Jakarta - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat, persentase anak perempuan yang mengalami depresi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Kondisi ini semakin meningkat saat masa pandemi Covid-19.
“Sebelum masa pandemi ini tidak terlalu mencolok, yaitu masalah kecenderungan terjadinya depresi atau isu kesehatan mental anak. Persentase anak perempuan dengan gejala yang mengarah pada depresi itu lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki," kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KPPPA, Agustina Erni di Jakarta, Jumat, 26 November 2021.
Erni menyamapikan, berdasarkan survei pada 2020, menunjukkan 13 persen anak mengalami depresi yang berkategori ringan hingga berat. Dari data tersebut, empat persen mengalami depresi ringan, delapan persen depresi sedang dan satu persen mengalami depresi berat.
"Sebanyak 42 persen itu mengalami gejala emosi. Ini yang paling banyak dirasakan, seperti mereka gampang merasa sedih, mudah marah dan sebanyak 41 persen itu ada gejala kognitif seperti menyalahkan diri sendiri, tidak bisa berkonsentrasi dengan baik," ungkapnya.
Selain berdampak secara mental, masa pandemi Covid-19 juga berdampak pada kesehatan fisik anak. Erni mengatakan, pada beberapa sekolah yang telah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM), terdapat anak-anak yang matanya mengalami rabun jauh.
"Ada anak yang setelah masuk sekolah, matanya terganggu jadi, di kelas dia tidak bisa lagi duduk di bangku belakang. Dia tidak bisa lihat papan tulis di depan sehingga harus maju ke depan untuk bisa melihat papan tulis," ujarnya.
Erni memperkirakan gangguan kesehatan mata anak ini terjadi karena mereka banyak bermain gadget selama pandemi.
"Mungkin karena banyak bermain dengan gadget," tutupnya. []
Baca Juga
- Vaksin Covid-19 untuk Anak-anak 5-11 Tahun Segera Tersedia
- AS Mungkin Izinkan Vaksin Pfizer untuk Anak-anak Usia 5-11
- Pelajar Usia 12 Tahun ke Atas di Los Angeles Wajib Vaksinasi Covid-19
- Biden Desak Anak Muda Amerika Jalani Vaksinasi Covid-19