Kian Banyak Negara Hentikan Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Sejumlah negara Eropa, Asia, dan Afrika hentikan penyuntikan vaksin virus corona (Covid-19) produksi AstraZeneca
Vaksin Covid-19 Oxford-AstraZeneca yang kini memicu kontroversi (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Sejumlah negara Eropa, Asia, dan Afrika hentikan penyuntikan vaksin virus corona (Covid-19) produksi AstraZeneca. Pemicunya, beberapa orang mengembangkan penggumpalan darah setelah divaksinasi dengan vaksin AstraZeneca dan efikasinya rendah hadapi mutasi.

Indonesia sendiri, seperti di banyak pemberitaan, memesan 50 juta dosis vaksin AstraZeneca.

Kontroversi vaksin AstraZeneca/Oxford buatan Inggris terus bergulir. Setelah Austria pada hari Senin, 8 Maret 2021, menghentikan sementara penyuntikan vaksin AstraZeneca, sembari menunggu hasil investigasi kasus kematian akibat penggumpalan darah dan emboli paru-paru, otoritas kesehatan di Denmark juga menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.

Dilaporkan, sedikitnya 22 kasus penggumpalan darah dan emboli paru-paru di antara tiga juta orang yang sudah mendapat suntikan vaksin AstraZeneca hingga tanggal 9 Maret 2021. Bahkan ada laporan kasus kematian, walau belum bisa dikonfirmasi apakah akibat langsung vaksinasi.

vaksin astraIlustrasi: Banyak orang di Uni Eropa, termasuk para petugas layanan kesehatan, menolak vaksin virus corona buatan AstraZeneca, dengan menyebut kekhawatiran mengenai keampuhan dan keamanannya. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Otoritas kesehatan Denmark mengumumkan, mulai Kamis, 11 Maret 2021, menghentikan penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca selama 14 hari. "Hal ini terkait laporan dari beberapa warga yang mengembangkan kasus serius penggumpalan darah setelah diimunisasi. Bahkan dilaporkan adanya satu kasus kematian.

"Walau begitu, sementara ini tidak memungkinkan untuk menarik kesimpulan, apakah hal itu ada kaitan langsung dengan vaksinnya. Kami melakukan tindakan antisipasi dini, dan kasus ini harus diinvestigasi secara menyeluruh,” kata Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke, lewat Twitter.

Kementerian Kesehatan di Kopenhagen terus melakukan investigasi terkait kasus itu. Juga menyerukan penyelidikan oleh lembaga pengawas obat-obatan Eropa EMA. Demikian pernyataan dalam situs web Kementrian Kesehatan Denmark. Izin penggunaan vaksin AstraZenecca diterbitkan EMA akhir Januari lalu.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen kepada wartawan juga mengonfirmasi, penyuntikan dengan vaksin AstraZeneca di negaranya untuk sementara dihentikan. "Berita ini membuat marah, karena kita tergantung dari apakah semua orang sudah divaksinasi,” ujar PM Denmark itu.

1. Putusan Sejumlah Negara di Eropa Tindakan Serupa

Norwegia, negara tetangga Denmark, di kawasan Skandinavia juga sudah mengumumkan, menghentikan sementara penyuntikan vaksin AstraZeneca. "Ini juga tidakan antisipasi dan berjaga-jaga,” ujar Geir Bukholm, Direktur Norwegian Institute for Public Health NIPH.

Latar belakangnya adalah dugaan kasus di Denmark demikian pernyataan juru bicara NIPH. Kepada DW juru bicara itu menyebutkan, sejauh ini belum diketahui, apakah ada kaitan langsung. "Tindakan itu merupakan antisipasi dini,” paparnya.

Setelah Denmark dan Norwegia, sejumlah negara Eropa lainnya seperti Islandia, Italia, Estonia, Lithuania, Luxemburg, and Latvia juga menyusul mengikuti tidakan jaga-jaga dan antisipasi dini, dengan menghentikan sementara penyuntikan vaksin AstraZeneca

2. Tanggapan EMA dan AstraZeneca

Menanggapi kasus di Austria, lembaga pengawas obat-obatan Eropa EMA menyatakan, sejauh ini belum ada bukti adanya kasus kematian yang diakibatkan oleh pemberian vaksin antivirus corona. "Data lebih lanjut mengenai tema ini ada dalam cek fakta terkait kasus kematian dan vaksinasi,” demikian pernyataan EMA Rabu, 10 Maret 2021, lalu.

"Sejauh ini, tidak ada indikasi vaksinasi menyebabkan kondisi tersebut, dan tidak ada dalam daftar efek sampingan vaksin. Keuntungan vaksinnya tetap sangat jauh melebihi risikonya,” demikian EMA dalam sebuah pernyataan.

vaksin astrazenecaVaksin Oxford University/AstraZeneca (Foto: voaindonesia.com/AFP)

AstraZeneca menyatakan, vaksinnya sudah melewati pengawasan kualitas yang ketat dan tegas. Perusahaan farmasi itu menambahkan dalam pernyataannya: "Tidak pernah ada konfirmasi kasus serius terkait dengan vaksin kami.”

Polly Roy, pakar virologi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine kepada DW mengatakan, ia meyakini kasus penggumpalan darah kemungkinan tidak terkait vaksin bersangkutan. "Kemungkinan ada sejumlah problem fundamental lainnya,” kata Roy.

3. Afrika Selatan dan Thailand Juga Tolak AstraZeneca

Afrika Selatan sebelumnya sudah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca dalam program imunisasi warganya. Pemicunya adalah hasil uji klinis yang menunjukkan vaksinnya kurang efektif memerangi varian mutasi Covid-19 Afrika Selatan yang disebut tipe B.1.351

Thailand menjadi negara Asia pertama yang juga membatalkan sementara penggunaan resmi vaksin AstraZeneca. Walaupun kualitasnya bagus, vaksin ini untuk sementara tidak akan digunakan di Thailand, demikian pengumuman komisi vaksinasi di Bangkok. "Kami menunggu keputusan dari Austria dan Denmark," ujar Yong Poovarawan pakar virologi Thailand.

Negara gajah putih itu menurut rencana sebetulnya akan memulai resmi penggunaan vaksin AstraZeneca hari Jumat, 12 Maret 2021. Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dirancang secara simbolis menjadi orang pertama yang akan divaksinasi dengan vaksin buatan Inggris-Swedia itu.

4. Prancis dan Spanyol Lanjutkan Vaksinasi

Spanyol dan Prancis menyatakan terus melanjutkan vaksinasi dengan produk AstraZeneca kepada warganya. Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias mengatakan, tetap mengunakan vaksin itu karena di negaranya tidak ada kasus penggumpalan darah terkait vaksin AstraZeneca.

Sementara Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan: ”Tidak ada alasan menghentikan AstraZeneca. Manfaat vaksinasi pada saat ini jauh melebihi risikonya.”

Sekitar satu juta dosis vaksin buatan perusahaan farmasi Inggris-Swedia itu sudah didistribusikan kepada 17 negara anggota Uni Eropa.

Sebelumnya, Jerman tidak menyarankan pemberian vaksin kepada orang berusia di atas 65 tahun, karena kurangnya data efikasi pada manula. Setelah pengkajian ulang, Jerman juga mengerem pemberian vaksin AstraZeneca, karena khawatir vaksin tidak ampuh lagi melawan virus corona varian mutasi [as/ae (dpa, afp, rtr)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Oxford Akan Uji Vaksin Corona AstraZeneca Pada Anak-anak
Universitas Oxford, Inggris, melakukan penelitian untuk menilai keamanan dan respons kekebalan vaksin virus corona pada anak-anak
Eropa Kecewa Atas Penundaan Pengiriman Vaksin AstraZeneca
Uni Eropa menyatakan kecewa atas tindakan berupa penundaan pengiriman vaksin Covid-19 AstraZeneca ke anggota Uni Eropa
Uni Eropa Tuntut Jawaban AstraZeneca Atas Penundaan Vaksin
Jadwal pemasokan vaksin virus corona (Covid-19) ditunda, Uni Eropa menuntut jawaban dari AstraZeneca atas penundaan tersebut