TAGAR.id, Koln, Jerman – Maskapai nasional Jerman, Lufthansa, mengatakan pada hari Kamis, 5 Mei 2022, bahwa harga tiket pesawat bisa naik karena biaya energi melonjak, menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
“Kenaikan harga bahan bakar jet ‘terlalu tinggi jika tidak diimbangi dengan pengurangan biaya tambahan,’" kata Kepala Eksekutif Keuangan Lufthansa, Remco Steenbergen, pada konferensi pers.
“Biaya energi yang lebih tinggi berarti ‘harga tiket harus naik,’" ujar Steenbergen. “Maskapai itu telah melakukan beberapa kenaikan harga yang ‘diterima’ oleh para pelaku perjalanan bisnis dan wisatawan,” tambahnya.
CEO Lufthansa, Carsten Spohr, mengatakan maskapai itu memperkirakan rekor musim panas untuk kegiatan wisata, dengan data terbaru menunjukkan jumlah penumpang naik kembali setelah pandemi virus corona (Covid-19).
Spohr menambahkan, jumlah penumpang pada penerbangan Lufthansa "lebih dari empat kali lipat" pada kuartal pertama, menjadi 13 juta, dari tiga juta pada 2021, ketika diterapkan pembatasan perjalanan di banyak pasar.
"Pemesanan baru meningkat dari minggu ke minggu," katanya dalam konferensi pers. "Kami mengharapkan pertumbuhan yang kuat pada musim panas dan mungkin lebih banyak kegiatan berlibur daripada sebelumnya," kata Spohr.
Untuk perjalanan bisnis, grup tersebut berharap lalu lintas perjalanan mencapai "sekitar 70%" dari tingkat pra pandemi virus corona pada akhir tahun, katanya.
Secara keseluruhan, sepanjang tahun ini Lufthansa berharap menawarkan "sekitar 75%" kapasitas sebelum krisis.
Angka itu akan lebih tinggi pada musim panas untuk tujuan wisata populer, mencapai 95% pada rute jarak pendek di Eropa dan 85% pada layanan transatlantik, kata kelompok itu. (ps/lt)/voaindonesia.com. []
Lufthansa Tidak Lagi Pakai Sapaan Tuan dan Nyonya
Berat, Pendapatan Penerbangan Lufthansa Anjlok 80%
Jerman Akan Jual Lagi Saham Talangan Lufthansa
IPO Startup Kripto Bullish-SPAC Punya Ekuitas Rp 135 Triliun