Lewat Muamalat, Al-Falah Beri Sinyal Positif Syariah

Praktisi perbankan Andreas Hassim menilai perbaikan kinerja PT Bank Muamalat Indonesia Tbk semakin terbuka seusai masuknya Al-Falah Investment Pte.
Bank Muamalat. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Jakarta - Praktisi perbankan Andreas Hassim menilai perbaikan kinerja PT Bank Muamalat Indonesia Tbk semakin terbuka seusai masuknya investor Al-Falah Investment Pte. Limited pimpinan putra sulung Presiden ketiga BJ Habibie, Ilham Habibie ke tubuh perseroan. 

Menurut dia aksi korporasi tersebut bisa memberi sinyal positif bagi industri keuangan syariah secara nasional.

"Kehadiran investor baru di Bank Muamalat akan menciptakan harapan baru untuk mengangkat kinerja bank Syariah pertama di Indonesia," ujar Andreas kepada Tagar di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.

Andreas menambahkan Al-Falah dinilai sebagai pemodal tepat lantaran memiliki keterkaitan secara historis dengan Bank Muamalat. Bahkan, komitmen yang diberikan konsorsium itu diproyeksi dapat mendongkrak valuasi perseroan di industri jasa keuangan Tanah Air.

"Konsorsium Al Falah sebagai investor baru yang digawangi oleh cendekiawan muslim moderen Indonesia, Ilham Habibie, tentunya bisa menambah kepercayaan pasar akan keseriusan pemilik pengendali baru," kata dia.

Profesional asal bank BUKU empat itu bahkan menyebut injeksi modal yang dilakukan terhadap Muamalat dapat menjadi momentum kebangkitan industri berbasis syariah. Asumsi tersebut didasarkan dia pada kepercayaan investor yang masih berkomitmen untuk memajukan sektor keuangan berlandaskan prinsip Islami.

"Sentimen positif ini tentunya sangat baik bagi industri perbankan khususnya perbankan syariah untuk dapat terus berkembang," tutur Andreas.

Al-Falah Investment Pte. Limited sepakat menyuntik modal segar ke tubuh Bank Muamalat dengan taksiran nilai mencapai Rp 3,2 triliun. Angka tersebut merupakan komitmen setor yang bakal dilaksanakan pada sepanjang tahun ini.

Jumlah tersebut sekaligus mendekati ambang batas minimal yang telah dipersyaratkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar Rp 4 triliun. Adapun, estimasi penyehatan Muamalat sendiri diprediksi membutuhkan dana sekitar Rp 8 triliun.

Untuk diketahui, Bank Muamalat sedang dalam kondisi limbung pasca membengkaknya rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) yang terus menggrogoti kinerja perseroan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tagar, masa sulit Muamalat dimulai ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1998. Kala itu NPF bank rintisan MUI ini menembus level 65 persen. Padahal, ketentuan yang diamanatkan oleh otoritas pengawas hanya berkisar 5 persen.

Saat ini, NPF Muamalat terjaga pada angka sekitar 4 persen. Walaupun demikian, besaran tersebut sudah merupakan lampu kuning bagi kesehatan lembaga keuangan perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. []

Berita terkait
Ilham Habibie Cs Jadi Juru Selamat Bank Muamalat
OJK memberikan restu kepada konsorsium Al-Fallah Investment pimpinan Ilham Habibie untuk mengakuisisi Bank Muamalat.
Tarik Minat Menabung Bank Mega Kenalkan Program Baru
Bank Mega, perseroan terbatas bagian dari CT Corp mewujudkan aspirasi nasabah dengan meluncurkan Program Keliling Dunia Bareng Mega.
Growth Laba Bank Mandiri Terbesar Se-ASEAN
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba paling tinggi di antara semua bank yang berada di regional Asia Tenggara.