diusung oleh Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN). []

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.