Kualitas Ukiran Gorga Terbaik Karya Seniman di Toba

Jesral Tambun, seniman pahat asal Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba, membuat gorga yang jadi desain medali Duathlon Toba 2020.
Salah satu ukiran gorga yang sedang dikerjakan oleh Jesral Tambun. Ini adalah Gorga Sing-singa. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Toba – Dua bongkahan kayu berukir berbentuk kepala binatang tergeletak di atas ubin. Sepihan-serpihan kayu berserakan di sekitarnya. Sementara tidak jauh dari patung belum jadi berbentuk kepala binatang, ada juga ukiran lain.

Tempat itu adalah semacam workshop sederhana berukuran 5 x 8 meter, yang terletak di Tano Lapang, Desa Pardolok Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Workshop milik Jesral Tambun, seniman pemahat gorga ini hanya berjarak sekitar 30 meter dari kediamannya. Jesral dikenal dengan rambut gondrongnya yang diikat sekenanya.

Hasil karya Jesral Tambun yang saat ini cukup banyak beredar adalah ukiran gorga yang terpilih menjadi desain medali untuk pemenang Virtual Series Duathlon Toba 2020 yang berlangsung tanggal 25-27 September 2020 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Virtual Series Duathlon Toba 2020 merupakan sebuah kontes balap sepeda dan lari secara virtual yang bisa diikuti oleh peserta yang berasal dari mana saja.

Danau Toba dipilih menjadi latar balap sekaligus untuk mempromosikan keindahan pedesaaan di Danau Toba sebagai satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia saat ini.

Hoki Gorga Sitompi

Jesral tidak pernah menduga ukiran gorga Sitompi buatannya yang saat itu sempat difoto oleh seorang tamu di workshop sederhananya pada tahun 2019, kemudian dijadikan sebagai desain medali untuk kontes bergengsi Virtual Series Duathlon Toba 2020.

Cerita Ukiran Gorga di Toba (2)Ukiran Gorga Sitompi buatan Jesral Tambun yang terpilih menjadi desain medali Virtual Series Duathlon Toba 2020. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Foto Gorga Sitompi buatannya pernah diambil oleh seorang bermarga Simanjuntak yang kagum dengan karyanya tersebut. Sang tamu tersebut mengambil foto sembari meminta izin kepada Jesral.

Lae, molo haduan adong aning mamakke motif gorga mon, boi do kan lae?” (Abang, kalo misalkan ada yang mau mamakai motif ukiranmu ini bisa kan?) tanya orang bermarga Simanjuntak itu. Jesral pun mengiyakan permintaan tamunya ketika itu.

Setahun setelah kedatangan tamunya itu, sebuah kabar yang membanggakan pun disampaikan kepada Jesral. Ukiran Gorga Sitompi buatannya terpilih menjadi desain medali Virtual Series Duathlon Toba 2020. Jesral mengaku bangga akan keputusan peyelenggara acara.

Gorga Sitompi ukiranku yang terpilih menjadi desain medali Virtual Series Duathlon Toba 2020 mempunyai filosofi tentang kebersamaan dan gotong royong. Gorga Sitompi itu kan motifnya kayak anyaman rotan.

Bagi masyarakat Toba, lanjut dia, tradisi gotong royong itu dijunjung tinggi, dengan ikatan kekeluargaan, saling jalin menjalin, sehingga untuk melaksanakan suatu pekerjaan tidak boleh mengabaikan satu golongan.

“Harus diikutsertakan dalam aktivitas masyarakat. Dengan filosofi mulia itu, semoga kita semua bisa bekerjasama memajukan Danau Toba,” ujar Jesral.

Gorga, bagi Jesral bukan hanya sekadar karya tapi juga seni yang mengandung nilai spiritual yang menggambarkan pandangan hidup dan cita cita orang Batak. Ia menekuni seni gorga sejak tahun 2007 setelah ia mendapat pesan lewat mimpi. 

Ia enggan memaparkan mimpinya karena semua kembali ke keyakinan masing-masing. Yang jelas mimpinya tersebut menguatkan nekadnya untuk menekuni seni gorga yang didalam setiap pahatannya memiliki nilai spiritiual.

Cerita Ukiran Gorga di Toba (3)Jesral Tambun sedang mengerjakan salah satu ukiran yang belum diselesaikan. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak)

Berdasarkan cara pembuatannya, gorga terbagi menjadi gorga uhir dan gorga dais. Gorga uhir adalah gorga yang diukir dengan pahat sedangkan gorga dais adalah gorga yang dibuat dengan olesan warna khas Batak yang dikenal dengan nama Tiga Bolit yaitu kolaborasi warna hitam, putih, dan merah.

Ukiran gorga umumnya menggambarkan fenomena alam, tumbuhan, juga hewan yang dianggap memiliki nilai filosofi. Misalnya tumbuhan lumut yang melenggak lenggok yang melambangkan kegembiraan, burung merpati yang melambangkan ketulusan, putaran air yang menggambarkan kekuatan suci, serta lainnya. 

Banyak jenis lain dari gorga berdasarkan bentuk dan fungsinya seperti Gorga Singa Singa, Gorga Ulu Paung, Gorga Simarogung-Ogung, Gorga Jorngom, Gorga Boraspati, Gorga Adop Adop, Gorga Gaja Dompak, dan lainnya. Semuanya bukan sekadar karya biasa. Dibalik ukiran ada makna spiritual yang bisa dibaca oleh setiap mata yang memandangnya.

Gorga banyak ditemukan di bagian luar rumah adat khas Batak. Sebuah Rumah Batak akan tampak lebih indah jika ada ukiran dengan seni gorga. Selain itu, gorga juga kerap ditemukan di alat musik khas Batak seperti Gondang, Sarune, Kecapi, dan lainnya.

Jesral awalnya belajar kepada seorang penggorga di kampungnya di Lumban Lobu, Kecamatan Bonatualunasi, Kabupaten Toba. Setelah memahami teknik dasar gorga, maka Jesral pun mulai menerima pekerjaan mengukir gorga secara mandiri.

Setelah lebih 10 tahun menekuni seni gorga, nama Jesral pun kian dikenal oleh pecinta gorga. Tak jarang dia dipanggil ke luar Sumatera untuk mengerjakan ornamen gorga di berbagai gedung di Kota Bandung dan Jakarta. Selain berkarya di workshopnya yang sederhana, Jesral memang kerap dipanggil juga ke lokasi bangunan untuk mengerjakan ukiran gorga.

Kehidupan perekonomian Jesral bersama keluarga kecilnya ditopang oleh penghasilannya sebagai panggorga.

Khawatirkan Ketersediaan Bahan

Di workshopnya dia kini memproduksi berbagai karya seni bermotif gorga seperti kalung, miniatur Rumah Batak, dekorasi dinding, dan lainnya. Harganya berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Jesral Tambun TobaJesral Tambun, seorang senimat ukir gorga di Toba. (Foto: Tagar/Elvianna Simanjuntak).

Jesral biasanya mengerjakan pesanan gorga sesuai pesanan pembeli kemudian menyesuaikan harganya dengan jenis kayu dan kerumitan motif gorga yang diminta.

Ketersediaan bahan kayu kerap menjadi kendala bagi pengrajin kayu termasuk Jesral. Ia biasanya mencari sendiri bahan kayu dari masyarakat sekitar. Kayu yang biasanya digunakan adalah kayu nangka dan kayu ungil. Keduanya dipilih karena tahan terhadap terpaan hujan dan terpaan matahari.

“Media kerjaku kan kayu, jadi kalau ada pesanan khusus yang memerlukan kayu yang besar, disitu aku mulai mikir keras, darimana kucari kayu sebesar itu. Disini kan hutan adat, nggak boleh sembarangan ambil kayu, kalau kayu dari masyarakat itu sangat terbatas,” tutur Jesral.

Di workshopnya, Jesral sering dikunjungi oleh calon pembeli atau orang yang hanya ingin tahu seputar pembuatan gorga. Sikapnya yang ramah membuat pengunjung merasa akrab dan terkadang lupa sudah menghabiskan kopi gelas kedua bahkan ketiga.

Sikapnya yang ramah itulah yang menghantarkannya menjadi perancang medali Virtual Series Duathlon Toba 2020. Meskipun Jesral mengaku tak menerima sejumlah uang dari hasil rancangannya yang digunakan di medali tersebut.

Jesral mengaku cukup puas dengan pencapaiannya. Siapa yang tak bangga apabila namanya dinobatkan sebagai perancang medali untuk kontes skala nasional.

“Semoga semakin banyak orang yang mengenal dan memahami makna gorga, kita akan terus memperkenalkannya semampu kita,” ujar Jesral.

Terpisah, seorang anak muda dari Toba bernama Bima Marpaung yang juga menekuni kerajinan gorga mengaku bangga dengan prestasi Jesral Tambun.

“Aku adalah anak muda Toba yang merasa haus untuk belajar gorga. Ketika ada orang yang bukan Toba lebih tahu tentang gorga, disitu aku merasa tertantang untuk lebih belajar dan memahami gorga,” ujarnya.

Bima kerap merasa sedih ketika ada pembeli yang menawar habis gorga buatannya. Menurutnya gorga itu memang karya mahal karena ada makna dibalik motifnya.

“Ketika kita menjual gorga, kita itu ngga cuman menjual hasil pahatan. Orang yang mengerti apa makna di balik sebuah motif gorga engga akan nawar mati, kadang itu yang bikin kita sebagai panggorga putus asa dan memilih berhenti berkarya,” tutur Bima.

Dia berharap kedepannya para panggorga muda dari Toba bisa mendapatkan pelatihan untuk strategi pemasaran hasil karya gorga untuk pasar yang tepat. []

Berita terkait
Transaksi Unik Subuh di Onan Tarutung Tapanuli Utara
Ada cara unik dalam transaksi jual beli kain tenun ulos khas Batak, di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, yakni dilakukan pada dini hari.
Cerita Kakek Pembuat Gantungan Knalpot di Semarang
Seorang kakek berusia 98 tahun di Semarang hidup dengan menjadi produsen sekaligus penjual gantungan knalpot. Per unit dihargai Rp 2 ribu.
Meredupnya Sinar Kejayaan Tembakau di Temanggung
Harga tembakau Temanggung semakin merosot akibat pandemi Covid-19, untuk tembakau kualitas bagus atau grade D harga jualnya Rp 60 ribu.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.