Kongres V PDIP di Bali, Peserta Bangga Memakai Udeng

Udeng Bali, penutup kepala terbuat dari kain berwarna merah dipakai banyak peserta Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar.
Peserta Kongres V PDI Perjuangan menggunakan udeng (penutup kepala khas Bali), Kamis, 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Denpasar - Salah satu buah tangan yang paling banyak dicari para turis lokal dan mancanegara untuk dibawa kembali ke rumah selepas berlibur di Bali adalah udeng, penutup kepala dari kain.

Selain menjadi satu dari sekian banyak simbol keindahan tanah Bali, udeng terbilang cindera mata "merakyat" tapi tak terkesan murahan. Selain harga relatif tak menguras kantong, barang ini mudah diselipkan di antara barang-barang bawaan dalam koper saat berpelesiran. 

Harga udeng bervariasi tergantung bahan kain yang dipakai serta hiasan seni pada udeng, mulai dari 20 ribu rupiah hingga ratusan ribu.

Keistimewaan lain udeng atau dikenal juga dengan nama destar buat para turis di Bali adalah, oleh-oleh ini bisa kita pakai untuk berselfie ria selama masih berlibur di Pulau Dewata.

Udeng umumnya dikenakan oleh masyarakat Bali dari berbagai lapisan, baik kalangan bangsawan maupun orang biasa, dari anak-anak hingga sesepuh, seluruh masyarakat Bali menggunakan ikat kepala ini.

Udeng terbuat dari kain dengan ukuran panjang kurang lebih sekitar setengah meter. Pembuatan udeng memerlukan keahlian tersendiri, maka dari itu umumnya udeng diproduksi di daerah-daerah tertentu.

***

Perajin udeng dan kerajinan-kerajinan berbahan kain lainnya banyak diproduksi di daerah Karangasem. Salah satu desa yang terkenal karena kerajinan kain adalah Desa Sidemen. Di desa ini kita dapat menemukan udeng dalam berbagai motif, mulai dari polos, ornamen metalik, corak batik, serta corak lain yang lebih modern.

Udeng memiliki bentuk asimetris bilateral dengan sisi sebelah kanan lebih tinggi dari sisi kirinya. Bentuk asimetris ini memiliki makna filosofis setiap orang harus berusaha melakukan kebajikan (kanan).

Kaum pria Bali menggunakan udeng dalam banyak aktivitas keseharian mereka. Masyarakat menggunakan udeng baik dalam pertemuan informal, acara-acara resmi, hingga ritual peribadahan dan upacara keagamaan.

Ketika beribadah di Pura, udeng digunakan untuk mencegah adanya rambut yang rontok dan dapat melanggar kesucian pura. Udeng yang digunakan saat beribadah umumnya berwarna putih polos.

Keunikan dan keindahan udeng warna-warni ini terlihat di arena Pembukaan Kongres PDIP V di Grand Inna Resort, pada Kamis 8 Agustus 2019. Sejak pagi, baik Panitia acara, kader peserta kongres, karyawan hotel dan masyarakat sekitar terlihat lengkap berbaju adat Bali lengkap dengan udeng.

Kebetulan pembukaan kongres bertepatan dengan hari Kamis yang di Bali sendiri hari Kamis bisa disebut Hari Berbusana Bali. Karenanya di semua institusi pemerintah, swasta, sekolah-sekolah bahkan di pasar-pasar modern dan tradisional pun warga Bali terbiasa beebusana adat.

***

Ketua DPD PDI Perjuangan Bali Wayan Koster mengatakan diwarnai dengan budaya, khususnya busana adat Bali. Para peserta laki-laki menggunakan destar dan panitia semua menggunakan busana adat Bali.

Menurut orang nomor satu di Bali itu, penggunaan busana adat sebagai bentuk implementasi dari Peraturan Gubernur No 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.

Lebih lanjut kata Koster, kongres kali ini berbeda dari biasanya karena mengikuti dua Peraturan Gubernur yang berlaku di Bali. Yakni Peraturan Gubernur tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dan Peraturan Gubernur tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.

Untuk Peraturan Gubernur Sampah Plastik, bisa dilihat dari pembagian tumbler (botol minuman) kepada peserta kongres, seluruh atribut partai, dekorasi di panggung pentas budaya menggunakan bahan-bahan alami seperti janur, bunga, dan daun, serta tenda untuk kegiatan ramah tamah yang terbuat dari bambu dan anyaman janur.

Koster menyebut pelaksanaan kongres 8-11 Agustus akan memberikan dampak secara ekonomi. Sebagai contoh, bahan-bahan dekorasi seperti penjor, panggung, hingga atribut saja dipesan dari masyarakat lokal. Kemudian travel yang mengantar peserta kongres juga memakai travel lokal milik orang Bali.

Nuansa budaya juga sudah ditampilkan pada malam pentas kebudayaan Rabu kemarin. Saat itu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri disambut antusias peserta Kongres yang terdiri dari para utusan dan peninjau sembari diiringi musik dari musisi Gus Teja.

Malam budaya juga diisi doa bersama untuk kelancaran dan kesuksesan Kongres V PDI Perjuangan. []

Baca juga:

Berita terkait