Jakarta - Lebih dari 93.000 orang meninggal karena overdosis narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) di Amerika Serikat (AS) tahun 2020 lalu. Jumlah rekor itu, menurut para ahli sebagian dipicu oleh isolasi yang dialami banyak orang selama karantina wilayah atau lockdown terkait virus corona (Covid-19).
Pemerintah AS melaporkan pada Rabu, 14 Juli 2021, bahwa jumlah kematian pada 2020 dengan mudah melampaui rekor sebelumnya, sekitar 72.000 kematian pada 2019. Selain isolasi, banyak sumber bantuan bagi pecandu narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) tidak tersedia selama karantina wilayah.
Pakar kesehatan mengatakan bahwa walapun obat penghilang rasa sakit yang diresepkan pernah memainkan peran kunci dalam kematian overdosis obat di AS, dalam perkembangannya, heroin dan kemudian dalam beberapa tahun terakhir fentanil -opioid yang sangat berbahaya- terbukti sangat mematikan.

Fentanil dikembangkan untuk mengobati rasa sakit medis yang intens secara sah, tetapi kini dijual secara ilegal dan dicampur dengan obat lain. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), penelitian menunjukkan fentanil mengakibatkan lebih dari 60% kematian akibat overdosis tahun lalu. Fentanil semakin banyak ditemukan dicampur dengan obat lain.
Ruang lingkup penyalahgunaan obat itu mencengangkan. CDC melaporkan bahwa overdosis obat pada 2020 meningkat di setiap negara bagian kecuali New Hampshire dan South Dakota. Negara bagian dengan peningkatan kematian overdosis terbesar adalah Vermont naik 57,6%, Kentucky naik 54%, South Carolina naik 52%, West Virginia naik hampir 50%, dan California naik 46% (lt/ka)/voaindonesia.com. []