Kronologi Isu Adian Napitupulu Minta Jatah Komisaris

Adian Napitupulu membantah minta jatah komisaris BUMN dan menegaskan tak pernah bermohon satu kursi pun kepada Menteri BUMN Erick Tohir
Adian Napitupulu usai diksusi di sebuah cafe, Kemang, Jakarta Selatan, 23 Juli 2020. (Foto: Edy/ Tagar)

Jakarta - Politisi PDIP Adian Yunus Yusak Napitupulu mengungkap kronologi munculnya kabar angin yang menyebut dirinya minta jatah kursi komisaris BUMN. Adian Napitupulu membantah isu itu dan menegaskan tak pernah bermohon satu kursi pun kepada Menteri BUMN Erick Tohir.

"Kalau saya dikatakan saya minta jatah komisaris, buktinya apa? Saya tidak pernah berkomunikasi dengan Erick Tohir, tak pernah mengirim pesan WhatsApp kepadanya, sejak selesai Pilpres saya tak pernah lagi bertemu," kata Adian Napitupulu dalam sebuah diskusi di sebuah kafe, Kemang, Jakarta Selatan, Kamis, 23 Juli 2020. Dia dan mantan bos klub sepak bola Inter Milan itu pernah bekerja sama dalam sebuah tim untuk memenangkan Jokowi pada Pemilihan Presiden 2019.

Anggota DPR Komisi Energi ini kemudian memulai kisahnya dari tiga kali pertemuan antara rekan-rekannya yang tergabung dalam 'Aktivis 98' dan Presiden Jokowi. Pertemuan pertama berlangsung di Istana Negara pada 26 Juni 2018. "Yang hadir ada perwakilan dari Aceh, Bali, Sumatera,..." ujarnya

Pertemuan kedua dilanjutkan di Kemayoran Jakarta dalam acara Rembuk Nasional Aktivis 98 pada 7 Juli 2018. Adian menunjukkan foto dirinya dan rekan-rekannya bersama Presiden dalam agenda itu.

Pada 17 April 2019, pungutan suara Pemilihan Presiden digelar di Indonesia. Komisi Pemilihan Umum lalu secara resmi mengumumkan Jokowi kembali berkuasa pada periode kedua, 21 Mei 2019

Adian mengatakan setiap sebelum acara pertemuan Aktivis 98 dan Jokowi dimulai, rekan-rekannya berkesempatan berbicang dengan Presiden. Kesempatan itu diterima oleh Aktivis 98 baik di Istana maupun di lokasi acara.

Dalam suatu bincang, Aktivis 98 bertanya kepada Jokowi, "Jika menang Pilpres nanti, akan ada banyak tantangan ke depan. Apa yang bisa kami bantu?"

Presiden menjawab, "Teman-teman bantu dong saya." Aktivis 98, kata Jokowi, bisa membantu dengan terlibat aktif dalam pemerintah antara lain bisa menjadi menteri, duta besar dan direksi atau komisaris BUMN.

Jadi bukan saya yang minta, tapi Presiden yang menawarkan kepada kami

Pada 16 Juni 2019, Aktivis 98 kembali menggelar pertemuan Silaturahmi dan Halalbihalal di Ballroom Hotel Sahid Jakarta. Presiden Jokowi tampil berpidato di sana.

"Berkaitan dengan Aktivis 98, ini adalah pelaku sejarah," kata Jokowi dalam pidatonya seperti direkam Kompas TV. "Sebagian besar memang sudah menjabat bupati, anggota DPR, wali kota, atau jabatan lainnya."

Kemudian Jokowi menyinggung Aktivis 98 yang belum mendapatkan jabatan. "Saya melihat di (kursi) menteri belum. Tidak hanya di kursi menteri, bisa saja, misalnya, di duta besar, di BUMN, tetapi saya selalu melihat yang bersangkutan memiliki kapasitas."

Setelah pertemuan di Hotel Sahid, Adian tak pernah lagi membicarakan kursi jabatan jika bertemu Jokowi. Ia mengaku pernah bertemu Jokowi namun hanya berbicara soal persiapan pelantikannya sebagai Presiden periode kedua.

Pada 20 Oktober 2019, Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amien dilantik di Gedung MPR. Sepuluh hari kemudian, Adian menerima pesan Whatsapp dari Istana.

"Isi pesannya: meminta nama-nama yang bisa dijadikan komisaris atau duta besar," katanya.

Tiga hari kemudian, Adian membawa daftarnya ke Istana dan menyerahkannya kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikono.

"Jadi bukan saya yang minta, tapi Presiden yang menawarkan kepada kami," kata politisi kelahiran Manado 49 tahun silam ini. Ia bilang, nama yang ia ajukan tak lebih dari 60 orang.

Hingga 23 Juli 2020, Adian mengaku tak pernah mendengar Jokowi membatalkan penempatan anggota Aktivis 98 di kursi komisaris BUMN. Presiden, kata Adian, tak pernah komplain terkait jumlah calon yang diajukan dan tak pernah mengeluhkan komptensi orang yang masuk dalam daftar.

Tapi ketika ditanya apa yang menyumbat nama-nama itu sehingga Menteri BUMN Erick Tohir belum mengangkatnya sebagai komisaris, Adian Napitupulu mengaku tak tahu. "Tidak ngerti, tapi saya percaya Presiden Jokowi tidak berbohong," ujarnya.[]

Baca juga: 


Berita terkait
Viral Relawan Jokowi: Solo Tak Butuh Gibran
Relawan Jokowi Kusuma Putra menilai Achmad Purnomo lebih pantas memimpin Solo dibandingkan Gibran, putra Presiden.
Anies Sebut Guna Reklamasi, Ruhut: Ke Mana Aja Bos?
Ruhut Sitompul menilai Anies Baswedan telat menyadari manfaat reklamasi di Teluk Jakarta.
Pengamat Nilai Wajar Jika Jokowi Tugasi Erick Thohir
Penunjukkan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Ketua pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional dipertanyakan.