Jakarta - Sebelum berkembangnya ekonomi digital dengan munculnya e-commerce, terdapat pusat perbelanjaan yang serupa dengan mall, namun dengan harga jual grosir, pusat perbelanjaan ini beranam trade mall.
Trade mall atau disebut pula dengan trade center merupakan bangunan yang terdiri dari beberapa ruko berukuran sekitar 3x4 meter yang ditujukan untuk langsung dijual. Biasanya trade mall menjual barang dengan harga murah atau harga grosir karena penjual di sana menjual barang belanjaannya.
Selain itu, pembeli dapat melakukan tawar menawar di sini, jadi harganya lebih masuk di kantong daripada belanja di mall pada umumnya.
Perkembangan trade mall di Indonesia turut andil perusahaan pengembang di bidang properti yakni PT Agung Podomoro yang memiliki pusat perbelanjaan di Jabodetabek, Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.
Beberapa trade mall milik PT Agung Podomoro yang tersebar di Jakarta ialah TM Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok, TM Thamrin City, TM Plaza Kenari Mas, TM Blok B Tanah Abang, TM Seasons City Latumeten, TM Mangga Dua Square, dan TM Blok M Square.
1. Kelebihan keberadaan bisnis trade mall
Trade mall bisa menjadi pilihin bagi seseorang yang ingin memulai bisnis. Harga yang dipakai adalah harga barang pembelian grosir jadi cocok untuk menaruh harga yang lebih tinggi saat Anda menjualnya kembali.
Bebasnya pembeli dalam hal tawar menawar memudahkan Anda untuk mendapat harga semurah mungkin. Pilihannya pun banyak karena dalam satu gedung terdiri beberapa menjual barang yang homogen.
Pasalnya, TM di Blok B Tanah Abang, TM Thamrin City, TM Blok M Square dan TM Mangga Dua Square merupakan tempat yang cocok untuk mencari pakaian. Sementara jika ingin belanja peralatan rumah tangga, automotif maupun elektronik bisa berkunjung ke TM Plaza Kenari Mas dan TM LTC Glodok.
2. Kekurangan menjalani bisnis trade mall
Sebenarnya bisnis trade mall saat ini tidak begitu menarik minat pengunjung seperti dulu karena perkembangan teknologi yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi digital.
Para pemiliki usaha properti pun lebih memilih untuk menyewakan toko-toko di gedung yang mereka bangun dibanding trade atau langsung menjualnya. Hal ini dikarenakan susahnya melakukan kontrol oleh pengembang dan apabila ruko langsung di jual itu akan menjadi aset masing-masing pemilik ruko bukan pengembang. []
Baca Juga
- Jokowi dan Rombongan Belanja di Pasar Noken Taman Imbi Jayapura
- Alokasikan Anggaran Rp 2.714,2 Triliun Belanja Pemerintah Tahun 2022
- Jokowi Minta K/L Fokus Selesaikan Belanja APBN 2021
- Cara Efektif Mengurangi Kebiasaan Belanja Berlebihan
(Sekar Aqillah Indraswari)