Kesenian Tionghoa Menjadi Penguat Yogyakarta Kota Budaya-Wisata

Warga Tionghoa mengeapresasikan diri terhadap adat istiadat nenek moyangnya di Yogyakarta.
Salah satu pertunjukan barongsai dalam even PBTY yang digelar 13-19 Februari di Kampung Pecinan Ketandan Malioboro Yogyakarta. Dalam sepekan, acara ini dikunjungi lebih dari 100.000 wisatawan. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta, (Tagar 21/2/2019) - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XIV resmi berakhir. Selama sepekan, even bertajuk Harmony In Diversity ini dikunjungi lebih dari 100 ribu wisatawan.

Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, masyarakat Tionghoa sudah sejak lama tinggal dan berdomisili di Yogyakarta. Kampung Pecinan Ketandan yang berada di Kawasan Malioboro menjadi buktinya.

"Warga Tionghoa di Yogyakarta sudah ikut serta membentuk kebudayaan di sini. Kami merasa PBTY ini dapat membuka wawasan betapa kayanya budaya yang kita miliki. PBTY menjadi salah satu penegas Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Pariwisata," kata Haryadi di acara laporan penyelenggaraan PBTY di Balaikota Yogyakarta, Rabu (20/2).

Yogyakarta, BarongsaiSalah satu pertunjukan barongsai dalam even PBTY yang digelar 13-19 Februari di Kampung Pecinan Ketandan Malioboro Yogyakarta. Dalam sepekan, acara ini dikunjungi lebih dari 100.000 wisatawan. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Haryadi ikut bahagia, warga Tionghoa bisa mengembangkan budayanya, mengeapresasikan diri terhadap budaya dan adat istiadat nenek moyangnya di Yogyakarta. "Warga Tionghoa sudah membaur dan warga Yogyakarta sudah banyak belajar dan mengetahui tentang budaya Tionghoa," jelasnya.

Baca juga: 207 Tahun Disimpan Inggris, Naskah Kuno Keraton Yogyakarta Dipamerkan

Ketua DPD I Partai Golkar DIY ini mengatakan, acara PBTY sudah mampu membuka wawasan mengenai betapa kayanya budaya yang dimiliki. "Kita punya kewajiban menjaga kelestariannya," pintanya.

Ketua Umum PBTY, Tri Kirana Muslidatun mengatakan PBTY sudah mengakar di hati masyarakat Yogyakarta. "Sesuai temanya Harmony In Diversity ini memang penuh dengan keberagaman. Tidak semata-mata hanya menunjukkan budaya Tionghoa saja," ungkapnya.

Menurut dia, perhelatan PBTY  ini tidak hanya menarik para pengunjung dari Yogyakarta. PBTY sudah digandrungi  wisatawan dari luar Yogyakarta yang dibuktikan dengan kehadiran wisatawan berbondong-bondong di acara tersebut. "Panitia mencatat selama seminggu, sesikitnya dikunjungi 100 ribu wisatawan," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia PBTY 2019 Harry Setya Subagyo mengatakan, even PBTY diprakarsai oleh Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) ini sudah berlangsung selama 14 tahun. PBTY digelar rutin setiap tahun sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Menurut dia, perjuangan besar tentang even PBTY ini luar biasa. "PBTY sudah masuk dalam Pesona Indonesia dan diprogramkan dalam Wonderful Indonesia," ujarnya.

Setya mengungkapkan, PBTY mengedepankan aspek kebudayaan Tionghoa maupun akulturasinya. "Berdasarkan pengalaman tahun lalu, dalam sehari tingkat kunjungan bisa mencapai puluhan ribu orang. Intinya PBTY terbukti mampu mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan di Yogyakarya," jelasnya.

Baca juga: Pawai Cap Go Meh Diikuti Ribuan Warga Siantar, Toleransi Tujuan Utama

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.