Jakarta - Direktur Eksekutif Gerakan Muda Visioner, Teofilus Mian Parluhutan, meminta pemerintah untuk segera mengevaluasi kinerja aparat penegak hukum dari BNPT, Baharkam, dan Baintelkam, menyusul peristiwa penyerangan terhadap Mabes Polri yang dilakukan seorang perempuan muda berinisial ZA.
"Dengan melihat beberapa peristiwa terakhir seperti bom bunuh diri di makassar dan penyerangan di Mabes Polri, kami bertanya tanya apakah BNPT dan Densus 88 masih bisa diandalkan untuk mendeteksi terrorisme?" kata Teofilus Mian, lewat keterangan tertulisnya kepada Tagar, Jumat, 2 April 2021.
"Dan kami bertanya-tanya, apakah intelijen Polri masih dijadikan ujung tombak kepolisian sebagai mata dan telinga? Atau hanya sekedar ABS (Asal Bapak Senang) saja?" ujar dia.
Maraknya tindak aksi teror dalam beberapa waktu terakhir, kata Teofilus, melahirkan desakan berbagai pihak kepada pemerintah untuk segera melakukan evaluasi besar-besaran terhadap institusi terkait penanganan terorisme.
Tidak hanya kepada pemerintah, pihaknya juga meminta agar pengawasan dan penindakan dilakukan pula oleh legislatif, dalam hal ini Komisi III DPR-RI untuk mengevaluasi kinerja BNPT dalam melakukan cegah dini dan deteksi dini intelijen dalam penanganan terrorisme.
"Saya berharap Pimpinan di Komisi III DPR-RI bisa mengevaluasi kinerja Kepala BNPT ataupun jajarannya, baik dari segi kepemimpinan, pelaksanaan teknis, maupun anggaran," kata Teofilus.
- Baca juga: Kapolri Ungkap Kronologi Penyerangan ZA di Mabes Polri
- Baca juga: Polisi Temukan Surat Wasiat Pelaku Teror di Mabes Polri
"Mungkin kinerjanya kurang maksimal karena banyak anggarannya yang dialihkan dan dipakai untuk penanganan Covid-19 dan pemotongan-pemotongan anggaran opsnal untuk kepentingan pribadi pimpinan," ucapnya.