Jakarta - Peneliti Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Ibnu Dwi Cahyo mengungkapkan penggunaan satu buzzer yang memiliki followers atau pengikut lebih banyak akan memberi pengaruh kuat untuk memenangi kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada).
Hasilnya Anies berhasil menggaet suara milenial dan juga netizen (warganet) Ibu Kota.
"Oleh karena itu, kontestan Pilkada 2020 harus tepat memilih buzzer (orang yang mengampanyekan, mempromosikan, atau mendengungkan sesuatu)," kata Ibnu Dwi Cahyo kepada wartawan, dikutip Tagar, Minggu, 4 Oktober 2020.
Ibnu lantas mencontohkan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2017 lalu. Pada masa kampanye, kata dia, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno lebih fokus menggaet dan mengajak satu buzzer artis, yaitu Raffi Ahmad.
Baca juga: Istana Tekankan Tak Pernah Gunakan Jasa Buzzer
Dalam catatannya, saat itu Raffi Ahmad memiliki 20 juta followers di Instagram (saat ini sudah mencapai 40 juta). Sementara itu, pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat meskipun memiliki banyak buzzer dari kalangan artis, namun followers-nya jauh di bawah suami Nagita Slavina tersebut.
"Hasilnya Anies berhasil menggaet suara milenial dan juga netizen (warganet) Ibu Kota," katanya.
Seperti diketahui, pada Pilgub DKI Jakarta 2017 pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno meraih 3.240.987 suara (57,96 persen), sedangkan Ahok-Djarot 2.350.366 suara (42,04 persen).
Baca juga: Istana Ungkap Peran Buzzer dalam Demokrasi Pemerintahan
Terkait dengan keberadaan buzzer anonim, menurut Ibnu, banyak digunakan untuk tingkatkan konten agar berada di beranda Facebook, Instagram, Twitter, maupun YouTube dalam waktu lama.
"Biasanya kegiatan buzzing-nya dibantu iklan yang disedikan oleh platform, seperti FB Ads, IG Ads, dan juga Google Adsense," kata Ibnu dalam menjawab keefektifan peran buzzer dalam Pilkada.
Menyinggung konteks Pilkada 2020, dia menilai kebutuhan akan buzzer media sosial dapat dikatakan sangat urgen, mengingat warganet yang belum menentukan pilihan akan menggunakan referensi dari internet sebagai pedoman utama sebelum menggunakan hak suaranya, selain juga bertanya kepada teman mereka. []