Kronologi Mahasiswa Tewas Saat Demo di Kendari

Unjuk rasa ribuan mahasiswa se- Kota Kendari di DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berujung ricuh, mengakibatkan satu orang tewas.
Polisi menembakkan gas air mata dan tembakan Water Canon, untuk memukul mundur oknum massa di depan kantor DPRD Sulsel, (Foto: Tagar/Lodi Aprianto)

Jakarta - Unjuk rasa yang dilakukan ribuan mahasiswa se- Kota Kendari di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berujung ricuh, sehingga mengakibatkan satu orang tewas. Korban tersebut bernama Randi, 22 tahun.  

Randi adalah seorang mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Dia duga tewa terkena tembakan peluru tajam di dada kanannya. 

Pria berusia 22 tahun ini masuk RSUD Korem sekitar pukul 15.30 WITA dan dinyatakan meninggal pada 15.44 WITA. Sangat mengenaskan kondisi Randi saat itu, ada luka menganga sekitar lima sentimeter dan sedalam 10 sentimeter di dada kanan. 

Saat penanganan Dokter, Randi dalam kondisi sangat buruk, darah selalu saja mengucur deras dari lukanya tersebut. 

Ya tentunya kita akan selidiki penyebab daripada korban meninggal dunia.

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Hary Goldenhart Santoso mengatakan jenazah Randi sedang diautopsi di Rumah Sakit Abu Nawas. "Untuk penyebab daripada korban meninggal dunia saat ini sedang dilakukan autopsi di RS Abu Nawas yang dilakukan tim Dokter RS Abu Nawas bersama dengan tim Dokter dari RS Bhayangkara dan RS Korem," ujar Hary.

Dari hasil autopsi nanti akan membuktikan korban Randi meninggal akibat terkena tembakan atau buka. "Iya, itu baru dugaan. Tentunya kita nanti akan bisa memastikan setelah ada hasil autopsi," ucapnya.

Dia mengakui pihaknya saat melakukan pengamanan aksi di Gedung DPRD Kenari, tidak ada satu anggota pun yang menggunakan peluru tajam ataupun peluru karet. 

"Di sini dapat saya tegaskan bahwa kami dari aparat kepolisian, dalam memberikan pelayanan kepolisian dalam mengamankan kegiatan unjuk rasa, anggota tidak dibekali, baik itu dengan peluru tajam, peluru karet maupun peluru hampa. Anggota hanya dibekali dengan tameng, tongkat, water canon dan peluru gas air mata," tuturnya. 

Namun, dengah adanya korban yang tewas akibat aksi ini, polisi hingga sekarang masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. "Ya tentunya kita akan selidiki penyebab daripada korban meninggal dunia," ujarnya. 

Kejadian itu bisa terjadi berawal dari para mahasiswa yang mengepung gedung DPRD Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Kamis, 26 September 2019 siang. 

Massa melakukan unjuk rasa untuk menuntut pemerintah mencabut UU KPK dan mempertahankan UU KPK sebelumnya, menolak RKHUP, serta menolak RUU Pertanahan.

Memang dalam peristiwa ini, massa mencoba mendorong paksa dan melakukan pelemparan ke arah gedung DPRD Sultra dengan batu dan kayu. Akibat dari sikap mahasiswa itu, polisi melakukan tembakan gas air mata ke arah mereka.  Hingga akhirnya polisi berhasil memecah belah massa.[]

Baca juga:

Berita terkait
Demo Tolak RKUHP di Sulsel Kembali Ricuh
Unjuk rasa menolak revisi Undang-Undang (UU) KPK dan RKUHP di Kota Makassar, Sulsel, kembali ricuh.
Menristekdikti Ingatkan Mahasiswa Perihal Demo Mereka
Menristekdikti Mohammad Nasir mengingatkan aksi demonstrasi para mahasiswa jangan sampai ditunggangi kepentingan lain.
Demonstrasi Mahasiswa Mirip Kerusuhan Mei 2019
Kapolri menyatakan demonstrasi mahasiswa di gedung DPR yang berujung rusuh beberapa waktu lalu mirip dengan pola kericuhan pada 21-22 Mei 2019.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.