Krisis Inflasi di Turki Dorong Penyelundupan Manusia ke Amerika

Di tengah krisis inflasi dan lonjakan harga di Turki, masyarakat di wilayah termiskin Turki di sisi timur negara itu berjuang penuhi kebutuhan
Seorang pria berdiri di lokasi tertinggi di Erzurum, wilayah timur Turki, 5 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Ozan Kose)

TAGAR.id, Ankara, Turki – Desa Ağcaşar, di Provinsi Erzurum, Turki, tak banyak berubah dari abad ke abad. Masyarakatnya masih menggunakan cara-cara tradisional untuk menjalani kehidupan sehari-hari, bahkan banyak rumah yang belum memiliki akses air bersih. Burhan Özdemir adalah seorang gembala berusia paruh baya yang tinggal di sana.

“Semua teman kami telah pergi. Beberapa menjual sapi mereka. beberapa menjual hewan mereka. Mereka menjual tanah dan sebagian besar dari mereka telah pergi,” kata Özdemir. “Tinggal saya bersama dua-tiga teman yang masih bertahan. Kami tidak bisa pergi karena tidak punya uang. Mereka yang punya uang, pergi ke Amerika.”

Di tengah krisis inflasi dan lonjakan harga di Turki, masyarakat di wilayah termiskin Turki di sisi timur negara itu berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan. Semakin banyak warga pria yang membayar jasa penyelundup untuk membawa mereka ke Amerika, di mana mereka berharap memperoleh pekerjaan yang layak dan kehidupan yang lebih baik. Banyak di antaranya berasal dari etnik Kurdi, yang sejak lama menuduh pemerintah Turki mendiskriminasi mereka.

Mahasiswa bernama Ömer, yang tidak bersedia menggunakan nama belakangnya untuk alasan keamanan, tengah bersiap pergi ke AS. “Saya ingin pergi ke Amerika karena meskipun saya lulus dan bekerja di sini, gajinya tidak akan layak,” katanya kepada VOA.

“Gaji di sini 300 dolar AS sebulan, sementara di sana 3.000 dolar AS. Kakak laki-laki saya pergi ke sana (Amerika) belum lama ini. Ia bilang di sana dirinya bebas dan semuanya baik. Ia akan bekerja dan mengirimi saya uang, dan saya akan ke sana juga.”

Para penyelundup telah pindah ke desa-desa di pegunungan dari provinsi Agri yang berbatasan dengan Iran, yang juga salah satu wilayah termiskin di Turki.

Tidak ada angka resmi, namun diperkirakan puluhan ribu orang telah meninggalkan Agri dalam beberapa tahun terakhir untuk menuju AS dan Kanada.

Inflasi tahunan di Turki mencapai 61% pada April, rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Hal itu didorong oleh lonjakan harga global dan serangkaian penurunan suku bunga oleh pemerintah Turki. Harga makanan di Turki naik 70%, sementara ongkos transportasi naik sebesar 99 persen.

Penyelundup biasanya memasang tarif sekitar 15.000 dolar AS, kata para penduduk kepada VOA. Ongkos itu untuk membeli tiket bus ke Ankara atau Istanbul, serta penerbangan ke Meksiko.

Mereka lantas melintasi perbatasan ke AS, di mana sebagian besar di antaranya ditahan sambil menunggu klaim suaka. Para migran Kurdi seringkali menjadikan penganiayaan di Turki sebagai alasan mencari suaka. “Para penyelundup juga menawarkan jasa untuk menghubungkan mereka dengan pengacara migrasi di AS, dengan ongkos sekitar 300 dolar AS,” kata seorang warga (rd/em)/voaindonesia.com. []

Turki Tak Bisa Tampung Lagi Pengungsi Suriah

Bisa Merusak Kesatuan Islam, Turki Desak Krisis Qatar Diakhiri

Yordania dan Turki Ancam Israel, Tolak Ubah Status Al Aqsa

Liga Arab Bereaksi Atas Agresi Turki ke Suriah

Berita terkait
Turki Akan Terapkan Sebuah Konvensi Internasional di Selat Bosporus
Turki akan terapkan sebuah konvensi internasional yang memungkinkan Turki menutup Selat Bosporus yang strategis
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.