Kronologi Penyebaran Cacar Monyet di Singapura

Untuk pertama kalinya, kasus cacar monyet atau monkeypox ditemukan di Singapura, begini kronologinya.
Ilustrasi. (Foto: pixabay)

Jakarta - Untuk pertama kalinya, kasus cacar monyet atau monkeypox ditemukan di Singapura. Cacar monyet ini telah dikonfirmasi oleh Ministry of Health (MOH) Singapura pada Kamis 9 Mei 2019.

Kronologi

MOH Singapura menjelaskan, cacar monyet pertama kali positif menjangkit seorang pria Nigeria berusia 38 tahun. Namun, pria tersebut kemungkinan tidak terjangkit di Singapura.

Karena, berdasarkan keterangannya, ia sebelumnya telah mengunjungi Nigeria. Tiba di Singapura pada 28 April, kemudian positif terkena cacar monyet.

"Pasien melaporkan bahwa sebelum kedatangannya di Singapura, dia telah menghadiri pernikahan di Nigeria, di mana dia mungkin telah mengkonsumsi daging semak, yang bisa menjadi sumber penularan virus monkeypox," jelas MOH Singapura dikutip Tagar dari channelnewsasia.com, Minggu 12 Mei 2019.

Pria yang telah tinggal di 21 Lorong 8 Geylang, Hotel 81 Orchid, sebelum dirawat di rumah sakit ini awalnya belum menampakan gejala apapun. Sebab, setibanya di Singapura sempat menghadiri lokakarya di 3 Church Street, pada 29 April dan 30 April 2019.

Barulah, pada 30 April mengalami demam, sakit otot, kedinginan, dan ruam kulit. Setelah itu memutuskan untuk tinggal di kamar hotel, antara 1 dan 7 Mei. 

Karena tidak kunjung membaik, pada 7 Mei dibawa ke Rumah Sakit Tan Tock Seng dengan ambulans, lalu dirujuk ke NCID pada hari yang sama.

Baca juga: Imbauan Kemenlu Terkait Cacar Monyet

Setelah dilakukan pemeriksaan, pria Nigeria yang kini menjadi pasien NCID itu dinyatakan positif terkena virus cacar monyet. Meski kondisi stabil, pria yang tidak ingin disebutkan namanya itu, tetap dirawat di bangsal isolasi di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) Singapura.

Kontak dengan Pasien

Sejak menemukan pasien yang positif terjangkit cacar monyet, MOH Singapura mengaku telah melakukan pelacakan kontak antara pasien dengan orang luar. Hasilnya, ada 23 orang teridentifikasi melakukan kontak dekat dengan pasien.

Dari 23 orang tersebut, 18 orang di antaranya peserta lokakarya yang hadir di waktu yang sama dengan pasien, satu anggota staf dari tempat lokakarya, dan empat karyawan hotel.

Sebagai tindakan pencegahan, NCID menawarkan vaksin terhadap 23 orang agar tak terjangkit virus atau mengurangi gejala apabila ternyata terjangkit virus cacar monyet. Serta melakukan pantauan ataupun karantina dalam kurun 21 hari, terhitung setelah melakukan kontak langsung dengan pasien.

"Kontak dekat pasien telah dinilai oleh NCID dan ditawarkan vaksinasi, yang dapat mencegah penyakit atau mengurangi keparahan gejala," terang pihak MOH Singapura.

"Sebagai tindakan pencegahan, mereka akan dikarantina dan dipantau selama 21 hari sejak tanggal paparan ke pasien," sambung pihak MOH Singapura.

Risiko Tersebar Rendah

Direktur Eksekutif NCID Profesor Leo Yee Sin, mengatakan kendati virus cacar monyet sudah masuk ke Singapura, risiko penyebarannya sendiri terbilang rendah. Pasalnya, tak ada bukti infeksi cacar monyet dapat bertahan dalam populasi manusia.

"Tidak ada bukti sampai saat ini, bahwa penularan dari manusia ke manusia saja dapat mempertahankan infeksi monkeypox pada populasi manusia," paparnya.

"Rata-rata, setiap orang yang terinfeksi menularkan infeksi ke kurang dari satu orang lain. Ini, jauh lebih tidak menular daripada flu biasa. Rantai penularan juga dapat diputuskan melalui pelacakan kontak dan karantina kontak dekat," paparnya lagi.

Kendati demikian, tetap saja MOH Singapura mengawasi 23 orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien. Semua kontak lain yang memiliki risiko rendah terinfeksi menurut MOH telah ditempatkan di bawah pengawasan aktif, dan akan dihubungi dua kali sehari untuk memantau status kesehatan mereka. []

Berita terkait