Kisah Mencekam Penjaga Makam

Tekno, Ilman, Adit, dan Risman, penjaga makam di Jakarta. Siang malam bergumul di pemakaman, mereka membagikan banyak pengalaman mencekam.
Suasana sore di TPU Kober, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis sore 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Jakarta - "Saya menangis, saya terheran-heran, semasa hidupnya sudah melakukan perbuatan apa. Saya menggali baru kali ini menemukan kerangka seperti ini. Semua terpisah berantakan dari tubuhnya, kepala, kaki, tangan. Allah yang Maha Tahu, padahal waktu saya menggali selama ini gak pernah mengalami hal semacam ini."

Penuturan di atas meluncur deras dari bibir Tekno 58 tahun, penjaga makam di tempat pemakaman umum (TPU) Kebon Nanas, Cipinang, Jakarta Timur, Kamis siang, 8 Agustus 2019.

Tekno bukan hanya menjaga. Ia sekaligus juga tukang gali kubur dan merawat 100 makam. Ia mendapat upah Rp 50 ribu per makam setiap bulan. Biasanya pihak keluarga sebulan sekali datang ke makam, berziarah sekalian memberikan upah kepada Tekno. Ada juga yang sampai tiga tahun tidak memberikan upah, tapi Tekno mengaku ikhlas dan tetap merawat makam tersebut.

Ayah tiga anak ini juga mendapat penghasilan dari kegiatan menggali kuburan, jumlahnya seikhlasnya pihak pemberi. Ia tidak mendapatkan gaji dari pemerintah daerah.

Ditanya berapa jumlah makan di sini, Tekno mengatakan, "Sangat banyak. Pokoknya banyak. Saya hanya mengurusi 100 makam."

Allah yang Maha Tahu.

 TPU Kebon NanasTekno menyiram rumput hijau di makam di TPU Kebon Nanas di Cipinang, Jakarta Timur, Kamis, 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Makam Tertukar

Kepada Tagar, Tekno bercerita banyak tentang pengalaman mencekam.

Pandangannya menyapu hamparan makam, seperti mengingat-ingat yang telah silam.

"Ya Allah, saya kaget, Mas. Menggali segini belum ada satu meter kok sudah nampak. Saya penasaran. Saya gali terus dengan hati-hati, ternyata kerangka itu tangannya mengepal ke atas. Kayak orang minta ampun. Allah yang Maha Tahu," kata Tekno.

Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, yang kemudian menetap di Cipinang, Jakarta Timur, ini sudah empat tahun bergumul di TPU Kebon Nanas. 

Sebelumnya, ia adalah pencari paku bekas di jalan dengan menggunakan sepeda ontel. Kini sebagai penjaga makam, ia menyantuni 15 anak yatim yang ia lakukan secara rutin sekali dalam seminggu.

"Waktu itu ada dua orang meninggal dimakamkan di sini, Mas. Ternyata waktu penguburan tertukar. Salah tempat. Makamnya digali lagi. Baru 15 menit dikubur, salah satu jenazah itu kain kafannya terbuka, kayak ada bekas cambukan di badannya. Dalam hati saya, apa yang sudah dilakukan orang ini semasa hidupnya, Allah yang Maha Tahu," tutur Tekno.

TPU Kebon NanasTPU Kebon Nanas di Cipinang, Jakarta Timur, Kamis siang, 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Suara Pintu Terbuka

Kamis sore itu angin silir-semilir mengempaskan dedaunan, burung berkicau dengan merdu di makam Kebon Nanas. 

Tekno bertopi hijau, bersepatu boots, tangan kanannya memegang erat selang air. 

"Lagi penyiraman, biar rumputnya tidak kering," ujarnya.

Empat tahun ia siap melakoni pekerjaannya siang malam. Pukul 12.00-16.00 jadwal siang kerjanya, sedangkan pukul 01.00-05.30 jadwal malamnya. 

Ia mengaku tak pernah mengeluh, selalu bersyukur. Itu yang ia tanamkan pada diri sendiri.

"Suatu ketika pas lagi penyiraman makam jam dua malam, saya dikejutkan dengan suara pintu terbuka, dari arah depan pintu makam. Padahal di situ gak ada siapa-siapa. Agak sedikit kaget, tapi saya sudah terbiasa dengan hal semacam itu," kata Tekno.

TPU KoberSuasana sore di TPU Kober, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis sore 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Suara dari Gudang

Kamis sore, 8 Agustus 2019, di tempat pemakaman umum (TPU) Kober, Jatinegara, Jakarta Timur. Rerumputan subur, pohon-pohon menjulang tinggi, mentari sore bersiap untuk segera terbenam. 

Seorang pria berkacamata berdiri di teras pos penjagaan makam. Ilman namanya. 31 tahun usianya. Ia berbadan gempal, menutupi kepala plontos dengan topi hitam.

Ilman baru dua bulan bertugas di TPU Kober. Ia asli warga Depok, Jawa Barat. 

Ia mengaku mengalami kejadian-kejadian aneh sejak hari pertama bertugas. 

TPU KoberIlman penjaga makam TPU Kober, Kamis sore, 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

"Kejadiannya pas pertengahan bulan Juli, waktu itu ada teman saya mau ziarah ke sini karena bapaknya dimakamkan di sini. Dia mampir dulu ke pos menemui saya. Tiba-tiba dia dapat telepon dari bosnya, disuruh ke kantor hari itu juga. Lalu dia menitipkan bunga untuk nyekar ke pos, habis itu bunga itu saya taruh di gudang. Malamnya, pas saya duduk di teras pos, terdengar suara benda jatuh dari arah gudang, bruak-bruak... dari suaranya pasti berantakan banget di dalam gudang. Anehnya, begitu saya masuk ke dalam gudang, gudang itu dalam keadaan rapi. Gak ada barang yang berantakan sama sekali, gak ada juga benda yang terjatuh," tutur Ilman.

Pekerjaan yang dibagi dua shift, pagi dan malam, membuatnya bisa berkumpul dengan istri. Dua tahun menikah, ia belum dikaruniai buah hati.

"Doakan saja, Mas, semoga cepat dapat momongan, aamiin," Ilman tersenyum tipis.

Ada tujuh personel penjaga TPU Kober. Enam laki-laki, satu perempuan. Mereka terbagi dalam tiga kelompok. Hari itu Ilman mendapat shift pagi bersama satu teman, masuk pukul 07.00-19.00. 

TPU KoberSuasana malam TPU Kober di Jatinegara, Jakarta Timur, pada Kamis malam 8 Agustus 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Ilman menceritakan suatu kejadian pas ia dapat shift malam.

"Malam itu saya dan rekan lagi patroli. Kalau laporan selalu pakai WhatsApp grup. Biasanya selalu kirim-kirim foto pas lagi patroli. Anehnya, ada di salah satu titik saya selalu gak bisa foto. Di foto selalu blur, berkali-kali saya coba ya tetap blur," ujarnya.

"Amir teman kerja saya minta difotoin pakai ponsel saya, Mas. Begitu tahu hasil foto itu, saya kaget. Di foto itu di belakang teman saya ada anak kecil semacam tuyul, Mas," sambungnya. "Saya langsung hapus. Malas simpen foto seperti itu," kata Ilman.

"Soal takut ya takut, normal manusiawi, Mas. Karena masalah kerjaan dan tuntutan, ya harus melawan rasa takut itu," tambahnya lagi.

TPU KoberPetugas TPU Kober sedang melakukan serah terima pergantian jam kerja. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Tercium Bau Busuk

Sore telah lewat, malam menjelang, langit gelap. Ilman selesai bertugas, digantikan Adit, 45 tahun.

Berambut hitam putih, berkumis tebal, Adit yang hobi membaca ini sudah satu tahun menjadi penjaga makam Kober. Ternyata ini pekerjaan sampingannya. Pekerjaan utamanya adalah pengajar seni rupa. Namun Adit tidak menyebutkan nama sekolah, tempat ia mengajar.

Adit antusias menceritakan hal-hal ganjil yang ia alami.

"Kejadiannya bulan Januari tahun ini. Waktu itu saya lagi ke kamar mandi, tiba-tiba ada yang colek saya. Saya kaget, padahal di kamar mandi selain saya gak ada orang lain," kata Adit.

Ia kemudian ingat kejadian empat bulan berikutnya.

"Waktu itu saya lagi duduk di sini, tiba-tiba tercium bau busuk. Gak lama, cuma sebentar. Padahal gak ada hewan mati," ujar Adit.

TPU KoberAdit, 45 tahun, penjaga makam TPU Kober. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

"Ini yang terbaru, Mas. Satu bulan yang lalu bau busuk itu datang kembali, sesaat saya dan teman saya mau melakukan patroli," kata Adit.

Pria yang tinggal di Pondok Gede, Jakarta Timur, ini ternyata juga adalah mantan wartawan di sebuah stasiun radio di Kalimantan. 

Ia mengenang masa-masa merantau di Kalimantan. Saat itu ia belum jadi penjaga makam, tapi sudah mengalami hal aneh.

"Waktu itu sehabis menutup acara radio, saya pulang menggunakan sepeda ontel. Di pertengahan hutan, saya melihat api terbang. Saya penasaran, saya samperin sumber api tersebut. Ehhhh apinya hilang. Sesampai di kosan saya bercerita sama teman. Katanya itu hantu Kuyang," kata Adit.

"Pernah lagi saat itu usai menutup acara radio, seperti biasa saya pulang menggunakan sepeda ontel. Padahal saya gak bawa muatan apa pun, sepeda itu berasa berat seperti membonceng seseorang, terus saya berhenti," kata Adit.

TPU KoberRisman penjaga TPU Kober. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Suara Perempuan Menangis

Risman, 35 tahun, juga penjaga makam Kober. Ia berambut cepak, berseragam hitam. Terhitung 8 bulan ia bekerja di tempat ini. 

"Saya biasa saja. Gak ada rasa takut. Karena pengalaman saya 12 tahun kerja di Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, membuat mental saya kuat," ujar Risman.

Malam itu, tiga lampu menerangi gelapnya malam. Suasana makam begitu sepi, jarang kendaraan melintas di kawasan ini.

Risman mengisahkan hal-hal yang ia alami selama di sini.

"Jam satu dini hari saya lagi di kamar mandi, mau buang air kecil, terdengar suara perempuan menangis. Saya langsung keluar, tapi suara itu hilang," kata Risman.

TPU KoberSuasana malam TPU Kober (Foto: Tagar/M Irkhamni)

Bapak dua anak itu baru mengalami itu satu-satunya hal aneh di sini. Namun sejak lama ia tidak asing dengan pengalaman mencekam seperti itu.

Risman pun menceritakan pengalaman mendebarkan waktu masih bekerja di Dinas Kehutanan. 

"Suatu ketika saya pernah dihantui ular berkepala manusia," katanya.

Waktu itu Risman dan seorang kawan sedang duduk di anak tangga. Lagi asyik ngobrol, ia menoleh ke kiri, melihat ular berkepala manusia, berwajah perempuan berambut panjang melingkar di pohon mangrove.

Risman bukan tidak takut, tapi ia berusaha melawan rasa takut.

"Aneh juga, sedikit rasa takut dicampur dengan lebih rasa takut, artinya tuntutan karena kerjaan. Saya hanya berdoa minta pertolongan kepada Allah SWT," ujarnya.

Ia juga pernah dihantui kambing berkepala manusia.

"Pas lagi di dalam pos, kira-kira jam 12 malam, dua anjing penjaga pada menggonggong. Saya keluar dan dihantui kambing berkepala manusia. Saya kaget," katanya.

Pengalaman lain pada 2007, Risman dipindahtugaskan dari hutan magrove ke hutan produksi. Ia memboyong istri dan anak usia 8 bulan untuk ikut bersamanya di hutan. 

"Pas malam jam satu, anak saya nangis terus, gak bisa diam. Ini kenapa ya, sampai-sampai orang yang ada di luar pada kabur, mendengar suara menangis. Padahal yang menangis itu anak saya. Begitu saya melihat keluar, di depan rumah ada kuntilanak. Ternyata kuntilanak itu minta didoakan, ya sudah, saya doakan. Habis itu dia pergi, setelah itu anak saya berhenti menangis," kata Risman.

Di antara banyak cerita yang sulit dicerna nalar, Risman mengatakan ujung alam gaib di Jakarta ada di Muara Angke. 

"Di situ ada ular bermahkota. Bisa dibilang siluman," katanya.[]

Berita terkait
Kisah Mencekam Empat Sopir Ambulans
Mengantar jenazah ke tempat pemakaman, dan perjalanan jauh menuju keluarga di luar kota, ini kisah mencekam empat sopir ambulans.
LP Cipinang dan Kisah 3 Pejuang Timor Timur
Kisah Petrus Hariyanto, mantan Sekjen PRD, ketika mendekam di LP Cipinang dan pertemuannya dengan para pejuang Timor Timur.
Kisah Mahasiswi Terjun dari Pesawat
Mahasiswi Universitas Cambridge bernama Alana Cutland, ditemukan warga setempat di hutan Mahadrodroka dalam keadaan tidak utuh.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.