Lima Judul Buku dan Karya Sastra Favorit Muhammad Farhan

Berikut Tagar rangkumkan lima judul buku dan karya sastra favorit Muhammad Farhan.
Anggota Komisi I DPR, Muhammad Farhan. (Foto: Instagram/Muhammad Farhan).

Jakarta - Muhammad Farhan sudah melalang buana di dunia politik Indonesia. Saat ini, ia aktif sebagai Ketua Harian Pengurus Provinsi (Pengprov) PRSI Jawa Barat dan Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem periode 2019-2024.

Sebelum menjadi politikus, pria kelahiran Bogor, 25 Februari 1970 ini berprofesi sebagai presenter di beberapa televisi swasta di Indonesia. Pria berdarah Aceh ini juga dikenal luas sebagai penyiar radio swasta di Jakarta dan pernah duet siaran radio pagi bersama Indy Barends selama beberapa tahun.

Putra pasangan Yazid Hamzah dan Nani Rubiyani ini menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung pada 1995.

Berkat kerja kerasnya, ia berhasil membintangi berbagai program TV dan dikenal sebagai pembawa acara ternama. Salah satunya film yang dibintanginya, Dilan 1991, sebagai ayah Milea (Vanesha Prescilla).

Di tengah kesibukannya sebagai artis dan politikus, ia juga menyempatkan waktu untuk membaca buku sastra. Jika pembaca tergelitik mencari buku atau karya sastra baru untuk dibaca, judul-judul favorit Farhan ini bisa menjadi pilihan.

Berikut Tagar rangkumkan lima judul buku dan karya sastra favorit Muhammad Farhan:

erian1Anggota DPR RI, Muhamad Farhan. (Foto: Tagar/Erian Sandri)

1. The Curious Incident of the Dog in the Night-Time karya Mark Haddon

Buku misteri karya penulis Inggris, Mark Haddon ini berkisah tentang petualangan-petualangan Christopher John Francis Boone yang berawal dari rasa ingin tahunya akan kematian seekor anjing tetangga.

Ia menemukan anjing tetangganya mati mengenaskan. Anjing bernama Wellington itu ditemukan tertancap garpu kebun, dan menggugah rasa ingin tahu Christopher untuk menemukan pelakunya.

Christopher sendiri dikenal sebagai anak "luar biasa" yang memiliki tingkat pemikiran logika di atas rata-rata.

"Mark Haddon berhasil membawa kita ke alam pikiran dan logika seorang individu autistik. Pendekatan yang realistik membuat pembacanya tidak berjarak dengan cerita," kata Farhan kepada Tagar, pada Kamis, 3 Desember 2020.

Pendekatan deskripsi dan narasi yang baik membawa buku terbitan 2003 ini memenangkan Whitbread Book Awards untuk Buku Terbaik dan Buku Tahun Ini, Commonwealth Writers Prize untuk Buku Pertama Terbaik, dan Guardian Children’s Fiction Prize.

Tidak seperti biasanya, buku ini diterbitkan secara bersamaan dalam edisi terpisah untuk dewasa dan anak-anak.

2. God Explained in a Taxi Ride karya Paul Arden

Judul God Explained in a Taxi Ride adalah buku yang singkat dan penuh humor, namun secara tajam menyelidik keyakinan religius seseorang. Buku yang ditulis Paul Arden ini menjawab pertanyaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia: apakah Tuhan itu ada.

Dengan gaya sarkastis, namun didasari logika yang segar, Arden mengajak pembaca memunculkan beragam pemikiran tentang topik-topik yang selama ini tabu dibicarakan.

Bahasanya lugas dengan ilustrasi-ilustrasi yang seringkali menyindir. Pembaca akan melihat cara pandang yang agak lain tentang Tuhan, agama, dan iman.

"Buku ini berisi kumpulan pemikiran filosofi teologis Paul Arden, tokoh periklanan dunia yang sekuler, dan mengajak kita dalam bahasa lugas khas copy writing iklan," ujar Farhan.

Membaca buku ini, kata Farhan, tanpa sadar pembaca akan mempertanyakan kembali keyakinan-keyakinan mereka, atau bahkan menertawainya.

Pembawaan buku yang bisa dihabiskan dalam sekali duduk ini akan membeberkan sifat hubungan pembaca dengan Yang Maha Besar.

Di akhir episode-episode visual yang brilian, pembaca diajak merasakan kekaguman yang semakin bertambah terhadap Sang Pencipta Jagad Raya.

dpr riHM Farhan Selaku Komisi I DPR RI yang juga merupakan aktor senior dari Jawa Barat (Foto: Tagar/Erian Sandri).

3. Mahabharata karya C. Rajagopalachari

Buku sejarah yang diceritakan kembali oleh C. Rajagopalachari memuat terjemahan bahasa Indonesia, yang sebelumnya bahasa Sansekerta, dari Mahabharata karya Bharatiya Vidya Bhavan pada 1958.

Mahabharata dikenal sebagai karya sastra kuno yang konon ditulis Begawan Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, namun ada pula yang meyakini kisah ini sesungguhnya kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, lalu dikumpulkan sejak abad ke-4 sebelum Masehi.

"Buku klasik ini penuh ajaran Hindu India yang memberi kita pengertian dasar kehidupan kemanusiaan, lalu dimodifikasi Sunan Kalijaga menjadi Wayang Purwa yang kita kenal sekarang," kata Farhan.

Buku terbitan 2008 ini mengisahkan konflik antara Pandawa dan Kurawa, tentang sengketa hak pemerintahan negara Astina atau dikenal Astinapura. Sengketa ini mengakibatkan perang Baratayudha di Padang Kurusetra yang berlangsung selama delapan belas hari.

Kubu Pandawa mencerminkan gambaran sifat yang baik dari sisi manusia dan kubu Kurawa kebalikannya. Kisah Mahabharata ini sangat menarik sebagai refleksi pencerahan kehidupan manusia.

4. Sutasoma karya Cok Sawitri

Buku sejarah karya Cok Sawitri ini berkisah tentang Jayantaka, Raja Kerajaan Ratnakanda yang menyaksikan konflik dan bilur-bilur keluarga kerajaan saat ayahnya masih menjadi raja. Ambisi akan kekuasaan dan jabatan membuatnya berada di ambang kehilangan kedaulatan.

Buku terbitan 2009 ini terinspirasi dari karya Empu Tantular yang aslinya berjudul Porusadha, lalu populer dengan nama Sutasoma. Dalam buku ini, pembaca akan menemukan proses ajaran Mahayana Tantra dan latar belakang Jayantaka. Keduanya mengungkapkan jalan rahasia yoga tantra.

"Seperti Mahabharata, buku ini juga tentang filosofi Hindu, khususnya tentang filosofi yoga dan pembersihan raga," tutur Farhan.

Tokoh-tokoh yang semula kabur dalam kisah lisannya, dihidupkan dengan berbagai percakapan dan penjelasan mengenai ajaran Buddha Nusantara dan siwait.

Pada latar belakangnya, menceritakan negara yang bangkit merebut kedaulatan dan akibat apabila seorang raja menerapkan "dharma agama" dan "dharma negara" tanpa memperhitungkan kebhinekaan.

5. Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan

Buku magis realis pertama karya Eka Kurniawan diterbitkan pada 2002, sementara edisi kedua dan seterusnya diterbitkan sejak 2004. Penulis yang berjuluk The Next Pramoedya Ananta Toer ini mengangkat tema seorang perempuan di masa kolonial.

Menurut Farhan, buku Cantik Itu Luka mewakili sastra modern Indonesia. Peran para tokoh begitu sensasional dan penuh gairah. Vulgarisme terasa begitu kental sehingga kisah bercinta antartokoh hampir terjadi di setiap bab dengan cerita dan alur yang acak.

"Eka Kurniawan mempunyai ketajaman observasi dan riset sehingga bahasa vulgarnya terasa kontekstual," ucap Farhan.

Membaca buku ini, pembaca akan merasakan getir, amarah dan rasa sedih yang mengakar di setiap kalimatnya. Eka begitu cerdik dalam menceritakan setiap detail tokoh-tokoh di dalamnya. Pembaca akan dibuat terkesima dan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.

Buku ini berhasil meraih penghargaan World Readers dan penghargaan sastra internasional di Belanda, yakni Prince Claus Awards 2018.

Selain diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Beauty is Wound, buku ini juga diterbitkan di tiga negara Eropa, yaitu bahasa Jerman, Polandia, dan Norwegia. Hingga saat ini, buku Cantik Itu Luka telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa. []

(Alfina Nur Hayati)

Berita terkait
Karya Sapardi Djoko Damono Berakhir di Buku mBoel
Karya buku hingga puisi Sapardi Djoko Damono Berakhir di Buku mBoel.
Profil Nestor Tambunan, Jadi Sastrawan Karena Tak Mau Bertani
Nestor Rico Tambunan merupakan sastrawan Indonesia yang bisa dikatakan berhasil dalam kariernya.
Tips Pengenalan Sastra dan Bahasa Indonesia Bagi Anak-Anak
Berikut Tagar rangkumkan tips dari Natalia Lie untuk meningkatkan kecintaan anak usia dini terhadap Bahasa Indonesia.