Kue Khas Bantul Ini Bikin Pria Ngilu, Tapi Rasanya Enak

Nama makanan khas bantul Yogyakarta ini terinspirasi dari alat kelamin pria. Namanya, tolpit. Kependekan dari (Kon** kejepit).
Rita Kristiana, penjual tolpit, di Pasar Kangen Jogja, Jumat, 12 Juli 2019. (Foto: Tagar/Switzy Sabandar)

Yogyakarta - Jajanan khas Bantul yang memiliki sebutan unik juga hadir di Pasar Kangen Jogja. Namanya, Tolpit. Kependekan dari (kon** kejepit). Dalam bahasa Jawa, (kon**) merupakan istilah untuk menyebut alat kelamin pria.

Entah siapa yang memberi nama makanan ini. Namun, masyarakat Bantul dan sekitarnya akrab dengan kuliner yang berbentuk bundar dan terdapat ceruk di tengahnya.

Sekitar 1970-an, Tolpit banyak ditemui di pasar tradisional. Penjualnya tersebar dan banyak. Kini, tolpit kian sulit dicari. Pembuatnya satu persatu menua dan meninggal. Sayangnya, tidak ada regenerasi.

"Tolpit memang sudah mulai jarang di Bantul, pembuatnya tinggal sedikit, ini saja kami mengambil dari pembuat di Bambanglipuro yang bernama Marsilah," tutur Rita Kristiana, penjual Tolpit, di Pasar Kangen Jogja, Jumat, 12 Juli 2019.

Artikel lainnya: Warga Bantul Keberatan Rumah Pendeta Jadi Gereja

Rita bercerita membuat Tolpit juga tidak mudah. Bahan yang digunakan untuk membuat tolpit, antara lain, tepung beras, gula merah, dan kelapa muda.

Tepung beras yang digunakan pun harus dibuat sendiri. Pembuat lebih dulu menumbuk atau menggiling beras supaya menjadi tepung. Memakai tepung beras kemasan akan menghasilkan cita rasa yang berbeda.

Saat semua bahan sudah dicampur, adonan tidak bisa langsung diolah, melainkan harus di diamkan terlebih dulu selama satu malam. "Kalau langsung digoreng nanti seperti kue cucur yang teksturnya renyah," kata Rita.

Pada proses menggoreng, setidaknya butuh dua orang supaya Tolpit cepat tersaji. Satu orang memasukkan adonan ke loyang dan yang lainnya mencubit bagian tengah adonan menggunakan sumpit.

Rasa tolpit manis dan cocok disantap sebagai camilan sore hari. Secangkir teh atau kopi panas menjadi padanan yang pas.

Selain Tolpit, Pasar Kangen Jogja juga menghadirkan puluhan menu unik yang mulai jarang ditemui di pasaran. Nostalgia terhadap kuliner menjadi pesan yang ingin diangkat dari perhelatan ini.

Sebut saja, geblek tempe khas Kulon Progo, clorot dari Purworejo, es limun yang sempat hits beberapa dekade lalu, sampai stan kuliner yang menghadirkan menu bangsawan keraton Yogyakarta pada 1800-an.

Pasar Kangen Untuk Melestarikan Kuliner di Yogyakarta

Terdapat 117 stand kuliner tradisional serta 93 stand barang kerajinan di Pasar Kangen Jogja. Acara ini berlangsung pada 12 sampai 20 Juli 2019. Berlokasi di Taman Budaya Yogyakarta, Pasar Kangen bisa dibuka untuk umum secara gratis mulai dari pukul 12.00 sampai 22.00 WIB.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho, Pasar Kangen Jogja bersifat melestarikan hal-hal yang sudah ada di Yogyakarta, salah satunya kuliner.

"Perhelatan ini semoga bisa dimanfaatkan karena bisa ikut mensejahterakan masyarakat," ucapnya.

Ia juga menilai kegiatan Pasar Kangen Jogja dan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) pada tahun ini bisa saling melengkapi karena keduanya digelar pada waktu yang bersamaan.

Pasar Kangen bisa mengakomodasi masyarakat yang ingin berekreasi ke pusat kota Yogyakarta, sedangkan FKY yang diadakan di Bantul bisa menampung keinginan masyarakat di luar kota Yogyakarta. []

Artikel lainnya: Sekitar 84 Hektar Tanaman Padi di Bantul Alami Puso

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.