Jakarta - Kelompok separatis yang terafiliasi dengan pemberontak ISIS, Abu Sayyaf, dikabarkan telah menculik lima orang Warga Negara Indonesia (WNI) pada Kamis, 16 januari 2020 lalu. Keterangan tersebut diketahui dari Komandan Militer Filipina di Mindanao Letnan Jenderal Cirilito Sobejana.
Dalam keterangannya seperti yang dilansir oleh Reuters, delapan orang Indonesia diculik di kawasan perairan Sabah, Malaysia. Namun, tiga orang diantaranya telah dibebaskan. Sementara lima lainnya diduga kuat masih diculik oleh kelompok pemberontak tersebut.
"Kami telah meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan untuk lima nelayan Indonesia yang diculik oleh gerilyawan yang tergabung dalam kelompok Abu Sayyaf yang terkait dengan Negara Islam di perairan Malaysia pekan lalu," kata Cirilito Sobejana, Minggu, 19 Januari 2020.
Cirilito mensinyalir, kelima WNI yang dilarikan tersebut dibawa ke provinsi Sulu, Filipina Selatan yang merupakan basis pertahanan Abu Sayyaf. Dia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak berwenang di Malayasia untuk mengatasi hal ini.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia juga telah melakukan kontak dengan otoritas Filipina terkait kasus penculikan tersebut.
Belum diketahui secara pasti langkah strategis apa yang akan diambil oleh Kemenlu. Namun melihat perkembangan terakhir, diperkirakan lembaga yang dipimpin oleh Retno Marsudi itu akan menunggu laporan resmi dari pejabat militer Filipina atas kejadian ini.
Diketahui, kasus penculikan WNI oleh Abu Sayyaf bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, telah kelompok separatis tersebut juga telah beberapa kali melakukan aksi kejahatan yang sama.
Terakhir, korban penculikan WNI yang berhasil dibebaskan oleh otoritas militer Filipina bernama Muhammad Farhan. Dia beruntung lolos dari cengkraman para penculik pada 15 Januari 2020.
Farhan merupakan satu dari tiga WNI yang diciduk Abu Sayyaf pada 23 September 2019 silam. Adapun, dua orang lainnya telah dibebaskan pada 22 Desember 2019 atas nama Maharudin Lunani dan Samiun Maneu.
Sebagai informasi, kelompok Abu Sayyaf kerap kali melakukan aksi penculikan terhadap sejumlah orang dengan motif meminta tebusan kepada pemerintah negara asal. Gerombolan ini dikenal cukup sadis terhadap korbannya dan tidak segan-segan untuk memancung para sandera apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi.
Hingga kini, pemerintah Filipina sendiri masih terus bergulat untuk menumpas jaringan Abu Sayyaf di wilayah negara itu. Tak jarang, gesekan antar kedua belah pihak terjadi dalam baku tembak yang dapat memakan waktu hingga berhari-hari. []