Mataram - Platform video streaming Iflix termasuk yang terkena krisis ekonomi akibat pandemi virus Corona atau Covid-19. Perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia ini dikabarkan akan menjual perusahaannya ke salah satu perusahaan China.
Mengutip Nikkei Asian Review, rencana penjualan platform yang berdiri sejak 2014 itu dilakukan usai chairman Iflix Patrick Grove dan Luke Elliot mengundurkan diri dari jajaran direksi pada Kamis, 9 April 2020. Keduanya merupakan pendiri Catcha Group, pemegang saham utama Iflix.
Industri tidak kebal terhadap kondisi yang tidak pasti.
Tak hanya Grove dan Elliot, di hari yang sama, dua direktur lainnya, David Nairn dan Mark Andrew Licciardo juga hengkang dari perusahaan.
Satu bulan setelahnya, tepatnya pada Kamis, 7 Mei 2020, Iflix menunjuk Ryan Shaw dan John Zeckendorf sebagai pengganti Grove dan Elliot.
Selain perubahan pada jajaran direksi, Iflix juga telah menargetkan akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada Jumat, 31 Juli 2020 mendatang.
Sebelumnya, Iflix juga pernah mengalami kerugian sebesar USD 158,1 juta setelah melakukan upaya "bakar uang" hingga 25,5 juta pada 2018. Bahkan, pada 2019, dengan modal yang tersisa saat itu, Iflix sempat memperkirakan mereka hanya mampu menjalankan bisnis hingga 30 November 2019. Sejak saat itu, perusahaan yang pernah menggandeng aktris Myanmar Phway Phway sebagai partner selebriti itu belum mengumumkan adanya pendanaan tambahan.
Prospek bisnis Iflix bahkan membuat salah satu perusahaan media asal Indonesia Surya Citra Media (SCM) menarik investasinya pada 31 Desember 2019.
Sebelumnya, pada April 2020 Iflix dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja pada sejumlah karyawannya. Dalam suatu wawancara, CEO Iflix Marc Barnett mengatakan keputusan PHK dilakukan sebagai salah satu upaya menyelamatkan perusahaan akibat pandemi Covid-19.
"Industri tidak kebal terhadap kondisi yang tidak pasti. Keputusan kami untuk mengurangi jumlah karyawan dilakukan dengan penuh pertimbangan dan untuk memangkas biaya, sehingga perusahaan bisa bertahan," ujar Barnett. []