Legenda Gunung Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Perahu yang saat ini sedang erupsi, ternyata punya kisah legenda menarik, tentang kisah cinta gagal.
Panorama keindahan Gunung Tangkuban Perahu. (Foto: Instagram/ikul_athfalizhy)

Jakarta - Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Menariknya, masyarakat sekitar memiliki cerita legenda tentang terjadinya gunung yang bentuknya seperti perahu yang ditelungkupkan tersebut.

Kemarin, 25 Juli 2019, Gunung Tangkuban Perahu mengalami erupsi, sehingga membuat aktivitas di sekitar gunung itu dihentikan, terutama pariwisata. Kabar meletusnya gunung tersebut menjadi perhatian masyarakat luas.

Perhatian tersebut melontarkan ingatan bagi sebagian orang, bahwasannya Gunung Tangkuban Perahu juga memiliki kisah legenda yang banyak diketahui oleh masyarakat. Legenda tersebut selain diceritakan secara lisan, juga banyak ditulis di buku-buku cerita atau komik anak-anak.

Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi

Pada dahulu kala, ada dewa dan dewi yang karena berbuat salah di kahyangan, harus menjalani hukuman, yaitu keduanya harus berbuat kebaikan di Bumi. Saat dibuang di Bumi mereka berwujud seekor babi hutan dan seekor anjing. Babi hutan jelmaan dewi itu bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan dewa itu bernama Tumang. 

Babi hutan Wayung Hyang berusaha melakukan berbagai kebaikan di dalam sebuah hutan. Sementara Tumang, sang anjing jelmaan dewa itu mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara.

Pada suatu hari, Raja Sumbing Perbangkara berburu ke hutan di tepi kerajaan. Di suatu tempat yang dekat dengan tempat tinggal babi hutan Wayung Hyang, Sumbing Perbangkara ingin sekali kencing. 

Ia kemudian kencing dan tanpa sengaja, tertampung dalam sebuah batok kelapa. Selang beberapa saat, babi hutan Wayung Hyang yang sedang kehausan kemudian meminum air kencing Sumbing Perbangkara. Karena kesaktian sang raja, Wayung Hyang akhirnya hamil.

Sumbing Perbangkara yang pada dasarnya memang suka berburu kembali ke hutan tersebut setelah sembilan bulan, tepat saat Wayung Hyang melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Sumbing Perbangkara yang berburu kijang mendengar suara tangisan bayi. Ditemani anjing pemburunya Tumang, ia akhirnya menemukan bayi perempuan yang tak lain adalah anaknya sendiri. 

Sumbing Perbangkara membawanya pulang dan mengangkatnya sebagai anak. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi kemudian semakin dewasa dan tumbuh menjadi seorang putri yang berparas elok. 

Kecantikan Dayang Sumbi tersiar ke segenap penjuru kerajaan hingga didengar oleh raja-raja dan para pangeran. Dayang Sumbi menjadi rebutan oleh penguasa beberapa kerajaan tersebut. 

Perang besar terjadi di mana-mana akibat para raja atau pangeran ditolak cintanya oleh putri angkat Raja Sumbing Perbangkara itu. Merasa tidak nyaman dengan perang akibat memperebutkan dirinya, Dayang Sumbi akhirnya meminta kepada ayahnya untuk menyendiri dan pergi dari kerajaan. Ayahnya mengijinkan dan memberikan Tumang si anjing pemburu untuk menemaninya. 

Dayang Sumbi tinggal di sebuah pondok di tepi hutan. Dengan kehidupannya sederhana, tak seorang pun tahu kalau dia adalah Dayang Sumbi yang diperebutkan banyak raja dan pangeran. Di pondok itu ia mengisi kegiatannya dengan menenun.

Suatu hari, saat menenun kain, Dayang Sumbi duduk di atas sebuah bale-bale. Karena mengantuk, alat tenunnya yang disebut torak jatuh ke lantai. Dayang Sumbi merasa malas sekali memungut torak itu, sehingga ia bersumpah bahwa ia akan menikahi siapapun yang mengambilkan torak itu untuknya. 

Tumang mengambilkan torak yang terjatuh itu dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi. Demi memenuhi sumpah yang terlanjur diucapkannya, Dayang Sumbi akhir menikah dengan Tumang. Dayang Sumbi yang hamil akhirnya melahirkan seorang putra yang tampan. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu kemudian tumbuh menjadi anak yang tangkas.

Pada suatu hari, Sangkuriang diminta ibunya untuk berburu. Dayang Sumbi ingin sekali memakan hati rusa. Ditemani Tumang, Sangkuriang berburu di hutan. Di suatu tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang melintas. Akan tetapi Wayung Hyang berlari dan bersembunyi dengan gesit.

Sangkuriang memerintahkan Tumang untuk mengejar babi hutan itu. Tumang yang mengetahui jika babi hutan itu jelmaan dewi yang bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang hanya duduk diam memandang Sangkuriang.

Sangkuriang sangat marah kepada Tumang. Ia menakut-nakuti Tumang dengan mengarahkan anak panah pada Tumang. Tetapi, tanpa sengaja, ia melepaskan anak panah itu dari busurnya. Anak panah melesat dan menghunjam ke tubuh Tumang. Anjing jelmaan dewa itu tewas.

Sangkuriang yang ketakutan bercampur putus asa akhirnya mengambil hati Tumang. Hati itu kemudian dibawanya pulang dan diserahkannya kepada dayang Sumbi dengan mengatakan bahwa itu adalah hati rusa hasil buruannya.

Dayang Sumbi dengan gembira memasak hati itu, mereka makan dengan lahap. Setelah selesai makan, Dayang Sumbi teringat akan Tumang. Ia bertanya kepada Sangkuriang di mana anjing Tumang. Sangkuriang tidak bisa berkelit. Akhirnya, dia mengakui kalau Tumang telah tewas karena panahnya dan hatinya telah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak.

Dayang Sumbi sangat murka. Tentu saja dia tidak bisa menyatakan pada Sangkuriang kalau Tumang adalah ayahnya. Dia kemudian mengambil centong nasi dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka sangat parah. Dalam kesakitannya, Sangkuriang lari dari pondok itu.

Dayang Sumbi akhirnya merasa sangat menyesal dan menenangkan diri dengan bertapa. Dalam pertapaannya, Dayang Sumbi mendapat karunia umur panjang dan awet muda. Seumur hidupnya, ia akan tetap menjadi seorang wanita yang cantik dan tak akan pernah terlihat tua.

Sementara itu, setelah sembuh dari luka di kepalanya, Sangkuriang memilih mengembara ke mana-mana, baik itu ke hutan, gunung, dan daerah-daerah yang jauh. Ia berguru dengan beberapa orang sakti. Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda sakti dan gagah perkasa. Dengan kesaktiannya, ia mengalahkan makhluk-makhluk halus atau guriang yang ditemui dalam pengembaraan. Bahkan, dia menjadi tuan bagi mahluk-mahluk guriang yang dikalahkannya tersebut.

Jatuh Cinta Pada Ibunya Sendiri

Dalam pengembaraannya, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi. Dia sangat terpesona dan jatuh cinta dengan kecantikan Dayang Sumbi. Perasaan Sangkuriang berbalas, Dayang Sumbi juga terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. 

Saat Dayang Sumbi menyisir rambut dan merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia melihat ada bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, barulah ia sadar bahwa ia akan menikah dengan anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tidak menyangka kalau Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya.

Dayang Sumbi akhirnya mencoba menjelaskan kenyataan bahwa Sangkuriang adalah putranya. Namun Sangkuriang telah kehilangan akal sehat dan tetap memaksa menikahi ibunya. 

Sang ibu secara halus berniat menggagalkan perkawinan mereka. Caranya, jika Sangkuriang ingin tetap menikahinya, dia harus membuatkan Dayang Sumbi sebuah danau lengkap dengan perahunya dalam semalam. Dia yakin, anak kandungnya itu tidak akan sanggup memenuhi persyaratan yang dimintanya. Di luar dugaan, Sangkuriang menyanggupi permintaannya.

Malam itu juga Sangkuriang bekerja keras memenuhi permintaan Dayang Sumbi itu dengan dibantu oleh mahluk-mahluk halus Goriang yang dipimpinnya. Dia menebang pohon, yang bekas pohon tebangannya itu berubah menjadi sebuah bukit yang kini dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul. Sementara daun, ranting dan bagian kayu lainnya yang tidak terpakai, ditumpuknya dan terbentuklah Gunung Burangrang. Saat itu dia telah bekerja separuh malam. Selanjutnya, setelah perahu selesai dibuat, Sangkuriang mulai membuat danau dan hampir berhasil. 

Melihat situasi itu, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Dia menebarkan kain-kain hasil tenunannya ke arah timur. Ia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang digagalkan. Doanya dikabulkan. Kain-kain tenunan Dayang Sumbi bercahaya kemerah-merahan di ufuk timur. Ayam-ayam jantan kemudian berkokok. 

Makhluk-makhluk halus guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat danau mengira hari akan segera pagi. Mereka segera berlari dan bersembunyi masuk ke dalam tanah. Sangkuriang tinggal sendirian dengan pekerjaan pembuatan danau yang hampir selesai. Dia merasa usahanya telah gagal dan menjadi marah sekali.

Sangkuriang mengamuk. Sumbat yang dibuatnya untuk membendung Sungai Citarum dibuangnya ke arah timur dan menjadi Gunung Manglayang. Danau Talaga Bandung yang dibuatnya kemudian menyurut. Lalu dengan sekali tendangan keras, perahu buatannya terlempar jauh dan tertelungkup. Dalam sekejap berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. 

Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang melarikan diri. Ketika Dayang Sumbi hampir terkejar oleh Sangkuriang di Gunung Putri, dia memohon pertolongan Sang Hyang Tunggal. Ia akhirnya menjelma menjadi sekuntum bunga jaksi. Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi sampai ke Ujung Berung dan tersesat ke alam gaib. []

Baca juga:

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.