Jakarta - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan penyebaran virus corona atau Novel Coronavirus (2019-nCoV) di China berdampak terhadap kondisi perekonomian global, salah satunya Indonesia. Pasalnya, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
"Dengan perlambatan ekonomi, permintaan barang ekspor dari Indonesia ke China juga akan menurun. Begitu juga impor. Indonesia kemungkinan besar akan mengalami kesulitan mengimpor barang dari China karena melambatnya kegiatan produksi China akibat penyebaran," tutur Peneliti CIPS Ira Aprilianti di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2020 seperti dilansir dari Antara.
Kendati demikian, kata dia belum bisa dikalkulasi seberapa besar dampak dari penyebaran virus corona dan bagaimana respons industri untuk mensubstitusi kebutuhan industri. Termasuk dampak ekspor Indonesia.
Berdasarkan data dari Trade map, 2018 nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 17,126 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari total nilai ekspor Indonesia senilai 180,215 miliar dolar AS. Sedangkan 2016 dan 2017, nilai ekspor Indonesia ke China masing-masing senilai 16,785 miliar dolar AS dan 23,049 miliar dolar AS.
"Apakah ekspor Indonesia melambat karena menurunnya konsumsi di China," tuturnya.
Baca juga: Sandiaga: 2020 Ekonomi Indonesia Tumbuh Lebih Baik
Sebagai antisipasi dampak dari penyebaran virus corona, menurutnya pemerintah maupun pelaku usaha bisa menerapkan beberapa hal, misalnya industri dalam negeri harus siap untuk menyesuaikan kondisi pasar. Artinya industri harus mencari substitusi atau alternatif negara tujuan ekspor dan negara asal impor sehingga kegiatan produksi dapat terus berjalan.
Kemudian, industri dalam negeri juga harus mampu menemukan negara yang memiliki keunggulan komparatif di industri yang bersangkutan. Contohnya, menemukan alternatif negara destinasi ekspor dan negara yang membutuhkan produk yang diekspor oleh Indonesia, seperti Vietnam atau negara-negara ASEAN.
Selanjutnya, menurut dia pemerintah harus mempertimbangkan negara-negara nontradisional yang berpotensi besar untuk menyerap produk-produk ekspornya. Pemerintah harus segera menganalisis dengan baik seputar keuntungan yang selama ini telah diperoleh dari transaksi perdagangan Internasional dengan negara nontradisional.
Ira menurutkan Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan ekspor ke negara selama ini sudah lama mengadakan perjanjian dagang.
"Tetapi juga harus melebarkan sayap ekspor ke negara-negara nontradisional dengan memperhatikan pasar dan kebutuhan di negara tersebut. Perlu adanya upaya untuk membentuk segmen pasar dalam negeri yang mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan negara nontradisional," ujarnya. []