Kopi Baja Dairi, Produksi Desa Kelas Kafe

Wangi khas kopi menyeruak dari ruangan semi permanen pada sebuah pagi di Kabupaten Dairi.
Kemasan kopi Baja Dairi berbagai ukuran, di etalase kantor Bumdes Baja Dairi, Senin, 9 Maret 2020 (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

Dairi - Wangi khas kopi menyeruak dari ruangan semi permanen pada sebuah pagi, Senin, 9 Maret 2020 di Kabupaten Dairi.

Tampak di kiri ruangan, seorang lelaki layaknya barista tengah serius memperhatikan alat pembuat kopi espresso kecil. Suara air mendidih terdengar dari dalam alat itu.

Di sebelah kanan ruangan, tampak etalase. Di dalamnya tersusun kemasan kopi berbagai ukuran. Berdekatan, di atas meja terdapat biji kopi dalam dua stoples kecil. Grinder kopi kecil manual terletak di sampingnya. Di dinding ruangan tertata berbagai foto maupun piagam.

Ruangan itu adalah kantor Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bangun Jaya (Baja), Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Di seberang jalan, tepat di depan kantor itu, terdapat kantor Kepala Desa Bangun.

Barista itu meletakkan gelas mini di atas meja. Dituangkannya kopi dari bejana kaca berbentuk teko ke dalam gelas. Disuguhkan kepada Kepala Desa (Kades) Bangun, Japirin Sihotang. “Silakan, Lae,” katanya, juga menawarkan kepada Tagar.

Lelaki itu, Jupen Lumban Gaol adalah Ketua Bumdes Baja Dairi. Bumdes ini bergerak di tiga bidang, yaitu sarana air bersih, simpan pinjam, dan home industry unit kopi. Bumdes Baja Dairi terbentuk pada 2018. Setahun kemudian dialokasikan Dana Desa (DD) untuk penyertaan modal ke Bumdes itu Rp 178 juta lebih.

Tagar berkesempatan mencicipi kopi Baja Dairi, produksi Bumdes tersebut. Kopi arabika hasil racikannya cukup enak. Perpaduan aroma kopi yang kuat dan rasa yang sedikit asam, terasa pas di lidah. Produksi desa kelas kafe.

Kopi bubuk Baja Dairi telah memperoleh sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dairi pada Mei 2019 lalu.

Dari Starbucks lah kita belajar dan mengetahui pembudidayaan kopi yang berkualitas

Jupen menyebut, bubuk kopi Baja Dairi dijual dengan harga Rp 200 ribu per kilogram. Kemasan 100 gram dibanderol harga Rp 25 ribu. Kemasan 250 gram seharga Rp 50 ribu, dan kemasan 500 gram seharga Rp 100 ribu. “Kalau disajikan per gelas begini, Rp 5 ribu,” kata Jupen.

Kopi DairiKepala Desa Bangun, Japirin Sihotang, di lokasi pembibitan bibit kopi dari Puslitkoka Jember (Foto: Tagar/dok. Japirin Sihotang)

Terkait harga itu, dikatakan Kades Bangun Japirin Sihotang, sesuai dengan kualitas bubuk yang dihasilkan. Untuk memperoleh satu kilogram bubuk kopi, berbahan dasar 4 hingga 4,5 kilogram gabah kopi.

“Satu kilogram gabah pasarannya sekarang Rp 22 ribu. Bumdes membeli dari masyarakat di atas harga itu. Dijemur, diolah, dan di-roasting. Pilihan biji kita yang terbaik. Tidak berani bikin biji kopi asal. Maka harganya demikian,” kata Japirin.

Japirin menyebut, bubuk kopi Baja Dairi adalah arabika varietas sigarar utang. “Bijinya kita peroleh dari masyarakat sini. Memang varietas ini memiliki kelemahan, tunas airnya terlalu banyak. Ini yang akan kita ubah ke depan, agar masyarakat menanam kopi yang berkelas, sehingga lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Kemitraan dengan Starbucks

Japirin mengakui, kejayaan kopi Kabupaten Dairi yang dikenal dengan Kopi Sidikalang, belakangan ini semakin menurun. Masyarakat juga sempat terpangaruh, beralih ke tanaman jeruk.

“Selama ini kualitas kopi kita menurun. Sempat tidak ikut pasaran. Kejayaan dulu, coba kita kembalikan melalui kopi Baja Dairi,” katanya.

Langkah awal untuk pengembangan budi daya kopi berkualitas, kata Japirin, melalui Bumdes Baja Dairi, menjalin kemitraan dengan Starbucks cabang Indonesia. Starbucks adalah perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat.

“Dari Starbucks lah kita belajar dan mengetahui pembudidayaan kopi yang berkualitas, mulai dari pemilihan bibit hingga penanaman sampai proses pengolahan. Mereka sangat respons. Kita selalu komunikasi dengan Pak Profesor Surif (Starbucks). Mereka juga sudah beberapa kali datang ke sini, melakukan pelatihan,” katanya.

Atas saran dari Starbucks, pihaknya telah mulai membudidayakan kopi arabika varietas andung sari satu dan dua serta komasti. Bibit itu didatangkan dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember.

Kopi DairiPeralatan mesin pengolah kopi, bantuan KemendesPDTT. Bersama bangunan, total anggaran Rp 1,2 miliar. Foto dipetik Senin, 9 Maret 2020 (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

“Sesuai penelitian Profesor Surif, kopi arabika varietas komasti dan andung sari sangat cocok di daerah dengan 1.100 sampai 1.300 mdpl (meter di atas permukaan laut). Itu adalah daerah kita,” kata Japirin.

Mudah-mudahan ke depan, bisa membangkitkan nama baik kopi kita

Puslitkoka Jember adalah salah satu lembaga penelitian yang mendapat mandat untuk melakukan penelitian aspek agribisnis untuk komoditas kopi dan kakao, mulai dari bahan tanam, budi daya, perlakuan pascapanen sampai dengan pengolahan produk.

Bibit dimaksud, kini telah dibibitkan. “Sudah kita bibitkan 30 ribu batang. Itu yang kita harapkan nantinya ditanam masyarakat di sini. Usia delapan bulan nanti sudah bisa ditanam, dipindah dari pembibitan. Satu setengah tahun kemudian, sudah produksi. Bisa produksi 25 sampai 30 tahun,” ujarnya.

Beberapa kelompok tani (koptan) di desa itu telah membeli sendiri bibit kopi dari Jember dengan biaya sendiri. “Kita salut dengan koptan di sini. Mereka telah membeli sendiri, tanpa mengharapkan bantuan. Rp 500 per biji, ditambah ongkos kirim Rp 75 per biji,” paparnya.

Ditambahkan Japirin, untuk tahun 2020, melalui Dana Desa telah dialokasikan anggaran Rp 100 juta untuk pengadaan bibit jenis yang sama. “Itu nanti kita bagikan ke sebelas koptan yang menjalin kerja sama dengan Bumdes Baja Dairi. Itu untuk lahan 10 sampai 15 hektare,” paparnya.

Bantuan Rp 1,2 Miliar dari Kemendes

Pemerintah Desa Bangun benar-benar serius ingin mengembalikan kejayaan kopi di Kabupaten Dairi melalui Bumdes Baja Dairi, termasuk dengan melakukan lobi ke pusat. Upaya itu membuahkan hasil.

Baru terbentuk pada 2018, Bumdes Baja Dairi memperoleh bantuan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebesar Rp 51 juta. Anggaran itu digunakan untuk pembelian alat jemur, timbangan, karung, dan peralatan ringan lainnya.

Pada 2019, Kemendes PDTT kembali mengucurkan bantuan untuk Baja Dairi sebesar Rp 1,2 miliar, melalui program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokal (PIID-PEL). Anggaran itu untuk pembangunan rumah produksi kopi dan green house, beserta peralatannya.

Kopi DairiCamat Parbuluan Kabupaten Dairi, Rafael Siringo-ringo, dikonfirmasi Senin, 9 Maret 2020 (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

“Satu-satunya desa penerima di Dairi. Di RUK (Rencana Usulan Kerja) kita usulkan Rp 1,5 miliar. Realisasi Rp 1,2 miliar,” kata Japirin.

Untuk pengelola bantuan itu, Kemendes PDTT membentuk Tim Pengelola Kegiatan Kemitraan (TPKK), diangkat dari masyarakat setempat.

Pembangunan gudang itu telah selesai. Semua peralatan sudah di lokasi. “Bangunan fisik sudah 100 persen. Mesin juga sudah. Tinggal pelatihan peralatan, dan untuk pelatihan orang yang merousting dan mengoperasikan mesin-mesin itu,” sebutnya.

Dengan adanya peralatan itu, nantinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya Bumdes Baja Dairi. Selama ini roasting kopi Baja Dairi masih meminjam peralatan pihak lain, dengan bayaran Rp 20 ribu per kilogram.

“Kalau sudah alat sendiri, tentunya akan mengurangi pengeluaran, serta menambah penghasilan,” kata Japirin.

Camat Parbuluan Rafael Siringo-ringo kepada Tagar mengungkapkan apresiasinya atas capaian Bumdes Baja Dairi, dalam upaya mengembangkan kopi tersebut.

“Apresiasi yang sangat luar biasa. Datang pun bantuan dari kementerian, bukan semata-mata karena jatah atau bagaimana. Kan tidak. Artinya, kementerian kan melihat kreativitas dan inovasi dari Kades Bangun. Mudah-mudahan ke depan, bisa membangkitkan nama baik kopi kita,” sebutnya.

“Selain kopi Dairi kembali jaya, ya secara khusus kebetulan yang mengambil momen ini Desa Bangun, ya mungkin dengan ini Desa Bangun bisa punya nama dan punya brand sendiri, kopi Baja secara khusus,” imbuh Rafael.

Rafael menambahkan, kendala kopi Baja Dairi saat ini adalah pada sektor pemasaran. “Kita tahu, sudah satu tahun lebih kopi Baja Dairi produksi. Memang, kades juga sudah banyak membuat promosi. Setahu saya, kopi Baja Dairi telah sampai ke Kemendes, Gubernur Sumatera Utara, Karang Taruna Sumatera Utara, dan Bupati Dairi,” ungkapnya.

Pemkab Dairi telah memfasilitasi petani kopi di Desa Bangun untuk memperoleh pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Negara Indonesia (BNI) sebesar Rp 25 juta per petani. “Desa Bangun menjadi contoh untuk KUR tani dari BNI,” kata Rafael. []


Berita terkait
Kopi Dairi Kehilangan Pamor Meski Gencar Promosi
Kopi Kabupaten Dairi, yang dikenal dengan sebutan kopi Sidikalang, belakangan ini disebut kehilangan pamor.
Dairi Ingin Kembalikan Kejayaan Kopi Sidikalang
Untuk mewujudkan kabupaten unggul, termasuk menjadi sentra komoditas kopi terbaik, Dairi membangun kerja sama dengan UI
Mengenal Perbedaan Espresso dan Tiga Kopi Kekinian
Kebanyakan orang tidak mengetahui perbedaan kopi kekinian seperti espresso hingga mochaccino. Berikut penjelasannya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.