Jakarta – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengatakan sektor kehutanan dan lahan di Indonesia akan mencapai net carbon sink pada tahun 2030. Hal ini disampaikan pada KTT G20 Selasa, 2 November 2021.
“Ini adalah komitmen indonesia untuk menjadi bagian dari solusi dan capaian nyata indonesia di sektor kehutanan tidak terbantahkan,” ujar Jokowi dalam pidato di Kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Selasa, 2 November 2021.
Dalam pidato tersebut, Jokowi mengatakan pada tahun 2020 tingkat kebakaran hutan pada indonesia hingga 82 %, ia juga mengatakan pada tahun 2019 penurunan pada hutan ditekan hingga 40,9 % jauh di bandingkan dengan tahun 2015.
Kami kembangkan sumber-sumber pendanaan inovatif di antaranya pendirian badan pengelola dana lingkungan hidup penerbitan green phone dan suku hijau atau green suku.
“Ini dilakukan saat dunia tahun lalu kehilangan 12 % lebih banyak hutan primer dibanding tahun sebelumnya, dan ketika banyak negara justru mengalami kebakaran hutan dan lahan terbesar sepanjang sejarah,” ucap Jokowi.
- Baca Juga: KTT G 20 Fokus Membahas Krisis di Afghanistan
- Baca Juga: Jokowi Undang Para Pemimpin Dunia ke KTT G20 di Bali Tahun 2022
Namun, kebijakan pada pengelolaan hutan tersebut akan melakukan pertimbangan lingkungan dengan ekonomi dan sosial. Ia juga menjelaskan terkait dengan kemitraan pada masyarakat lebih harus di utamakan.
“Hal ini penting karena 34 % dari seluruh desa di indonesia berada di perbatasan atau di dalam kawasan,” katanya.
Tujuannya adalah untuk mengubah area hutan menjadi lebih menyeluruh, seperti hutan mangrove yang sangat berperan untuk menyimpan karbon. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai lebih area mangrove hingga 3,3 juta hektar yang terbesar di dunia.
- Baca Juga: KTT G20, Menlu Retno: Indonesia Berperan Strategis
- Baca Juga: Menlu Retno Marsudi: Indonesia Tuan Rumah KTT G20 Tahun 2022
“Bagi Indonesia dengan atau tanpa dukungan kami akan terus melangkah maju, kami kembangkan sumber-sumber pendanaan inovatif di antaranya pendirian badan pengelola dana lingkungan hidup, penerbitan green phone, dan suku hijau atau green suku,” ujarnya
Baginya, 90 % penduduk dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrim sangat bergantung pada hutan. Ia mengatakan, bahwa ia siap untuk berbagi pengalaman pengelola hutan yang bertujuan untuk solusi untuk berkelanjutan bagi iklim global.
(Emilya Rahmawati)