TAGAR.id - Pendukung klub-klub sepak bola Bundesliga, Jerman, menggalakkan aksi protes di stadion demi menolak masuknya investor dan komersialisasi liga Jerman. Mereka mengkhawatirkan prinsip 50+1 yang menjamin kepemilikan klub ada di tangan fans. Stefan Nestler melaporkannya untuk DW.
Sudah sejak beberapa pertandingan terakhir, barisan ultra di berbagai stadion di Jerman mendiamkan kesebelasannya di menit-menit pertama. Tidak ada yel-yel yang dinyanyikan atau aplaus meriah ketika pemain memasuki lapangan.
Akhir pekan lalu, berbagai macam benda melayang dari atas tribune, potongan cokelat atau bola tenis. Akibatnya, pertandingan di sejumlah stadion tertunda selama seperempat jam untuk pembersihan.
Insiden paling dramatis terjadi dalam laga kelas dua antara Hertha BSC dan Hamburger SV pada 3/2/2024 silam. Selama 32 menit pertandingan terpaksa ditunda ketika lemparan bola tenis dari tribune enggan mereda. Sejumlah kelompok pendukung di kedua klub bahkan mengaku siap membatalkan laga demi menyuarakan protesnya.
Penolakan terhadap komersialisasi sepak bola
Kegamangan fans Bundesliga bersumber pada gagasan lama untuk mengizinkan dikuasainya klub-klub Jerman oleh investor tunggal, layaknya di Liga Primer Inggris atau Serie A Italia. Saat ini di Bundesliga berlaku prinsip 50+1 yang mewajibkan mayoritas saham dikuasai oleh klub dan anggotanya. Namun tekanan kompetisi dari liga-liga lain di Eropa kembali menggoda sebagian klub untuk mempertanyakan ulang kesakralan prinsip tersebut.
Pada 11 Desember 2023, mayoritas dua pertiga 36 klub di Bundesliga I dan II mengabulkan masuknya investor ke jajaran pemilik Liga Sepak Bola Jerman, DFL. Perusahaan tersebut bertanggung jawab mengorganisir pertandingan, transfer pemain atau pemasaran.
Nantinya, DFL akan mendapat duit sebesar 1 miliar Euro per tahun dengan menjual delapan persen pemasukan lisensi selama 20 tahun ke depan. Dana itu akan digunakan untuk membiayai beragam proyek ekspansi, antara lain perluasan layanan streaming video. Hingga bulan Maret, DFL ingin sudah memilih calon investor yang saat ini pun sudah menarik minat raksasa investasi AS, Blackstone.
Fron yang mengeras
Keputusan itu dicurigai sebagai upaya membuka kotak pandora oleh sebagian besar organisasi fans Bundesliga. Mereka khawatir, prinsip 50+1 akan terus digerus demi datangnya kapital. Terlebih, proses pencoblosan diwarnai kontroversi, ketika Martin Kind, Presiden Hannover 96, mencoblos masuknya investor ke DFL, meski sebelumnya telah ditolak dalam keputusan klub.
Dalam keterangan persnya, DFL menilai aksi protes para pendukung klub "tidak menguntungkan bagi sepak bola atau semangat fairplay," dan mengundang dialog. Namun tawaran tersebut ditolak aliansi pendukung lima klub yang menuduh dialog hanya dimanfaatkan untuk "meredakan protes."
"Semakin lama mereka mengabaikan aksi protes kami, maka semakin besar pula tekad kami mendorong pemungutan suara ulang."
Aksi para fans mulai membuahkan hasil. Sejumlah klub, termasuk VfB Stuttgart, belum lama ini menyuarakan dukungan bagi pencoblosan ulang di DFL, kata Claus Vogt, presiden klub yang sebelumnya mendukung masuknya investor.
"Ini akan menjadi langkah pertama, yang bisa meredakan situasi di stadion dan secara serius menanggapi kepentingan para pendukung," kata dia. (rzn/hp)/dw.com/id. []