Untuk Indonesia

Lebaran di Tengah Kesedihan Pandemi

Memang banyak yang sedih menerima kenyataan, Idul Fitri yang kita rayakan setahun sekali, namun untuk 2020 ini kita tetap diimbau di rumah saja.
Ilustrasi - Harus selalu pakai masker, hidup di tengah pandemi. (Foto: Pixabay/OrnaW)

Oleh: Syafiq Hasyim*

Setelah berpuasa selama sebulan penuh, akhirnya kita umat Islam bertemu dengan hari yang kita nanti-nantikan. Hari bagi kita umat Islam untuk kembali kepada fitrah, bentuk asal dan juga meraih kemenangan karena kita sudah menjalankan puasa selama sebulan penuh.

Hari Raya Idul Fitri yang biasa kita rayakan dengan meriah, saling bersalam-salaman dan juga saling berkunjung antarkeluarga, sahabat dan teman. Namun, pada tahun ini kita tidak bisa melaksanakan kemeriahan tersebut.

Bahkan organisasi-organisasi Islam sudah mengeluarkan imbauan kepada kita semua agar melaksanakan salat Idul Fitri dengan keluarga di rumah saja. Dan juga membayar zakat fitrah atau zakat mal dengan cara yang aman.

Ya, salat Idul Fitri di rumah saja bersama keluarga bagi kita akan membantu memutus rantai penularan Covid-19. Ini juga merupakan ikhtiar penting bagi kita umat Islam di hari raya Idul Fitri.

Memang banyak orang yang sedih menerima kenyataan seperti ini. Bayangkan, Idul Fitri yang kita rayakan setahun sekali, namun untuk saat ini, kita tetap diimbau di rumah saja.

Bayangkan Idul Fitri yang selama ini menjadi simbol kesyiaran umat Islam di Indonesia, untuk saat ini, kita hanya mensyiarkannya melalui media sosial.

Bayangkan Idul Fitri yang kita rayakan dengan memakai pakaian yang indah tidak harus baru dan makanan yang enak, namun untuk saat ini, kita hanya bisa memakainya di rumah saja.

Kita pun tidak bisa mengundang orang-orang dari keluarga lain atau teman untuk makan bersama-sama dengan kita di rumah kita. Padahal hal itu disunahkan. Ini kata ulama, di mana disunahkan bagi kita orang yang menunaikan atau pergi menjalankan salat Idul Fitri untuk bersih-bersih, memakai pakaian yang terbaik dan menunjukkan kesenangan dan kebahagiaan dengan datangnya Idul Fitri.

Memang banyak hal yang seharusnya menjadi kebahagiaan dan kesyiaran Islam tidak bisa dirasa lagi pada Lebaran kali ini.

Sesungguhnya kita sudah memiliki persiapan mental yang cukup untuk menghadapi Idul Fitri pada 'ammul huzni' seperti ini pada tahun kesedihan seperti ini.

Apakah kita layak marah pada keadaan seperti yang kita hadapi saat ini? Sebagai manusia biasa, marah adalah hal yang wajar terjadi. Marah pada keadaan dan situasi bahaya yang tidak tahu pasti kapan berakhirnya adalah bagian dari karakter kita sebagai manusia biasa.

Namun, jika kita mau renungkan secara mendalam, pertanyaannya adalah kita mau marah kepada siapa? Marah kepada pemerintahkah? Bisa itu terjadi, tapi pemerintah di mana-mana di seluruh dunia juga mengalami hal yang sama. Mereka mengalami kesulitan.

Marah kepada pihak luar yang menyebabkan virus ini menjadi ada? Itu juga bisa. Tapi sejauh ini, masyarakat kesehatan dunia masih belum bisa menentukan asal-usul virus itu dari mana dan seperti apa.

Mari kita kelola amarah kita untuk terus berusaha tanpa lelah mempertahankan kehidupan kita. Mempertahankan hidup adalah hal yang sangat penting dan dianjurkan agama kita. Mempertahankan hidup adalah tuntutan utama syariah. Dan itu menjadi bagian dari tujuan syariah.

Sekali lagi, jika kepentingan mempertahankan hidup itu dihadapkan dengan kepentingan menjaga agama, maka kepentingan menjaga hiduplah yang harus didahulukan.

Agama adalah sarana manusia yang hidup untuk mengabdi kepada Allah SWT. Karena manusia yang hiduplah yang sesunngguhnya melestarikan agama.

Kita berprasangka baik saja bahwa semua ini merupakan bentuk ujian yang diberikan Allah SWT. Allah mungkin menghendakinya.

Apabila umat Islam dan umat manusia secara umum mampu melewatinya, maka kita akan tiba pada jati diri kita sebagai manusia yang memiliki kualitas tinggi sebagai hamba Allah yang mampu menjalani ujian dari Allah SWT.

Sesungguhnya kita sudah memiliki persiapan mental yang cukup untuk menghadapi Idul Fitri pada 'ammul huzni' seperti ini pada tahun kesedihan seperti ini.

Puasa sebulan penuh telah mengajarkan kita bagaimana harus bersikap mawas diri, prihatin dan juga menenggang pada keadaan yang sulit pada orang lain. Kita tidak makan dan juga tidak minum membawa rasa simpati dan empati pada mereka yang tidak mampu dalam hal itu.

Kita diimbau untuk menjaga gerak tubuh dan lisan untuk tidak berlebihan, sebagaimana perkataan 'inni soimun' mengajarkan kepada kita untuk melakukan kontrol dan juga mawas diri.

Dalam puasa kita juga diajarkan utnuk bersikap pasrah bahwa jika Allah berkehendak, itulah kehendak Allah SWT.

Zakat yang kita keluarkan juga merupakan bentuk pelajaran pentingnya makna solidaritas sesama umat manusia. Ada hak orang lain yang harus kita bayarkan dan keluarkan kepada mereka yang emmang memiliki haknya. Pihak yang berpunya memberikan sokongan kepada pihak yang kurang dan pihak yang tidak berpunya.

Maka kita selayaknya bersyukur apabila kita masih bisa membayarkan zakat dalam situasi pandemi seperti ini.

Hikmah dari puasa dan zakat yang melimpah ini tidak akan hilang begitu saja, meskipun kita tidak bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini secara meriah.

Semua dilaksanakan dengan hikmah di atas.

Kita sebagai umat Islam pasti siap menerima segala hal yang terjadi dengan semangat terbuka dan tidak menyerah begitu saja.

Saya ucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Semoga Anda dan kita semua dalam keadaan baik. Semoga Allah mengembalikan atas kita dan atas Anda semua, dan seluruh umat Islam, keagungan, kekuatan, kesatuan.

*Pengajar pada FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Wakil Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU), MA dari Leiden University, Belanda. Ph.D dari Freie University, Jerman.

Baca juga:

Berita terkait
Siapa Orang Pertama Menjalankan Zakat Fitrah
Zakat fitrah, satu di antara rukun Islam yang harus dikerjakan muslim pada bulan Ramadan. Siapa orang pertama menjalankan zakat fitrah.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW Merayakan Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri momen penting bagi umat Islam yang biasanya dirayakan dengan meriah. Bagaimana Nabi Muhammad SAW merayakan Idul Fitri.
Kapan Pertama Kali Idul Fitri Dirayakan
Idul Fitri, hari kemenangan kaum muslim setelah satu bulan menjalankan puasa Ramadan. Tapi sebenarnya, kapan pertama kali Idul Fitri dirayakan?