Kota Wina di Austria Memimpin Perencanaan Tata Kota yang Ramah Gender

Wina juga dikenal sebagai salah satu kota paling progresif dalam melibatkan pertimbangan keberagaman gender dalam perencanaan tata kotanya
Salah satu bangunan tempat tinggal di Wina, Austria, Donaustädterstrasse 99, Margarete-Schütte-Lihotzky-Hof. (Foto: voaindonesia.com/Wikimedia commons)

TAGAR.id, Wina, Austria - Wina dinobatkan sebagai kota paling layak tinggal di dunia oleh The Economist. Kota itu juga menjadi pelopor dalam mengadaptasi desain tata kota yang inklusif gender. Chermaine Lee melaporkannya untuk VOA.

Ibu Kota Austria itu terkenal berkat musik klasik dan sejarahnya yang kaya.

Akan tetapi, Wina juga dikenal sebagai salah satu kota paling progresif dalam melibatkan pertimbangan keberagaman gender dalam perencanaan tata kotanya.

Kota berpenduduk sekitar dua juta jiwa itu, seperti kebanyakan dalam sejarah, sebagian besar dirancang oleh laki-laki.

Sabina Riss, dosen perancangan tata kota yang sensitif gender di Vienna University of Technology, mengatakan, “Pada abad ke-21 ini kita masih menghadapi konsekuensi perencanaan (tata kota) yang sebagian besarnya dilakukan oleh laki-laki pada abad ke-20.”

Eva KailEva Kail, Ahli Gender Kelompok Perencanaan Kota untuk Kota Wina, Austria, berbicara pada konferensi Trust Women di London, 18 November 2014. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Suzanne Plunkett)

Masalahnya, gender yang berbeda menggunakan ruang publik secara berbeda pula.

Tapi pada tahun 1990-an, perubahan mulai terjadi, seperti disampaikan Sabina. “Untuk pertama kalinya, keseharian perempuan, rute, kebutuhan mereka ditampilkan di muka umum dan memicu diskusi. Itu menjadi langkah besar pertama. Kemudian Eva menjadi perempuan pertama yang memimpin kantor perempuan di Wina,” jelasnya.

Eva yang dimaksud Sabina adalah Eva Kail. Sejak tahun 1991, kantornya telah meluncurkan lebih dari 60 proyek di seantero kota yang secara aktif mempertimbangkan kebutuhan perempuan.

Salah satunya berupa pembangunan perumahan publik pertama di Eropa yang dirancang oleh perempuan, bagi perempuan pada tahun 1995. Eva menuturkan, “Dulu ada banyak sekali lomba desain melalui undangan, ada lima sampai enam kantor arsitek yang diundang untuk membuat proposal desain. Tapi tidak satu pun perempuan diundang. [Alhasil,] kami balikkan kondisinya dan hanya mengundang pakar perempuan.”

Empat arsitek perempuan memenangkan perlombaan. Hasilnya menjadi sebuah kompleks dengan nama "Frauen-Werk-Stadt".

Kompleks perumahan Frauen-Werk-StadtKompleks perumahan Frauen-Werk-Stadt, di Wina, Austraia (Foto: voaindonesia.com/1210 Vienna Donaufelder Strasse 99).

Salah satu pemenangnya, Franziska Ullman, mengajak VOA berkeliling kompleks itu.

Ia mengatakan kepada VOA bahwa gerbang masuk kompleksnya lebih lebar dari kebanyakan gedung lain untuk memastikan banyaknya cahaya yang masuk dan menjamin keamanan.

“Pintu masuk bangunan ini menghadap selatan, yang juga sebuah jalanan yang ramai. Saya memutuskan, di satu sisi, kita harus membuat parameter bangunan untuk melindungi orang-orang di dalam, tapi juga menghadap jalanan karena ada banyak mata yang memerhatikan apa yang terjadi,” jelasnya.

Desain inklusif gender lainnya termasuk ruang binatu di puncak bangunan untuk mengurangi suasana temaram, juga jalur pejalan kaki yang lebih lebar bagi orang-orang yang memiliki anak. Pelebaran jalur pejalan kaki juga tampak di seantero kota Wina.

Gagasan itu menular ke kota lain, termasuk Barcelona dan Berlin, yang berencana merancang ulang ruang-ruang publiknya. (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Kemenpan RB dan UNDP Wujudkan SP4N-LAPOR! Ramah Gender
Kementerian (PANRB) dan United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama mewujudkan SP4N-LAPOR! yang ramah gender
0
Jerman Reformasi UU Kewarganegaraan untuk Percepat Naturalisasi
Prosedur naturalisasi juga akan dipermudah dan dimungkinkan setelah lima tahun bekerja di Jerman