Kinerja Moncer, Pertamina Raup Laba Bersih Rp 35,8 T

PT Pertamina (Persero) menuntaskan kinerja keuangan yang dapat dipertahankan baik dengan perolehan laba bersih Rp 35,8 triliun.
Staf PT Pertamina (Persero). (Foto: Instagram/@pertamina)

Jakarta - PT Pertamina (Persero) dinilai mampu mempertahankan kinerja keuangan dengan baik pada 2019. Dalam Laporan Keuangan tahun buku 2019, Pertamina tercatat memperoleh laba bersih perseroan sebesar USD 2,53 miliar atau setara Rp 35,8 triliun.

“Dengan dinamika dan tantangan bisnis selama 2019, kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih stabil, sama dengan tahun sebelumnya,” ujar VP Corporate Communication Pertamina  Fajriyah Usman seperti dikutip Tagar dalam siaran pers, Sabtu, 20 Juni 2020.

Saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis, 18 Juni 2020, Pemegang Saham juga memutuskan setoran dividen tunai Pertamina sebesar Rp 8,5 triliun. Dividen tersebut, kata dia meningkat tujuh persen dibandingkan setoran dividen tahun lalu sebesar Rp 7,95 triliun.

Perolehan laba bersih Pertamina menurut Fajriyah masih dipengaruhi perekonomian sepanjang tahun 2019 yang mengalami tekanan sejalan dengan dinamika global. Beberapa hal yang memengaruhi kinerja sektor migas, misalnya nilai ICP yang masih cukup tinggi di level USD 62 per barel dan kurs yang cenderung menguat di kisaran Rp 14.146. 

"Dengan kondisi tersebut, total pendapatan usaha Pertamina 2019 tercatat sebesar USD 54,58 miliar dengan aset USD 67,08 miliar," tutur dia.

Pencapaian kinerja keuangan pun dipengaruhi sejumlah pencapaian penting yang didukung oleh peningkatan kinerja operasi dan efisiensi dari berbagai inisiatif, serta terobosan yang dilakukan untuk mewujudkan pencapaian visi perusahaan menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.

Berdasarkan data pada Laporan Tahunan 2019, Pertamina konsisten mewujudkan ketahanan energi nasional, dimulai dari survei seismik yang masif untuk menemukan cadangan migas baru yang diharapkan sebagai giant discovery bagi Indonesia. 

Meskipun tanpa major akuisisi, Pertamina menurutnya mampu mempertahankan produksi migasnya pada tahun 2019 melalui kegiatan operasional yang intensif, yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi, dan melakukan 751 kegiatan workover serta 13.683 well services.

“Saat ini, Pertamina telah memiliki lapangan migas yang yang tersebar di 13 negara di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi Pemerintah mencapai satu juta BOPD dan 4 ribu MMSCFD di tahun 2024,” kata Fajriyah.

Selain itu, menurutnya untuk mendukung ketahanan ekonomi negara, pada 2019, Pertamina juga mencatat capaian penting dengan adanya penurunan nilai impor crude sebesar 35 persen dan produk sebesar 11 persen. Langkah tersebut, kata dia dapat menghemat devisa sebesar USD 7,3 Miliar atau Rp 109 Triliun.

Sejak awal tahun 2019, Pertamina juga telah menyetop impor Solar dan Avtur pada Februari dan Maret. Bahkan, saat ini Pertamina mencatat volume penjualan Avtur di pasar luar negeri yang terus meningkat mencapai 754 ribu KL dan melayani airline domestik dan international di 40 bandara dari 20 negara.

“Untuk menekan impor migas, Pertamina juga terus melanjutkan komitmen implementasi B30 lebih cepat pada November 2019, yang target pada Januari 2020,” ucapnya.

Fajriyah menambahkan Pertamina juga terus memperluas akses pelayanan energi untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Sampai dengan akhir 2019 Pertamina berhasil menyelesaikan 161 titik BBM 1 harga yang tersebar di wilayah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) di seluruh Indonesia. 

Angka ini pun melebihi target yang ditetapkan Pemerintah dan berdampak semakin banyak masyarakat di wilayah 3T yang dapat menikmati harga BBM yang sama dengan daerah lainnya. Untuk memperluas jangkauan layanan, Pertamina pun membangun 48 Pertashop dan 253 km tambahan jaringan pipa gas.

Berdasarkan data yang ia miliki, jaringan pipa gas hingga saat ini mencapai lebih dari 10.000 kilometer, terpanjang di Asia Tenggara. Jaringan gas tersebut digunakan untuk gas industri dan hampir 400.000 untuk sambungan rumah tangga yang diketahui meningkat 22 persen dari tahun 2018. 

Pertamina juga membangun 21 lokasi storage TBBM, delapan lokasi storage Avtur dan dua Kapal General Purpose untuk memastikan kehandalan supply dan distribusi BBM di seluruh Indonesia.

Pada pelaksanaan proyek 2019, Pertamina tetap mengejar penyelesaian proyek strategis pengembangan dan pembangunan kilang baru. Hasilnya, pertengahan 2019, Pertamina telah menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) untukmeningkatkan kualitas produk BBM dari standar Euro 2 menjadi Euro 4, dan dengan volume produksi yang naik dari satu juta barel menjadi 1,6 juta barel per bulan.

“Dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk dalam daftar Fortune Global 500 dan berada di peringkat 175 atau naik 78 tingkat dari sebelumnya di peringkat 253. Posisi ini akan menjadi kebanggaan bagi Pertamina dan Indonesia,” ujarnya. []

Berita terkait
Keuangan Ok, Pertamina Setor Rp 181,5T untuk Negara
PT Pertamina menghitung total kontribusi Pertamina ke negara sepanjang 2019 dari pajak, dividen dan lainnya mencapai Rp 181,5 triliun.
Menuju New Normal, Pertamina Bali Lakukan Rapid Test
Pertamina Bali terus melakukan proses persiapan menuju tatanan normal baru (new era) dengan menggelar rapid test.
Fadli Rahman, Komisaris Milenial Pertamina Hulu Energi
Menteri BUMN Erick Thohir ingin 5 persen generasi milenial duduk di BUMN, salah satunya di PHE dengan menempatkan Fadli Rahman sebagai Komisaris.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu