Lokasi Pembuangan Bayi di Yogyakarta Dibangun Zaman Jepang

Sepanjang 2020 setidaknya ada dua peristiwa penemuan bayi di kawasan Selokan Mataram yang dibangun sejak zaman penjajahan Jepang.
Jembatan Babarsari di Dusun Pulohdadi, Padukuhan Seturan, Kecamatan Caturtunggal, Kabupaten Sleman, yang dilewati oleh aliran Selokan Mataram. (Foto: Tagar/Evi Nur Aviah)

Sleman – Air di selokan itu mengalir tenang dari barat ke timur, melewati belasan bahkan mungkin puluhan jembatan berukuran besar maupun kecil di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Selokan yang membentang sejauh 30 kilometer lebih tersebut menghubungkan Sungai Progo di sebelah barat dan Sungai Opak di bagian timur Yogyakarta.

Pada beberapa titik, warga setempat tak jarang memanfaatkan Selokan Mataram yang cukup jernih ini untuk beberapa keperluan. Mulai dari memandikan hewan ternak hingga mencari ikan.

Namun beberapa orang yang tidak bertanggung jawab juga memanfaatkan selokan yang menjadi salah satu ikon Yogyakarta ini. Mereka membuang bayi hasil hubungan gelap ke dalam selokan yang dibangun pada masa penjajahan Jepang tersebut.

Dalam 9 Bulan 2 Bayi Dibuang di Selokan

Dalam Sembilan bulan terakhir, setidaknya sudah dua kali terjadi penemuan mayat orok atau bayi yang dibuang di tepi Selokan Mataram.

Kejadian penemuan janin pertama yang dibuang di tepi Selokan Mataram pada tahun 2020 terjadi Januari lalu, tepatnya Jumat, 31 Januari 2020, sekitar pukul 10.00 WIB, di bawah Jembatan Babarsari.

Saat itu seorang warga yang sedang memancing di aliran Bendung Pulohdadi melihat kantong plastik yang mencurigakan di bawah jembatan, tepat pada kaki dinding jembatan.

Karena penasaran, warga tersebut mendekati dan membuka kantong plastik itu, yang ternyata berisi janin bayi yang terbungkus kain hitam.

“Karena penasaran, warga langsung membuka bungkusan itu dan didapati sesuatu yang diduga wujud kaki bayi,” kata Suheryanto, 37 tahun, Ketua RT 05 RW 02 Dusun Pulohdadi, Padukuhan Seturan, Kecamatan Caturtunggal, Kabupaten Sleman, tempat janin bayi itu ditemukan,

Setelah memastikan bahwa isi bungkusan tersebut adalah janin bayi, warga itu langsung menemui Suheryanto selaku ketua RT setempat. Kemudian mereka melaporkan penemuan itu ke Kepolisian Sektor (Polsek) Depok Barat.

Karena takut ada apa-apa kami langsung lapor ke Polsek Depok Barat yang lebih berwenang.

Dari hasil otopsi, diperkirakan janin tersebut baru berusia 20 pekan. Suheryanto memperkirakan bayi itu dibuang sekitar pukul 04:00 -05:00 pagi hari. Sebab, saat ditemukan, darah pada tubuh janin masih segar.

“Jam satu malam saya ngasih makan kambing di atas jembatan masih ada orang, lima sampai enam orang, sepertinya mahasiswa. Jam setengah dua malam saya baru balik. Mungkin dibuang sekitar jam 05:00 pagian," ucapnya.

Berdasarkan pengakuan Suheryanto, sejak menjabat sebagai ketua RT tiga tahun lalu, sudah ada dua kasus penemuan bayi di kawasan sekitar aliran sungai tersebut.

Meski demikian, Suheryanto mengaku tidak bisa memperkirakan atau menebak-nebak orang yang tega membuang janin bayi tersebut.

Hanya saja, kata Suheryanto, Jembatan Babarsari sering dikunjungi para anak muda ataupun mahasiswa.

Cerita Selokan Mataram (2)Lokasi penemuan janin di sekitar Jembatan Babarsari, Dusun Pulohdadi, Padukuhan Seturan, Kecamatan Caturtunggal, Kabupaten Sleman. (Foto: Tagar/Evi Nur Aviah)

“Banyak mahasiswa yang sering main di sekitaran jembatan. Tapi tidak tahu siapa pelakunya. Apakah di antara mereka atau orang lain ya belum tahu,” kata dia lagi.

Penemuan bayi selanjutnya terjadi di sekitar Selokan Mataram di Padukuhan Sanggrahan, Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman pada Selasa, 13 Oktober 2020.

Saat ditemukan bayi tersebut sudah dalam keadaan meninggal dunia.

Dari catatan Tagar, sepanjang tahun 2020 sedikitnya ada Sembilan kasus pembuangan bayi di berbagai lokasi.

Hal yang Biasa

Menanggapi tingginya angka kasus pembuangan bayi di Yogyakarta, pakar Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Koentjoro menilai itu adalah hal yang biasa. Umumnya pelaku pembuangan bayi adalah mahasiswa.

"Jika pembuangan bayi terjadi di Yogyakarta, itu dapat dianggap sebagai hal yang biasa. Alasannya, banyak faktor yang mendorong anak-anak muda melakukan hubungan seks pra nikah," kata Prof Koentjoro kepada Tagar melalui sambungan telepon.

Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah terbukanya internet yang begitu luas. Menurutnya, melalui internet, siapapun dapat memperoleh informasi dengan mudah dan cepat termasuk mengakses tontonan yang berbau pornograpi.

Faktor pendorong lainnya yaitu keberadaan kos-kosan bebas yang banyak diminati mahasiswa. Apalagi mereka hidup merantau tanpa ada pengawasan orang tua.

"Tempat untuk melakukan hubungan seks sangat terfasilitasi. Kos- kosan yang bebas itu yang laris. Jadi tidak perlu lagi ke hotel. Kos-kosan itu harusnya diatur. Jadi anak kos itu adalah anak asuhnya pemilik," ucapnya.

Prof Koentjoro menilai, jika seseorang sudah melakukan hubungan seks namun di luar pernikahan akan muncul yang namanya ediksi atau sebuah kenikmatan. Akhirnya semakin tidak terkontrol melakukan kegiatan tersebut yang berujung kebobolan (hamil).

Secara mental, laki-laki dan perempuan yang memiliki anak namun lahir di luar pernikahan akan melepas tanggung jawab dan lebih memilih membuang anaknya. Terlebih di sisi lain, mereka juga takut ketahuan orang tua ataupun kerabat lainnya.

"Ketika perempuan melahirkan anak dan laki-laki tidak mau bertanggung jawab. Maka anak itu kemungkinan besar dibuang seperti yang sering terjadi belakangan ini," ujarnya.

Sejarah Selokan Mataram

Dalam sejarah, Selokan Mataram merupakan satu-satunya saluran irigas yang menghubungkan dua sungai besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yakni Sungai Progo dan Sungai Opak.

Selokan Mataram dibangun atas ide Raja Keraton Ngayogjakartahadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Saat itu ide membangun Selokan Mataram bukan hanya karena Yogyakarta membutuhkan saluran irigasi, tetapi lebih disebabkan keinginan Sultan untuk menyelamatkan rakyatnya dari kerja paksa yang diberlakukan oleh Jepang, yakni romusha.

Kepada Jepang, Sultan berdalih bahwa pembangunan saluran irigasi tersebut bertujuan untuk membantu Jepang agar rakyat bisa menanam padi untuk mereka.

Jepang pun setuju dengan ide yang disampaikan oleh Sultan. Sehingga mereka tidak mengikutkan warga yang bergootong royong membangun Selokan Mataram dalam program romusha mereka.

Setelah selokan ini selesai dibangun, rakyat Yogyakarta mendapatkan dua keuntungan, yakni mereka tidak harus pergi ke luar daerah untuk menjadi romusha, dan yang kedua, mereka memiliki saluran irigasi untuk pertanian.

Selokan Mataram juga memiliki keunikan, yakni mengalir di atas 24 sungai dan di bawah 3 sungai yang ada di DIY. Saluran irigasi ini juga melewati pemukiman penduduk bahkan menyusup ke bawah tanah perkampungan penduduk.

Menyusuri aliran air Selokan Mataram terkadang memberikan pengalaman yang menyenangkan. Alirannya yang tenang dari barat ke timur rasanya tidak akan terputus jika tidak terhalang oleh bangunan-bangunan.

Pada beberapa titik aliran Selokan Mataram terdapat spot yang bisa digunakan untuk bersantai dan sejenak melepas penat.

Salah satu titik adalah di sekitar Jembatan Babarsari, Dusun Pulohdadi, Padukuhan Seturan, Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Lokasi di sekitar Jembatan Babarsari cukup sejuk dengan rimbunnya pepohonan. Dulu selain digunakan untuk nongkrong, jembatan Babarsari juga sering digunakan untuk latihan panjat dinding oleh mahasiswa yang kampusnya tidak memiliki wall climbing. []

Berita terkait
Lokasi Penyeberangan Hantu di Pegunungan Mamasa
Ruas jalan di Sala Dingkik, Desa Tampak Kurra, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat dipercaya sebagai lokasi penyeberangan hantu.
Mahasiswi Cantik NTB Petarung Andal di Turnamen PUBG
Seorang mahasiswi Universitas Mataram, NTB, menjadi penggemar permainan PUBG dan sering menjuarai turnamen bersama timnya.
Diculik Hantu Wewe dan Mitos Larangan di Yogyakarta
Sejumlah mitos dan larangan sering disampaikan oleh orang tua pada anaknya di Yogyakarta. Salah satunya adalah dilarang keluar saat Magrib.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.