207 Tahun Disimpan Inggris, Naskah Kuno Keraton Yogyakarta Dipamerkan

Di perayaan Sri Sultan HB X bertakhta selama 30 tahun.
Ilustrasi naskah kuno. Naskah kuno yang tersimpan di museum Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/9). (Foto: Antara/Dedhez Anggara)

Yogyakarta, (Tagar 9/2/2019) - Banyak naskah kuno milik Keraton Yogyakarta hilang sejak peristiwa Geger Sepehi pada 1812. Geger Sepehi merupakan peristiwa penyerbuan pasukan Inggris ke istana Keraton Yogyakarta pada 19-20 Juni 1812.

Dari peristiwa itu, banyak naskah kuno milik Keraton Yogyakarta dibawa ke Inggris. Setelah 207 tahun lamanya, kini British Library menyerahkan kembali naskah tersebut kepada Keraton Yogyakarta, tetapi dalam bentuk digital. Nah, sebagian naskah kuno yang sudah berupa digital itu akan dipamerkan di Bangsal Pagelaran Keraton.

Pameran naskah ini merupakan rangkaian acara Tingalan Jumenengan Dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang ke-30 tahun berdasarkan kalender Jawa. Sedangkan dalam kalender Masehi jatuh pada 7 Maret 2019.

Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, mengatakan rangkaian Tingalan Jumenengan Dalem digelar selama tiga hari, mulai 5-7 Maret. "Acaranya simposium dan puncaknya pameran naskah kuno," katanya dalam keterangan pers di Bale Raos Keraton Yogyakarta, Jumat (8/2).

GKR HayuDua putri Raja Keraton Yogyakarta, GKR Hayu (paling kiri) dan GKR Bendara (tengah) saat memberikan keterangan pers seputar rangkaian acara Tingalan Jumenengan Dalem atau ulang tahun ke-30 Sri Sultan HB X bertakhta, Jumat (8/2). (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Putri keempat Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X ini mengungkapkan, simposium bertema besar Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta. Simposium ini diharapkan menjadi edukasi dan penyebaran nilai budaya Jawa yang terkandung dalam naskah-naskah lama.

"Dalam catatan sejarah, Keraton Yogyakarta banyak kehilangan naskah yang berisi berbagai ajaran leluhur sejak peristiwa Geger Sepehi pada tahun 1812. Berbagai naskah sudah 207 tahun berada di Inggris, tahun ini akan dikembalikan ke keraton Yogyakarta dalam bentuk digital," jelas GKR Hayu.

Menurut dia, simposium digelar 5-6 Maret di Royal Ambarukmo Hotel Yogyakarta. Acara dibuka dengan beksan atau tarian "Jebeng" yang merupakan karya pendiri Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB I. Kemudian dilanjutkan pidato Raja yang bertahta Sri Sultan HB X. Selama dua hari acara diskusi dikemas dalam empat topik.

Pertama, sejarah bertajuk Peristiwa Seputar Geger Sepehi di Keraton Yogyakarta); kedua, sastra atau filologi bertajuk Naskah-naskah Keraton setelah peristiwa Geger Sepehi; ketiga, seni bertajuk Pertunjukan Seni dan Naskah Kerton Yogyakarta; keempat, sosial budaya bertajuk Naskah Keraton dan Ilmu Pengetahuan Sosial Budaya

Simposium menghadirkan pembicara ternama, di antaranya sejarawan serta peneliti budaya Jawa, Peter Carey, kurator serta perwakilan dari British Library, Anabel Teh Gallop, peneliti gamelan Jawa dari AS, Roger Vetter, dan pakar dari sejumlah universitas di Indonesia.

GKR Hayu mengatakan, puncak rangkaian acara berupa pameran naskah kuno dan digital yang digelar di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran Keraton. Naskah yang dipamerkan warisan dari Sultan HB V berupa babad, serat, cathetan dan warni warni dari perpustakaan Keraton, KHP Widyabudaya. 

Teks-teks bedhaya, srimpi dan pethilan beksan dan cathetan gendhing berasal dari koleksi KHP Kridamardawa serta berbagai koleksi dari babadan Keraton Yogyakarta juga dipamerkan. "Selain pameran dalam bentuk fisik, beberapa naskah yang diserahkan British Library juga akan ditampilkan dalam bentuk digital," ujar dia.

Pameran dibuka pukul 09.00 hanya membayar biaya administratif di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta. Pameran berlangsung sebulan penuh, dari 7 Maret sampai 7 April.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, GKR Bendara, menambahkan, selain pameran, akan dibuka kelas kuratorial dan tur ruang pamer yang dipandu akademisi dan komunitas. Tujuannya untuk menyuburkan akademis di Yogyakarta serta bentuk apresiasi ketertarikan masyarakat terhadap budaya dan sejarah yang semakin tinggi. 

"Harapan agar masyarakat semakin sadar pentingnya merawat identitas yang diwariskan oleh leluhur," katanya.

Putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta ini mengatakan, Keraton memiliki semangat dalam upaya digitalisasi koleksi budaya dan pusaka milik Keraton. Proses dilakukan secara berkelanjutan agar koleksi keraton terus terjaga dan dimanfaatkan generasi yang akan datang.

Tingalan Jumenengan Dalem dalam kalender Jawa  jatuh pada April dengan rangkaian membuat ngebluk atau membuat adonan untuk membuat apem pada 3 April. Upacara ngapem (4 April). Sugengan Tingalan Dalem (5 April), Labuhan Parangkusumo (6 April) serta upacara Labuhan Gunung Merapi dan Gunung Lawu pada 7 April. []

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.