Untuk Indonesia

Ketika Polisi Mengikuti Konvoi Kendaraan Rombongan Rizieq Shihab

Dua mobil polisi mengikuti konvoi kendaraan rombongan Rizieq Shihab yang baru saja meninggalkan Sentul. Diperkirakan ada 9 mobil rombongan Rizieq.
Proses rekonstruksi penembakan laskar FPI. (Foto: Tagar/Getty Images)

Oleh: Ade Armando*

Terus terang saya heran luar biasa dengan orang-orang yang sampai sekarang berusaha membangun keraguan mengenai kejujuran polisi dalam kasus tewasnya enam anggota laskar FPI tiga minggu lalu. Harus ya bikin narasi bahwa yang terjadi adalah pembunuhan di luar jalur hukum? Kok orang-orang ini, orang-orang pintar lho, malah percaya dengan pernyataan FPI, sebuah organisasi yang jejak penindasan HAM-nya sudah terkenal di dunia internasional. Kenapa sih orang-orang ini kepengin banget rakyat membenci polisi?

Serangan terhadap polisi ini terbaca dalam pernyataan organisasi seperti Kontras dan Police Watch, atau di program Mata Najwa dan Narasinya. Kalau orang seperti Refly Harun, Fadli Zon, Rocky Gerung, atau Tengku Zulkarnain ya sudahlah. Tapi kalau orang-orang yang kita kira memperjuangkan demokrasi, juga mati-matian berusaha menjelekkan polisi, kan aneh? 

Kita tentu harus kritis pada polisi. Tapi kalau mau kritis, ya pakai akal sehat dong. Jangan seolah-olah pokoknya polisi pasti membunuh anggota FPI dengan cara biadab, dan semua fakta harus diarahkan untuk mendukung kesimpulan bahwa polisi biadab. FPI seolah korban, polisi penjahatnya. Buat saya, semua penjelasan polisi sangat masuk akal. Coba kita dengar kronologi peristiwa yang disampaikan pihak kepolisian, yang kemudian juga ditampilkan saat rekonstruksi di TKP.

Pada Senin, 7 Desember 2020, dua mobil polisi berusaha mengikuti konvoi kendaraan rombongan Rizieq Shihab yang meninggalkan Sentul. Hanya dua mobil polisi ya. Dan tugas mereka bukan dalam rangka menangkap Rizieq. Cuma mengikuti. Kalau kata polisi sih, Rizieq diawasi karena adanya informasi potensi keramaian massa yang mungkin sekali akan dimobilisasi FPI menjelang pemeriksaan Rizieq.

Tapi buat saya, alasan lebih simpel kenapa Rizieq harus diawasi ya dia kan memang pengecut, tukang kabur, dan dia kan menyimpan banyak informasi penting tentang kaum radikal anti-Indonesia. Jadi dia tidak boleh lepas. Wajar dong diawasi.

Jadi begitu tim pemantau yang terdiri dari tujuh orang polisi tak berseragam ini melihat rombongan mobil Rizieq keluar, mereka pun menguntit. Diperkirakan ada sembilan mobil dalam rombongan Rizieq. Dari percakpan yang terekam dalam alat komunikasi laskar, diketahui jelas bahwa mereka sadar sedang diikuti polisi.

Karena itulah, dalam perjalanan di tol, ada dua mobil dari tim Rizieq yang bertugas mengganggu dan menghalangi laju dua mobil polisi. Dan sukses, mobil polisi akibatnya tertinggal jauh dari rombongan Rizieq. Kedua mobil polisi ini pun juga terpisah, tidak beriringan. Satu mobil polisi melaju dan harus berhadapan dengan dua mobil laskar FPI, sementara satu lagi tertinggal.

Bayangkan saja keadaannya. Mobil polisi itu ditabrak, diserang, ditembak, saling salip, kejar-kejaran, dan pada titik tertentu polisi bisa menghentikan para anggota FPI.

Mobil laskar FPI itu kemudian keluar dari jalur tol, di daerah Karawang, dengan diikuti satu mobil polisi. Ini semua berlangsung saat tengah malam, di jalanan sepi dan lampu penerangan pun mati. Tiba-tiba saja mobil polisi ditabrak dari sisi kiri. Yang menabrak kemudian melarikan diri. Mobil laskar FPI yang kedua berhenti. Dan dari dalam mobil keluar empat orang dengan membawa parang dan senjata tajam. Mereka menyerang dengan memukul-mukulkan senjata ke arah mobil polisi. Merasa terancam, polisi mengeluarkan pistol dan menembak peringatan ke udara seraya berteriak bahwa mereka adalah petugas.

Empat anggota laskar FPI itu kembali ke mobil, namun sebelum melarikan diri, dua orang yang berdiam di dalam mobil menembak dengan senjata api tiga kali ke arah mobil petugas. Kejar-kejaran pun kembali terjadi. Satu mobil lawan satu mobil. Dalam aksi inilah, saat saling salip, dari dalam mobil laskar kemudian beberapa kali tembakan ke arah petugas. Petugas membalas juga beberapa kali. Efeknya ternyata fatal, tembakan polisi mengenai dan menewaskan dua anggota laskar.

Mobil FPI sempat kembali masuk ke jalan tol. Sampai akhirnya ban mobil laskar ditembak sehingga kempes dan mobil harus berhenti di rest area km 50 tol Jakarta-Cikampek. Mobil tersebut terhalang sejumlah kendaraan yang tengah parkir, sehingga mudah bagi mobil polisi menghampirinya. Laskar disuruh turun dari mobi dan saat itulah diketahui dua orang sudah tewas akibat tembak-tembakan dalam pengejaran. Empat lainnya diperiksa dan diperintahkan tengkurap selama beberapa waktu.

Sesudah mobil polisi kedua datang, empat anggota FPI dibawa ke mobil polisi. Nah dalam kondisi itulah, polisi yang cuma tujuh orang harus memecah kelompok. Dua orang polisi membawa jenazah. Dua orang mengurus dan membawa mobil laskar yang sudah remuk. Sementara tiga orang polisi lainnya membawa empat tawanan.

Mobil yang digunakan untuk membawa empat anggota FPI adalah Avanza dengan tiga baris tempat duduk. Jadi, tiga anggota FPI duduk di baris terakhir. Satu orang duduk di baris kedua bersama polisi yang memegang pistol. Di depan, duduk dua polisi, termasuk yang mengemudi mobil.

Laskar FPI itu tidak diborgol karena memang tidak ada borgol, mengingat tugas semula polisi hanyalah mengintai. Dan siapa pula yang membayangkan setelah apa yang sudah mereka lewati, bayangkan dua kawannya mati di depan mereka, mereka sendiri mestinya sudah ketakutan, bagaimana mungkin mereka akan tetap nekat melawan. Tapi dasar laskar FPI, ya itulah yang mereka lakukan. Baru sekitar 1,5 km mobil berjalan, mungkin karena melihat si polisi sedang lengah, mereka yang duduk di baris terakhir mencekik satu polisi dan orang yang di baris kedua berusaha mengambil pistol polisi.

Bagi polisi, tidak ada pilihan. Anda membunuh atau Anda dibunuh. Polisi langsung berulang kali menembak, dalam pergelutan di ruang sempit. Tembak-tembakan dari jarak dekat itulah yang mematikan keempat laskar FPI.

Itulah kronologi kematian enam anggota laskar FPI seperti yang dijelaskan polisi. Cerita itu sedemikian jelas, sehingga saya bertanya: kenapa kita harus tidak percaya? Di mana letak kejanggalannya? Dan mengapa kita harus percaya pada FPI?

Rizieq, Munarman, dan kawan-kawannya berusaha menggambarkan bagaimana polisi berusaha menyerang mereka. Rizieq mengatakan mereka sebenarnya sedang dibawa polisi ke ladang pembantaian. Munarman bilang, yang mengganggu konvoi Rizieq bukan cuma dua mobil, tapi banyak mobil.

Dalam perjalanan di tol, ada dua mobil dari tim Rizieq yang bertugas mengganggu dan menghalangi laju dua mobil polisi.

Mobil-mobil polisi itu, kata Munarman, bukan cuma menguntit tapi berusaha memotong. Dengan logika sederhana saja, kita bisa bantah cerita konyol itu. Kalau polisi memang berusaha menyerang Rizieq, ya mereka pasang saja mobil-mobil penghambat jalan di semua pintu keluar jalan tol. Ini kok mobil Rizieq bisa tidak terganggu mencapai tujuan?

Sayangnya, genderang FPI ini disambut kelompok-kelompok sipil. Wakil Koordinator Kontras bilang ada kejanggalan dalam hal rekonstruksi. Menurutnya, kejanggalan utama adalah kok ada korban tewas di dalam mobil? Lho, memang kenapa kalau tewas di mobil?

Koordinator Indonesia Police Watch juga bilang ada tiga kejanggalan dalam penjelasan polisi. Satu, kok anggota FPI itu tidak diborgol, padahal ketika Rizieq ditahan saja, langsung diborgol? Kedua, kenapa dipaksakan semua ke dalam satu mobil sehingga overload? Ketiga, kok polisi harus menembak untuk melumpuhkan anggota FPI yang tidak bersenjata? Ini sih namanya belum cari informasi, sudah bikin kesimpulan.

Kalau mereka mendengar penjelasan polisi, mereka bakal tahu kenapa anak-anak FPI itu tidak diborgol, kenapa umpel-umpelan dalam satu mobil, kenapa ditembak?

Penjelasan polisi sudah sangat jelas. Kondisinya darurat. Kalau Anda berada di lapangan dan nyawa Anda terancam, tahu kenapa anak-anak FPI itu tidak diborgol, kenapa umpel-umpelan dalam satu mobil, kenapa ditembak? Penjelasan polisi sudah sangat jelas. Kondisinya darurat.

Kalau Anda berada di lapangan dan nyawa Anda terancam, saya yakin Anda juga tidak akan sempat berpikir terlalu panjang. Membunuh atau dibunuh. Semua penjelasan polisi masuk di akal. Dan semua tidak menunjukkan polisi melakukan pembunuhan tidak legal.

Tapi begitulah, teman-teman aktivis demokrasi ini mungkin saking traumanya dengan kasus-kasus pada masa orde baru, merasa pokoknya polisi tidak boleh benar. Harus jahat. Begitu juga media yang sudah saya sebut. Mata Najwa misalnya jelas-jelas membangun kesan bahwa para anggota FPI itu disiksa sebelum dibunuh. Najwa bahkan bilang, tim Najwa sudah melakukan pemeriksaan tubuh korban. Hasilnya beda dengan hasil pemeriksaan tim forensi Polri yang sudah menyatakan bahwa enam anggota FPI mati dengan 18 luka tembak. Kata Najwa, selain bekas tembakan, ada tanda-tanda kekerasan lain. 

Menurut saya, tuduhan serius itu harus bisa dipertanggungjawabkan tim Najwa. Mungkin sebaiknya tim forensik dari Najwa dipertemukan dengan tim forensi Polri dan bicara di depan publik.

Ada pula media berulang-ulang membangun kesan bahwa sebetulnya pembunuhan itu tidak berdiri sendiri. Di rest area tempat pembunuhan terjadi, digambarkan sudah berhari-hari ada mobil-mobil polisi yang sedang mempersiapkan aksi penting, entah apa. Juga menggambarkan bahwa para anggota FPI itu sebelum dibunuh, disiksa dulu, ditendang, dan sudah memohon-mohon ampun.

Semua itu didasarkan pada cerita informan tanpa verifikasi. Penggalan-penggalan informasi ini sebenarnya tidak bicara apa-apa, tapi ketika dihimpun dalam kerangka tertentu jelas-jelas mendorong orang untuk tidak percaya pada penjelasan polisi.

Misalnya saja soal polisi menendang anggota FPI. Ya, ini bisa sekali terjadi. Bayangkan saja keadaannya. Mobil polisi itu ditabrak, diserang, ditembak, saling salip, kejar-kejaran, dan pada titik tertentu polisi bisa menghentikan para anggota FPI. Apakah ketika para anggota akhirnya bisa memaksa laskar itu turun, polisi akan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang? Kalau ada polisi menendang anggota FPI, itu bisa sangat dimengerti. Tapi media itu menggambarkannya seolah-olah terjadi kebiadaban.

Buat saya sikap anti-polisi ini sama sekali tidak membawa manfaat. Tapi barangkali kita memang tidak bisa lagi terlalu berharap pada mereka. Yang kita bisa lakukan adalah terus membangun akal sehat untuk menghadapinya. 

*Akademisi Universitas Indonesia

Berita terkait
Mahfud Minta Lahan Pesantren FPI Diselesaikan Secara Hukum
Mahfud Md minta kepemilikan lahan Pondok Pesantren Markaz Syariah FPI dengan PTPN harus diselesaikan secara hukum.
Kenapa Gus Dur dengan Tegas Meminta FPI Dibubarkan
Kenapa sejak tahun 2000-an KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu berpendapat tegas: Bubarkan FPI. Apakah ia tidak menghormati prinsip demokrasi?
6 Laskar FPI Tewas Didor, Bareskrim Respons Temuan Komnas HAM
Bareskrim menanggapi temuan Komnas HAM terkait dengan kasus penembakan enam Laskar FPI pengawal Habib Rizieq Shihab, yang tewas didor polisi.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi