Kisah Dani, Satpol PP yang Selamat dari Terjangan Gempa dan Tsunami

Dani Wahyu Satpol PP yang selamat, 'Air laut terombang-ambing saling tabrakan. Di laut itu seperti ada lubang.'
Dani Wahyu, Satpol PP yang selamat dari amukan gempa dan tsunami yang menerjang Pantai Talise, Jumat petang (28/9/2018). Pada saat kejadian Dani dan teman-temannya sedang gladi bersih pengamanan acara. Ia melihat banyak temannya tiba-tiba hilang seperti tersedot ke dalam lubang di dalam tanah. Foto ini diambil Kamis, (4/10/2018). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Palu, Sulteng, (Tagar 4/10/2018) - Kisah pilu dirasakan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota Palu Sulawesi Tengah. Niat untuk merayakan hari jadi kota Palu ke-40 berakhir dengan duka.

Sebanyak 230 orang anggota Satpol PP yang sedang bertugas mengamankan acara perayaan ulang tahun kota Palu hilang disapu gempa bumi disertai gelombang tsunami. Dari 230 orang Satpol PP, hanya 22 orang yang selamat. selebihnya hilang dibawa gelombang tsunami.

Kisah pilu ini diceritakan Dani Wahyu (34), salah satu anggota Satpol PP yang selamat dari amukan Gempa dan Tsunami, kepada Tagar di Pantai Talise, Kamis (4/10).

"Kejadian bermula ketika sehabis apel gladi bersih untuk pengamanan dalam rangka ulang tahun kota Palu, kami terbagi dalam beberapa tugas. Ada yang mengamankan pintu masuk acara, di patung Kuda, di panggung utama, sebagiannya lagi berada di bawah jembatan kuning. Begitu air datang, panggung utama yang dipenuhi Satpol PP tertarik ke laut, dan seketika lenyap," ujar Dani.

Dani bercerita, saat terjadi gempa, ribuan orang berada di Pantai Talise, termasuk teman-temannya dari Satpol PP. Dia dan 22 temannya yang selamat karena mereka mendapat tugas berjaga di patung Kuda, yang akses larinya lebih gampang.

"Saya kebagian tugas jaga di gerbang patung Kuda. Kenapa teman saya tidak ada yang selamat, karena saat gempa, panggung utama ketarik ke dalam laut, dan di laut itu seperti ada lubang, jadi kemungkinan mereka kesedot ke dalam air," cerita Dani.

Saat gempa pertama menurut Dani, mereka tidak sempat lari, karena dikira hanya gempa biasa. Tapi ternyata beberapa menit kemudian datang air tsunami.

"Awalnya saya bersama teman yang mengawal di gerbang tidak lari, karena kami menenangkan masyarakat yang mulai panik. Karena kami anggap itu hanya gempa biasa, tidak akan ada tsunami, tahu-tahunya air setinggi dua meter menerjang, seketika lenyap semuanya," kata Dani.

"Sebelum air tsunami datang, air laut itu seperti terombang-ambing saling tabrakan. Beberapa detik kemudian air langsung surut dan seketika datang tsunami menyapu apa saja yang ada di hadapannya. Kami tidak bisa lagi menyelamatkan masyarakat yang berada di pantai, dan kejadian itu masih terbayang sampai saat ini," ungkap Dani. []

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.